Four

302 25 0
                                    

FLAKY!

o0o0o

Flaky melenguh panjang saat menyadari sinar matahari menelisik matanya yang terpejam dan hal itu membuatnya terbangun dari tidurnya.

Tetapi, Flaky kembali melenguh kesakitan saat ia merasakan rasa sakit yang menjalar di kedua lengannya. Matanya yang tadi terbuka kembali tertutup, menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyergapnya, terutama dalam keadaaannya yang baru saja bangun tidur.

Setelah cukup lama terdiam, sambil membiasakan diri dengan rasa sakitnya, Flaky mulai menyadari adanya perban di sekeliling lengannya. Apa? Perban?

Sebentar. Kemarin, apa yang sudah terjadi? Flaky mencoba mengingat-ingat kembali kejadian kemarin. Terakhir yang ia ingat adalah dirinya dihukum oleh Flippy lalu dia pingsan. Tapi, ia tak ingat siapa yang membalut lukanya dengan perban.

Apa mungkin ini adalah perbuatan dia? Apa Flippy yang membalut lukanya?

Benarkah?

Flaky menggeleng pelan. Ia tak bisa mempercayainya jika yang mengobatinya adalah dia. Itu tidak masuk akal. Karena semalam, dia... dia sudah menyiksanya, menamparnya, menarik rambutnya, mencekiknya, bahkan...

Dada Flaky terasa sesak. Ia tak bisa meneruskannya. Matanya terpejam rapat mencoba menahan gejolak dadanya. Perasaannya bercampur aduk tak bisa ia jelaskan. Ia takut, marah, sedih, sakit, semuanya bercampur sampai ia lelah sendiri. Kenyataan ini sungguh menamparnya. Dari sekian milyar manusia, kenapa harus dia yang berurusan dengan Flippy. Kenapa?

Flaky menangis lagi. Ia benar-benar merasa payah dan pengecut. Pikirannya kalut dalam segala hal. Tubuhnya bergetar dan beberapa isakan kecil lolos dari mulutnya. Ia merasa tak berdaya.

Tolong hentikan semua mimpi buruk ini.

Setelah Flaky menumpahkan perasaannya lewat tangisan, tak bisa dipungkiri bahwa sebagian beban di dalam hatinya mulai berkurang. Hanya sebagian. Yah, setidaknya Flaky merasa lebih baik, walau tampaknya tidak sebegitu benar. Flaky menatap ke arah jam dinding dan menyadari bahwa ia harus bekerja. Tapi, dalam keadaan seperti ini apa dia bisa? tangannya yang terluka pasti akan memperhambatnya dalam bekerja.

Sudahlah, ia tak boleh bolos kerja atau dia akan dipecat oleh Pop. Itu tak bisa Flaky biarkan karena lagipula hanya pekerjaan inilah yang dapat membuatnya bertahan hidup semenjak kedua orang tuanya meninggal. Oleh karena itu, ia paksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi, bersiap untuk bekerja.

Mulai hari ini, mau tidak mau Flaky harus memakai baju lengan panjang. Walau sebenarnya baju itu sudah menjadi trendmark dirinya tersendiri.

o0o0o

Flaky melalui shift dengan kesusahan. Tak bisa dipungkiri, lengannya yang sakit sudah pasti menghambat pergerakannya. Sesekali Pop akan menegurnya bahkan memarahinya karena kelambatannya. Giggles, teman baiknya, mulai khawatir dengan keadaannya. Walau ia tidak bisa menghentikan amarah Pop, setidaknya ia selalu ada di sisi Flaky. Giggles bahkan mengetahui alasan kurang optimalnya Flaky dalam bekerja.

Begitu pula dengan kisah malam itu.

Pada awalnya, Flaky tidak mau menceritakan kisah menyedihkan itu. Sungguh, Flaky tak kuasa menceritakan hal itu. Namun, pada akhirnya ia menceritakanya juga, tentu dengan sedikit bujukan dari Giggles. Saat Flaky bercerita, air matanya tak bisa ia cegah. Hanya Giggles dan ruang istirahat para staff lah yang menjadi saksinya.

Selesai bercerita, Giggles marah, ia sangat marah. Namun, begitu pula dengan Flaky, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tahu siapa yang ia lawan dan kali ini ia tak mampu menghadapinya. Maka dari itu, yang selanjutnya Giggles lakukan hanya mengusap punggung Flaky dan mengucapkan sederetan kalimat penyemangat.

InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang