3 : Doctor's Secret

5.1K 404 34
                                    

"Kubilang lepas, Haruno Sakura!"

Sakura masih menegang, tapi tak urung juga melepaskan kacamatanya. Apa yang salah dari Uchiha Sasuke pagi ini? Apa kopi yang diminumnya tadi tidak enak? Seharusnya Sasuke terima saja tawaran Sakura kemarin agar tidak marah-marah pagi-pagi begini. Kalau begini semuanya jadi repot dan bingung, apalagi Sakura.

"I-iya." Ucap Sakura tergagap, menurunkan kacamata merah itu dari hudungnya.

Sasuke masih berdiri dengan wajahnya yang begitu mengerikan, sementara Gaara dibelakangnya hanya menatap Sakura sedikit peringatan di sorot matanya, menyuruh Sakura waspada.

Sasuke memejamkan matanya lalu menarik napas dalam, "Pergi, Haruno Sakura."

"Tapi-"

"Kubilang pergi, aku tidak ingin membentakmu pagi-pagi begini."

'Tapi kau sudah membentakku, dasar antagonis!'  Batin Sakura kesal.

Dengan sedikit mencibir, Sakura akhirnya bangkit juga dari sofa Sasuke. Ia keluar dari ruangan itu dengan hentakan kesal diikuti Gaara dibelakangnya.

Sakura heran, kenapa juga Sasuke harus marah hanya karena dia memakai kacamata yang sama dengan mantannya? Apa sebegitu parahkah bayangan mantan bagi Sasuke hingga dia begitu sensitif ketika melihat secuil hal saja yang mirip dengan mantannya? Padahal, kalau Sakura mau repot-repot mencari, pasti dia sudah menemukan ribuan wanita yang memakai kacamata persis seperti itu.

"Jangan marah padanya."

Kalau saja Gaara tidak bersuara, pasti Sakura tidak akan menyadari kehadirannya yang dengan setia mengantar Sakura keluar dari ruangan terkutuk itu. Oh, andai saja jiwa Sasuke dan Gaara bisa tertukar. Pasti menyenangkan melihat Sasuke begitu baik seperti ini.

Sakura menyandarkan tubuhnya pada badan mobilnya dan menghela napas, "Bagaimana aku tidak marah kalau dia membentakku dengan alasan tidak jelas seperti itu?" Tanyanya sinis.

"Dia hanya punya sesuatu yang tidak bisa dikatakan padamu." Tambah Gaara lagi, masih mencoba memperbaiki perasaan Sakura yang kacau karena Sasuke.

"Apanya? Dia memang punya banyak hal yang tidak bisa dikatakan padaku. Aku yakin itu hanya satu dibanding seribu hal lain." Ucap Sakura mendengus.

Gaara ini aneh sekali, begitu royal kepada Sasuke. Padahal pemuda sialan itu begitu arogan dan dingin, tapi Gaara yang baik dan hangat bagaimana bisa betah berlama-lama dengan Sasuke? Ah, tapi yang namanya sahabat, perbedaan tidak akan pernah ada artinya.

"Kalau begitu kau bicaralah padanya. Aku tahu Sasuke suka salah satu caffe di dekat sini yang menjual kopi yang sangat enak, dia sering pergi ke sana."

Tiba-tiba antena di kepala Sakura berdiri. Bagaimana bisa Gaara mengajukan gagasan yang bagus seperti ini? Dan membocorkan satu lagi hal yang disukai Sasuke? Ah, sungguh teman yang baik.

"Benarkah?" Tanya Sakura antusias, amarahnya sudah tidak berlaku lagi ketika hatinya yang bekerja, "Tapi, kapan aku mengajaknya? Kau tahu dia pasti masih marah padaku."

Gaara terdiam cukup lama, sebelum akhirnya memberi masukan, "Bagaimana kalau nanti malam? Besok malam kau juga ajak dia ke kuil untuk merayakan tahun baru. Dia tidak pernah pergi untuk acara seperti itu."

Wajah Sakura memerah membayangkan makan malamnya nanti dan kencannya besok bersama Sasuke. Ia harus segera pulang dan mempersiapkan baju terbaiknya, juga membeli yukata untuk acara tahun baru besok. Pasti akan ada banyak hal romantis di kuil. Astaga, bisakah besok menjadi hari terbaik dalam hidup Sakura?

"Gaara-kun," Sakura memeluk Gaara singkat lalu melepasnya lagi, "Kau begitu pintar. Terima Kasih atas segala ide brilianmu. Aku akan mengajaknya nanti dan besok, aku pergi dulu ya, da!"

Ikemen Syndrome [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang