Two

313 29 4
                                    

Ya, Tuhan tolong aku...

o0o0o

"Flaky?"

Flaky memejamkan matanya, menarik nafas, lalu perlahan ia membalikkan badannya. Dia tahu, bahwa jika tindakannya ini akan selalu ia sesali. kepalanya tertunduk lalu berkata.

"A-apa yang perlu saya bantu t-tuan?" Flaky berusaha melepaskan pegangan Flippy, tapi tindakannya terhenti karena Flippy malah makin mengeratkannya.

"Duduklah, kumohon." Minta Flippy. Namun terdengar lebih seperti perintah di telinga Flaky. Manik hijaunya menatapnya tajam. Nafas Flaky tertahan.

"A-aku..."

"FLAKY!" Teriakan Pop membuat semua pasang mata menatap ke arahnya. Termasuk Flaky dan Flippy. Pop berjalan ke arah mereka dengan langkah tergesa-gesa.

"Flaky, apa yang kau lakukan di sini? Kita sedang banyak pengunjung dan kau malah hanya berdiri di sini?! Cepat ke belakang!"

Flaky mengangguk dan langsung melepaskan genggaman Flippy, yang bahkan ia tak tahu bagaimana dia mampu melepaskannya. Sedikit berlari, Flaky melangkah menjauhi Flippy dan Pop. Saat Pop melihat Flippy, Flippy lebih dulu memberikannya tatapan tajam.

"Maafkan saya jika lancang, tapi bagaimana pun juga dia harus menyelesaikan pekerjaan karena ini masih jam kerjanya. Namun, anda bisa berbicara dengannya ketika istirahat atau pulang nanti. Dan saya harap anda tidak membuat keributan di restoran saya. Permisi"

Pop pun berlalu, tak menyadari bahwa dia baru saja mengundang bahaya. Flippy terus menatap kepergian Pop dengan tatapan tajam.

o0o0o

Jantung Flaky terus berdetak kencang walau dia sudah jauh dari Flippy. Namun, tetap saja, Flaky masih ketakutan. Keringat dingin terus mengucur dan tangannya saling terkait gelisah.

Mungkin kalau Pop tadi tidak datang, dia pasti sudah menangis. Ah untuk Pop, Flaky tidak tau harus berterima kasih atau apa. Tapi ia sangat bersyukur Pop bisa menghentikan Flippy sehingga ia bisa jauh dari Flippy. Khusus sekarang.

o0o0o

Jam menunjukkan pukul 11.00 malam, yang bertanda berakhirnya shift kerja Flaky. Dia pun mengucap salam pada Pop yang tampaknya sudah tak marah lagi padanya. Maklum, seharian ini dia sudah bekerja keras, setidaknya dia pantas dimaafkan.

Malam semakin larut, dan Flaky ingin secepatnya berada di rumahnya. Ia merasa sangat tidak aman. Sifatnya yang penakut membuatnya semakin waspada. Tapi dia lebih takut apabila ada dia.

Oh tidak, sekarang Flaky malah memikirkannya. Rasa merinding dan takut mulai menghampirinya.

Aku harus cepat pulang.

Drrtt... Drrtt...

Langkah Flaky terhenti ketika menyadari telepon genggamnya bergetar. Diangkat dan dilihatnya telepon itu. Matanya bingung melihat nomor tak terdaftar menelponnya. Lama terdiam sembari melihat sekelilingnya, ia memutuskan tidak menjawab telepon itu, tapi tidak pula ia mematikan teleponnya.

Kini pikiran paranoidnya muncul.

Apa mungkin itu dia?

Gemetar. Badan Flaky bergetar menyadari jika pikirannya benar. Tidak, dia benci dia. Ia ingin cepat pulang.

Tekad Flaky sudah bulat. Ia berlari sekencangnya menuju rumahnya. Angin malam tak segan-segan menerpanya. Tapi dia sudah tak peduli. Dia hanya ingin pulang ke rumahnya. Ia sudah muak. Muak akan ketakutannya.

InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang