One

472 34 2
                                    

"Tuhan permintaanku hanya satu. Tolong buat dia menghilang. Selamanya"

-Flaky-

o0o0o

"AAAAAAAAAAAA!!!!"

Jeritan seseorang, entah siapa, memecah keheningan malam. Flaky yang kala itu sedang terlena dalam mimpinya terbangun begitu saja. Matanya melotot takut. Wajahnya pucat pasi bersamaan dengan tangannya yang memutih. Buru-buru ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, menganggap selimut itu bisa melindunginya.

Ia takut. Sangat takut. Karena dibalik teriakan itu, ia tau apa yang sedang terjadi. Bukan hanya dia. Bahkan seluruh manusia yang ada di kota tersebut juga mengetahuinya.

"Ya Tuhan, to-tolong aku," doa Flaky takut.

Bibirnya gemetaran begitu pula dengan tubuhnya. Ia pun menutup kedua matanya rapat-rapat dan berharap ia bisa tidur sehingga malam ini akan cepat berlalu. Semoga...

o0o0o

Matahari mulai menampakkan diri, tanda malam kelam itu sudah berakhir. Lega? tentu tidak. Terbukti Flaky masih tetap terjaga dari tidurnya. Matanya memerah akibat tak bisa tidur sedetik pun. Bukan hanya itu, kau bisa melihat kantung mata yang menghiasi bawah matanya.

Lama terdiam, Flaky memutuskan bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Ia membasuh mukanya, berharap dapat menghilangkan kegundahannya tadi malam. Matanya menangkap pantulan dirinya yang... ah, sudahlah. Mata merah dan kantung mata. Sepertinya Flaky tidak akan bisa jauh dari hal itu.

Gadis 18 tahun itu mendesah. Entah sudah berapa sering ia terjaga dari tidurnya. Ia juga sudah lupa kapan terakhir kalinya ia bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan penyebabnya selalu sama, yaitu jeritan dari rumah itu.

Ya, rumah itu. Rumah yang tak ingin ia masuki itu. Selamanya kalau perlu. Bahkan menoleh ke arah rumah itu saja, Flaky tak mampu. Ia terlalu takut.

Bukan. Bukan rumah itu yang ditakutinya, tapi seseorang yang menempatinya. Seseorang yang bahkan tak ingin Flaky sebut. Bagi Flaky semua hal tentangnya begitu tabu.

Pernah sekali dengan tololnya Flaky menoleh ke arah rumah itu. Menelisik apakah Dia ada di sana atau tidak hingga ia tersadar.

Matanya membulat dan kakinya bergetar ketika mengetahui ada seseorang di sana. Di balik jendela rumah itu, Flaky melihat sebuah bayangan. Seseorang yang sama menatapnya, namun dengan tatapan tajam. Ya, itu adalah Dia. Flippy.

Lari. Berlari sejauh-jauhnya yang bisa Flaky lakukan. Dan saat itu juga Flaky bersumpah tidak akan pernah menoleh ke arah rumah itu. Catat itu, tidak akan pernah.

Flippy, seorang veteran yang sudah lama tinggal di kota ini. Mungkin usianya sekitar 25-an. Usia yang begitu belia untuk menjadi veteran.

Alasan mengapa Flaky begitu membencinya atau bahkan seluruh penduduk kota ini. Simple. Dia adalah pembunuh. Pembunuh yang begitu kejam. Mungkin lebih tepatnya psikopat.

Jika kalian bertanya mengapa ia tak pernah dipenjara. Itu sulit. Karena ia memiliki pengacara yang hebat sehingga setiap penduduk membuat pelaporan atas perbuatannya dapat dibantah dengan mudah oleh pengacaranya. Menyebalkan bukan?

Dan hal itu menambah nilai minus Flippy di mata Flaky.

Kriiiiingg...!!!

Flaky terhenyak. Lamunannya berakhir ketika telepon genggamnya berdering. Buru-buru ia mengangkatnya.

InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang