Five

233 20 3
                                    

Detik berganti menit.

Menit berganti jam.

Dan tak terasa jam berganti hari.

Setiap hari kegiatan Flaky berlalu dengan diisi aktivitas yang monoton. Sudah hampir 5 hari semenjak kejadian itu Flaky tidak "ditemui" Flippy lagi. Mungkin, Flippy tahu diri bahwa Flaky membencinya sehingga sampai saat ini Flaky belum melihat batang hidungnya. Bahkan boneka teddy bear pemberiaannya masih teronggok di terasnya, tak pernah ia hiraukan. Akibatnya boneka itu sedikit berdebu dan mulai kelihatan kotor.

Kini, setiap kali pulang malam sehabis kerja, Flaky sudah tidak merasakan adanya sosok yang mengikutinya lagi. Walau begitu, Flaky selalu siap siaga dengan kemungkinan yang akan terjadi. Entah karena Flippy yang benar-benar sudah tidak mengikuti Flaky lagi atau saking hebatnya dia hingga tak dapat Flaky sadari keberadaannya, yang jelas Flaky sudah tidak merasakan sosok misterius yang ada di belakangnya.

Tapi ada satu hal yang menganjal di pikiran Flaky. Tak lain adalah boneka teddy bear itu. Flaky merasa risih setiap melihat keberadaan boneka itu di teras rumahnya. Ia kesal karena boneka itu adalah boneka yang sangat ia sukai dari kecil.

Dari dulu ia berharap bisa memiliki boneka teddy bear apalagi dengan bentuk yang sangat besar. Namun, karena dirasa akan merepotkan kedua orang tuanya, maka Flaky urungkan niat untuk membeli boneka. Apalagi boneka sebesar ini harganya pasti tidaklah murah. Duit yang lumayan itu lebih baik Flaky sisihkan untuk kebutuhannya yang lain dibandingkan membeli boneka.

Tapi jika ia melihat boneka ini terus, bagaimana ia bisa tahan? Sudah lama ia ingin boneka teddy bear yang besar dan sekarang boneka itu sudah terlihat di depannya. Tunggu apalagi, bukan?

Tidak! Boneka ini adalah pemberiaan dari dia! Ba-bagaimana pun aku tidak akan bisa menerima ini, aku tidak sanggup.

Batin Flaky terus saja menggaung jika kala dirinya ingin membawa boneka itu ke dalam rumahnya.

Jangan ingat bonekanya, tapi ingat siapa yang memberikan ini Flaky!

Flaky memejamkan matanya. Bahkan untuk sebuah boneka saja, batinnya cukup tersiksa. Sepertinya entah dia ada atau tidak, Flaky terus saja merasa menderita.

"Hei Flaky!"

Flaky tersentak saat tiba-tiba ada sebuah tangan menepuk pundaknya. Sepertinya ia tadi terlalu lama melamun hingga tidak menyadari keberadaan Giggles. Dadanya berdebar-debar karena kaget. Giggles mengerutkan keningnya, menyadari ada yang aneh dengan Flaky.

"Kau sedang melamunkan apa?" Giggles berjalan ke depan tubuh Flaky, mencoba melihat mimik Flaky secara lebih jelas. Flaky mengedipkan matanya beberapa kali sampai bisa menetralisir perasaannya. Flaky masih terdiam sampai ia menyadari bahwa Giggles menunggu jawaban darinya.

Flaky menggeleng pelan seraya berkata, "a... aku tidak apa-apa, Giggles." Flaky menundukkan kepalanya sambil mempermainkan jari jemarinya. Flaky tidak mau mengatakan isi pikirannya pada Giggles.

Giggles menghela nafas pelan. Ia tidak akan menanyakan pertanyaannya kembali karena ia sudah tahu jawabannya akan tetap sama. Bagi Giggles, Flaky itu mudah ditebak. Kalau ia berkata tidak apa-apa maka jawabannya malah sebaliknya. Aneh memang, tapi itulah yang Giggles tangkap selama ia berteman dengan Flaky.

"Pasti kau sedang memikirkan dia." Tukas Giggles enteng. Mata Flaky melebar seketika, terkejut.

"Ah... itu... ti-tidak, kok." Flaky menggeleng cepat tapi matanya tidak melihat langsung ke arah Giggles. Flaky berbohong.

"Kau tidak usah bohong padaku Flaky. Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Kamu pasti sedang bingung kenapa dia tidak berkunjung lagi ke kafe ini, kan?"

Lagi-lagi Flaky dibuat kaget dengan jawaban Giggles. Mengapa Giggles bisa tahu apa yang sedang dipikirkannya? Apa semudah itu dirinya bisa dibaca? Apa Giggles bisa membaca pikirannya? pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepala Flaky.

"Pfft-Hihihihi wajah bingungmu sangat lucu, Flaky. Hahahahahah." Giggles tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak tertawa. Wajah Flaky kebingungan tampak jelas di matanya. Pasti dia bingung dengan kenapa Giggles bisa tahu semua pikirannya.

"Gi-Giggles!" Warna merah muda langsung merambat di pipi Flaky. Ia sangat malu sekali bahwa Giggles tertawa karenanya. Flaky merasa ia seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa.

Tawa Giggles langsung mereda saat menyadari Mr. Pop ada di belakang Flaky.

Oh tidak.

"Sepertinya ada hal yang menarik di sini, benar nona-nona?" Sindir Mr. Pop. Flaky reflek menoleh ke belakang saat mendengar suara Mr. Pop dan dia langsung menundukkan kepalanya. Ya ampun, kenapa dia baru menyadari keberadaan Mr. Pop.

"Sebaiknya kalian sadar diri bahwa sekarang kalian sedang dalam jam kerja. Kalau kalian begini terus bisa-bisa kalian kupecat. Apa kalian mau kupecat, hah?!" Giggles dan Flaky menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Mata mereka masih menunduk ke bawah. Flaky melirik sekilas ke Mr. Pop, tapi saat mata mereka bertubrukkan, Mr. Pop lebih dulu memalingkan wajahnya kemudian disusul Flaky.

Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba saja Mr. Pop memalingkan wajahnya? Biasanya Mr. Pop malah balik menatapku tajam, bahkan dia bisa akan tambah marah. Flaky membatin dalam hati.

Setelah itu, tiba-tiba saja Mr. Pop berlalu begitu saja. Giggles yang ada di samping juga sampai terheran-heran.

"Giggles, aku permisi dulu." Pamit Flaky.

"Oh? ah, okay, Flaky." Balas Giggles.

Ada yang aneh di sini.


o0o0o


Minggu pagi dimulai dengan awan yang mendung. Flaky sendiri sedang merenung di kamarnya. Matanya menatap ke arah keluar, melamun. Setelah itu, tiba-tiba Flaky berdiri kemudian keluar dari rumahnya. Dia berjalan sampai ia berada tepat di depan boneka teddy bear itu berada.

Aku harus mengembalikan boneka ini ke dia. Batin Flaky.

Semalaman ia sudah memikirkan bahwa ia harus mengembalikan boneka itu. Tentu bukan perkara yang mudah. Buktinya semalaman ia belum tidur sampai jam 3 malam. Ia bingung dan juga takut dengan keputusannya ini.

Jangan tanya kenapa ia seberani ini, karena Flaky sendiri juga tidak tahu. Yang jelas ia harus mengembalikan boneka ini. Ia tidak tahan jika terus-menerus melihatnya.

Rumah Flippy tidak terlalu jauh namun tidak juga dekat dari kediaman Flaky. Hanya saja tempat tinggal Flippy berada di pinggir hutan, sehingga membuat Flaky meragu awalnya. Rumah berwarna abu-abu yang lumayan besar itu mulai nampak. Entah mengapa aura mencekam dan mengintimidasi sangat kentara sekali.

Flaky ingin pulang, tapi dia tidak bisa. Ia sudah memutuskan hal ini matang-matang, bahwa ia harus mengembalikkan boneka ini.

Tak terasa kini Flaky sudah berada di depan rumah Flippy. Oh ya ampun, bahkan saat baru di depan rumahnya saja kakinya sudah bergetar hebat. Tapi tekad Flaky sudah bulat.

Dengan kesusahan, Flaky mencoba mengetuk pintu rumahnya. Dalam hati Flaky berharap agar Flippy tidak ada di rumahnya. Ia tidak sanggup jika harus menemuinya. Bodoh memang, bagaimana mungkin ia bisa mengembalikan boneka ini jika dia tidak ada di rumahnya.

Sekali lagi Flaky mengetuk, tapi tidak juga ada jawaban dari si tuan rumah.

Apa dia tidak ada di rumah? Tanya Flaky dalam hati.

Tangan Flaky beralih ke pegangan pintu. Sesaat ia berhenti bergerak.

Tunggu apa yang sedang kupikirkan. Apa aku ingin membuka pintu ini?

TBC

InsaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang