Six

382 29 23
                                    

Cklek

Terlambat, pintu itu terbuka dengan mudahnya. Aneh sekali, sepertinya Flippy lupa mengunci pintu atau apa?

Perlahan Flaky memasuki rumah itu. Gelap. Ia tidak bisa melihat apa-apa karena cahaya yang masuk sedikit remang-remang. Mungkin itu karena gorden-gorden di jendela tidak dibuka.

"Uhuk!"

Tiba-tiba saja Flaky terbatuk. Bau rokok terasa menyengat semakin dia memasuki rumah ini. Ternyata Flippy adalah seorang perokok berat. Bukan itu saja, hal yang aneh mulai terlihat pada kondisi di sekeliling ruangan rumah tersebut.

Rumah ini sangat berantakan. Perabotan bertebaran di mana-mana seakan ada tornado di sini. Kursi tamu juga ditata tidak rapi, entah mengarah ke kanan atau ke kiri, benar-benar tidak teratur.

Mungkin kalau bukan rumahnya Flippy, Petunia pasti akan marah sekali bila melihat ini. Batin Flaky.

Petunia, salah satu teman Flaky, adalah penggila kebersihan. Jika dia melihat debu barang sedikit saja, Petunia takkan sungkan untuk membersihkannya. Maka tak heran rumahnya bersih dan sangat tertata.

Entah kemasukan roh apa, Flaky merasa gatal ingin membersihkan rumah ini. Oh, jangan bilang kalau Flaky kerasukan roh Petunia karena kenyataannya Petunia masih hidup. Flaky menggeleng kencang. Sebenarnya apa sih yang ingin dia lakukan? Bukankah dia ke sini hanya untuk mengembalikkan boneka ini dan kembali ke rumahnya? Bukannya malah menjadi tukang bersih-bersih rumah Flippy. Ke mana larinya nyali ciutnya itu.

Katakanlah pikiran Flaky mulai tidak waras karena saat ini yang ia ingin lakukan hanya membersihkan rumah Flippy.

Aku memang sudah gila.

Maka dari itu, Flaky meletakkan boneka teddy bear milik Flippy di samping pintu dan mulai bersiap-siap membersihkan rumah Flippy yang sangat berantakan. Syukurlah hari ini Flaky libur dari pekerjaannya sehingga Flaky tidak perlu takut akan ketidakhadirannya di restoran Mr. Pop. Flaky menggulung lengan bajunya seraya mengeluarkan sapu tangan yang selalu di bawanya. Sapu tangan itu diikatkan menutupi sebagian wajahnya kecuali matanya.

Baiklah ayo kita mulai Flaky.

Setelah menemukan sapu, yang kebetulan tergeletak di samping pintu, Flaky memulai pekerjaannya. Dimulai menyapu, merapikan letak perabotan, mengelap perabotan yang kotor, dan lain-lainnya.

Perlahan tapi pasti, rumah itu mulai kelihatan lebih hidup. Tidak terlalu menunjukkan bahwa pemilik rumah ini adalah seorang pembunuh.

Saat Flaky hampir selesai dengan pekerjaan membersihkan rumah, tak sengaja ia melihat foto-foto Flippy. Entah saat dia masih kecil atau saat dia masih menjadi seorang tentara. Tunggu, memangnya Flippy bukan seorang tentara lagi?

Flaky menggeleng kuat-kuat. Ia tidak peduli akan hal itu, karena sekarang yang terpenting dia harus menyelesaikan pekerjaan ini sebelum Flippy kembali. Namun, belum jauh Flaky melangkah ia melihat sesuatu yang tidak asing.

I-ini, dia masih menyimpannya?

Flaky menyentuh sebuah frame foto yang menggambarkan dirinya bersama dengan Flippy. Ya benar, dia dengan pembunuh itu. Tapi itu dulu sekali. Saat Flippy belum berubah menjadi sosok yang berbeda.

Sosok yang sudah tidak Flaky kenali lagi.

Seraya menghela nafas, mata Flaky melihat sebuah kotak musik tak jauh darinya. Kotak musik itu berbentuk seperti piano dengan balerina kecil di tengah-tengahnya. Satu lagi benda yang mengingatkan Flaky dengan masa lalunya dengan Flippy. Flaky ingat bahwa ini hadiah yang ia berikan saat Flippy akan pergi untuk menjadi tentara. Waktu itu mereka dekat sekali. Flaky bahkan menangis tanpa henti saat melihat kepergian Flippy. Wajar saja ia menangis karena saat itu Flaky masih berumur 11 tahun.

Flaky membawa kotak musik itu ke ruang tamu dan meletakkannya di meja. Sembari duduk di lantai yang beralas karpet dan melepaskan sapu tangan yang menutupi mulutnya, Flaky memutar sekrup pada kotak musik tersebut. Alunan musik lembut mengalun mengisi ruangan tamu itu. Flaky menelungkupkan kepalanya dan mengarahkannya ke arah kotak musik itu berada. Matanya terpenjam sambil mengingat-ingat masa lalu. Masa di mana ia dan Flippy masih berteman.

Ia tak ingat kapan pertama kalinya Flippy dan dirinya berteman. Flaky hanya bisa mengingat sekilas demi sekilas bayangan dia bersama dengan Flippy. Entah itu saat dirinya sedang tertawa bersama maupun saat bermain. Tapi itu dulu sekali. Sekarang rasanya ia dan Flippy sudah berbeda. Terlebih lagi ketika perilaku Flippy mulai berubah setelah kembali ke kota ini. Jika dulu yang Flaky ingat adalah Flippy yang hangat dan baik hati, kini hal itu menjadi bayang-bayang masa lalu saja.

Flippy yang sekarang sudah berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

Flaky tak tahu apa saja yang sudah terjadi selama Flippy pergi. Selama tahun-tahun berganti ia tak pernah mendapatkan kabar apapun tentangnya. Sekarang Flippy di mata Flaky menjadi sosok yang tak bisa ia jamah. Begitu asing.

Mata Flaky semakin terasa berat. Lagu kotak musik itu bagaikan lagu pengantar tidur bagi Flaky. Perlahan ia menutup matanya dan mulai tertidur.

o0o0o

Bunga. Sepanjang mata memandang hanyalah hamparan bunga yang terlihat. Macam-macam jenisnya, ada bunga krisan, camelia, coral vine atau pun aster. Entah berapa banyaknya. Kala itu matahari sedang terik-teriknya sehingga cahayanya memantulkan warna-warni kelopak bunga.

Flaky kecil berjingkrat-jingkrat riang. Dia akan berlari tak tentu arah. Sesekali jika ia menemui bunga yang menurutnya cantik ia akan memetiknya dan menaruhnya di gaunnya. Kupu-kupu yang berada di sekitarnya pun berhamburan pergi, mejauhinya. Tak bisa disangkal bahwa gadis itu sangat bahagia. Tawa kekanak-kanak mengalir di seputarannya.

Merasa cukup dengan bunga yang dipetiknya, Flaky berlari menjauh taman itu. Tungkai kakinya melangkah ke arah pohon teduh tak jauh dari situ. Berbeda dengan taman bunga yang panas, pohon itu terasa rindang karena dedauanannya yang banyak sehinga mampu menghalau sinar matahari.

Saat Flaky mendekati pohon itu, ia melihat seseorang di sana. Sosok itu tampaknya sedang tertidur pulas dengan posisi duduk. Seketika bibir Flaky mengembang, tersenyum ketika mengetahui siapa gerangan anak adam itu. Dengan langkah mengendap-endap, Flaky mendekatinya. Begitu ia berada dekat dengan sosok itu, Flaky tak bisa menampik untuk tidak menelisik setiap sudut wajah orang itu. Lumayan lama Flaky menatapnya hingga sosok itu mulai menampilkan sepasang mata hijaunya.

Tunggu. Flippy?

Flippy tersenyum kecil dan dibalas si kecil Flaky dengan senyum lebar.

o0o0o

BRUK!

Flaky tersentak. Dirinya terengah-engah setelah menyadari mimpinya itu. Ia bingung dan takut.

Apa maksudnya itu? Tadi itu mimpi apa?

Flaky mendekap tubuhnya kuat-kuat. Kedua tangannya mencengkram lengannya sendiri. Dengan Mata terpejam erat, Flaky berusaha menetralisir perasaannya. Dalam hati Flaky mengucapkan beberapa kalimat agar ia bisa tenang.

Flaky tak mengerti. Kenapa Flippy di mimpinya tidak terlihat menakutkan, melainkan terasa sangat akrab. Flaky tentu ingat bahwa dulu ia dan Flippy memang dekat. Tapi tak pernah sekelebat pun kenangan akan wajah Flippy kala itu. Tidak pernah sejelas itu. Seakan-akan Flaky sudah menghapus sosok Flippy yang ramah menjadi Flippy si pembunuh. Dan lagi, di mimpi itu Flaky tidak merasa ketakutan dengan sosok itu. Malah ia senang dengan Flippy. Ia merasa aman bersamanya.

"Kau sudah bangun?"

Mata Flaky seketika terbelalak. Tak ia sadari, Flaky menahan nafasnya. Ia meragukan indra pendengarannya, tapi dia mendengar suara Flippy. Jantungnya mulai berdegup kencang, ia takut. Walau begitu Flaky tetap memaksakan untuk mengangkat kepalanya dengan perlahan. Dirinya mencari si sosok sumber suara tadi.

Di tengah temaram sore hari, Flaky melihat sosok Flippy duduk tak jauh dari dirinya.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang