Hari ini ujian semester terakhir kami, setelah seminggu lamanya berjuang untuk nilai sempurna di semester akhir, ini ujian semester terakhir untuk para siswa kelas 12. "Pulang main dulu yuk ke downtown makan mie setan!" Ucap fenya. Pertanyaan itu langsung disetujui oleh teman-teman yang lain termasuk diriku. Rara, fenya, aku dan 3 temanku yang lain akhirnya setuju untuk pergi ke downtown setelah ujian selesai, bisa dibilang merayakan hari terakhir ujian?.
•
Bel telah berbunyi menandakan waktu ujian telah habis. Murid-murid bersorak menyuarakan kebebasannya dari ujian semester dan menyambut liburan.
"Eh ayoo cepet kita ke downtown keburu rame" ucap rara mengajak yang lainnya. Dia menarik tangan raisa yang sedang asyik melihat ke arah lapangan basket. Rara langsung tahu siapa yang dia liat dan dia tetap menariknya "udah jangan diliatin mulu kalo jodoh mah ga kemana" ucap rara. Isshh ucap raisa kepada rara dan mengikutinya dan teman-teman yang lain. Mereka memberhentikan angkot dan pergi menuju downtown.•
Wajahnya memerah semua, dan keringat kepedesan mengucur dari kepala mereka. Namanya juga mie setan, pedasnya tidak main-main tapi membuat ketagihan. Downtown adalah tempat nongkrong bagi siswa-siswi kota itu, termasuk raisa dkk. Downtown adalah tempat nongkrong, gosip dan pelarian mereka jika tidak ada kegiatan sepulang sekolah.Semuanya sudah menghabiskan makanannya, sekarang saatnya memakan snack itu menghilangkan ras pedas dan sambil berbincang-bincang. "Eh si jihad udah jadian yah sama nadira?" Ucap raisa, dan diikuti anggukan dari yang lain. "Gila gue kira mereka cuma temenan loh, yang gue kira bakal jadian malah kaga jadi-jadi sampe sekarang" sahut nita. "Siapa yang ga jadi-jadi?" Tanya rara sambil memakan keripik kentang kesukaannya. "Itu bella reyhan" jawab nita.
"Dih apaan–" sahut fenya terpotong, dia menghabiskan makanannya dulu sebelum melanjutkan bicara. "nih yah, itu tuh yang deketin si reyhan si bella, bukan reyhan deketin bella" lanjut fenya, lalu meneguk air dari botol. "Maksudnya?" Tanya raisa penasaran. "Iya kan gue pernah tuh minjem hpnya bella, nah ga sengaja gue baca chatnya sama reyhan, si bella jawabnya panjang si reyhan balesnya yah pendek gitu. Terus pas festival, itu si bella yang nitip makan ke si reyhan soalnya reyhan kan lagi diluar sekolah" jelas fenya dan memakan keripik lagi. Rara dan raisa saling bertukat tatap seakan saling tahu apa maksud tatapan itu. "Terus yang si reyhan nemenin dia makan?" Sahut sonya, semua seakan larut dalam penasaran dan mendekat ke fenya menunggu penjelasan.
Fenya menghentikan makannya dan meminum air sebelum melanjutkan ceritanya. Raisa meletakan hp-nya dan fokus terhadap fenya. "Itu si bella yang minta temenin, kalian tau aja kan reyhan orangnya ga enakan sama cewe. Dia juga nganter bella pulang ko. Lagian juga sekarang bella udah deket sama cowo lain kan" jawab fenya. "Udah gue duga sih" sahut sonya. Raisa menghela nafasnya dan menyenderkan tubuhnya ke kursi, terukir senyum lega di bibirnya saat itu. Mereka pun akhirnya mulai membahas hal-hal lain dan tak terasa hari sudah senja.
•
"Pertandingan selanjutnya kelas 12 IPA 1 melawan 12 IPA 3" sayup-sayup dari pengeras suara di lapangan membuat kami sekelas bersiap-siap. Laki-laki sibuk pemanasan, sedangkan para perempuan bersiap-siap untuk menyemangatinya.
Seperti biasa, setelah ujian semester akan ada class meeting kali ini pertandingan futsal khusus untuk kelas 12. Tidak seperti biasanya, aku lebih semangat kali ini. Biasanya, aku malas ke lapangan menyemangati di pinggir lapangan dan memilih menyemangati di pinggir-pinggir kelas. Bagaimana aku tidak semangat, kelasku akan melawan kelas reyhan, 12 IPS 3. Aku yakin, dia pasti akan bermain kali ini.
"Dukung tuh kelas sendiri bukan kelas orang" bisik rara sambil menyenggol lenganku. "Gue dukung dia doang ko bukan kelasnya" jawabku malu. "Sama aja gila" jawab rara dan menoyor kepalaku. Tidak peduli apapun itu, yang terpenting aku bisa menontonnya dari dekat hari ini. Mungkin bukan hanya aku yang pernah merasakan ini, mendukung kelasku sendiri tapi juga mendukung orang yang kita suka.
Grup lawan memasuki lapangan, hanya satu hal yang kulakukan saat ini, mencari dirinya. Itu dia. Dengan sepatu kesukaannya, berdiri dekat gawang melakukan pemanasan. Aku kenal sekali dengan postur tubuh itu, tingginya yang kurang dari 180cm dan badannya yang ideal, tidak gemuk dan tidak kurus. Wasit sudah memasuki lapangan, artinya pertandingan akan segera dimulai. Kedua tim berkumpul dilapangan dan berfoto bersama sebelum pertandingan dimulai.
"I..PA.. SATU!" prakprak..prakprak..prak suara botol kosong yang dipukulkan bersama menyemangati awalnya pertandingan, tidak mau kalah kelas sebelah pun melakukan hal yang sama. Sorak-sorai dukungan dan jeritan-jeritan wanita yang mendukung masing masing team ikut meramaikan pertandingan itu.
Mataku terus tertuju padanya, rambutnya yang terhempas angin mengikuti langkahnya menggiring bola. aku terus mengikuti setiap langkahnya seakan tak mau ada moment yang terlewatkan sedikitpun. Dia pemain utama, wajar dia sangat ahli dalam olahraga khusunya bola.
Satu babak sudah terlewat namun belum ada gol yang tercetak di masing-masing group. Bruukk dia terselengkat oleh teman sekelasku, fadil bego ingin sekali aku membantunya saat itu, dan memukuli fadil temanku. Kenapa harus dia yang lo selengkat dil?. Untungnya jatuhnya tak parah, dia pun bermain lagi seperti awal. Aku menatap sinis fadil dari pinggir lapangan, dia hanya meringis meminta maaf. Ya, dia tau aku menyukainya bahkan ia sempat ingin menjadi mak comblang untukku, tapi aku menolaknya. Bagiku pacaran karna usaha sendiri lebih berarti dibanding harus meminta teman mendekatkan kita pada orang yang kita suka, belum tentu orang itu merasa nyaman saat di dekatkan.
Dia berhenti sebentar dipinggir lapangan sambil meminum air dan melihat ke arah bola seakan sedang membuat strategi. Dia langsung masuk ke lapangan kembali dan menghampiri untuk mengambil bola itu. Tak butuh waktu lama untuk merebut bola, kini bola itu sudah dikakinya. Dia langsung menggiring bola itu ke depan gawang, dia mengoper bola itu ketemannya dan akhirnya dioper kembali kepadanya. Dalam hati aku terus berdoa dan menyemangatinya, dia hebat. Satu... Dua... Tiga orang dia lewati dan kini sedikit lagi menuju gawang. Aku tidak berani melihatnya dan memejamkan mataku saat dia mulai dekat dengan gawang. Tuhan, tolong...
"GOLLL!!!" Dia berhasil. Ingin sekali rasanya aku teriak dan loncat kegembiraan, tapi itu tidak mungkin ku lakukan, dia menjebol gawang kelasku mana mungkin aku senang seperti itu. Aku langsung mencari rara dan memeluknya melampiaskan rasa senangku. "Jahat yah lo kelas kita kalah lo malah seneng" bisiknya pelan, aku tidak peduli aku tetap melihatkan senyum bangga ku kepada rara.
Aku kembali duduk dipinggir lapangan bersama rara, kusandarkan kepalaku dipundaknya dan menonton kembali pertandingan. Waktu tinggal 5 menit lagi dan skor masih 1-0. Tenggorokanku terasa kering berteriak seharian, kuminum airku yang tinggal sedikit. Braakk... Sebuah bola mengenai wajahku dan menjatuhkan minumanku. Sakit? Sangat. Aku sangat mengutuk orang yang menendang bola itu. Aku langsung menutup wajahku dengan tanganku menahan sakit, teman-temanku langsung mengerubuniku dan menanyakan apakah aku baik-baik saja atau tidak.
"Ca lo gapapa kan? Muka lo merah banget" tanya rara panik, dia meminjam handuk kecil ke salah satu temanku. "Engga gapapa ko" jawabku dan menutupi wajahku dengan handuk kecil dan pergi ke kelas.
Pertandingan sudah selesai, wajahku juga tidak merah seperti lagi. Sekolah sudah mulai sepi, hanya ada rara dan aku dikelas. Aku terus memegang handuk dingin yang diberikan petugas PMR. Aku tau siapa yang menendangnya tadi, reyhan. Ada sedikit kesal dan kecewa terhadapnya saat itu, bukan... Bukan karna dia yang menendang bola itu karna dia belum meminta maaf atau sekedar menanyakan apakah baik-baik saja atau tidak.
Terdengar seseorang mendekat kearah kelas kami, mungkin dia teman sekelasku yang ingin mengambil peralatan futsalnya dan pulang. Aku dan rara pun bergegas membereskan tas dan bersiap untuk pulang kerumah. Seseorang masuk ke kelas kami dan berdiri didepan pintu. "Raisa" panggilnya, aku dan rara pun langsung menoleh kearah suara itu. Aku terdiam beberapa saat dan menghentikan aktivitasku. Laki-laki itu mendekat kearah kami, rara menatap kearahku diam. Aku hanya bisa terdiam sampai dia tepat didepanku.
.
.
.
.
###Udah part 3, tolong kasih reviewnya yah👌 dan jangan lupa vote juga💕
KAMU SEDANG MEMBACA
A GIFT
Teen FictionSemua berawal dari 2 barang dan sepucuk surat itu. Banyak orang yang tidak percaya keajaiban dalam suatu hubungan, semua hanyalah khayalan fiktif para novelis yang tidak akan terjadi di dunia nyata. Tapi, kini aku ingin membuktikannya sendiri. Apaka...