Suasana menjadi hening, kantin terasa sangat sunyi saat itu, tatapan tajam itu terus tertuju kepada wanita itu setelah menjelaskan maksudnya. Tak ada respon dari tadi hanya tatapan tajam keseriusan.
"Kalo setelah itu ga ada respon dari mereka gimana? Atau malah mereka berdua jauhin kita?" Tanyanya nadanya sangat serius dan membuat lawan disampingnya diam mencari seribu alasan. Suasana kembali hening kembali, tak lama jeda wanita dengan tajam itu menghela nafasnya dalam dan bangun dari duduknya. "Engga, gue ga setuju. Gak masuk akal. Please banget ini bukan cerita novel yang endingnya udah pasti. Kita gatau kelanjutan kita bakal gimana" ucapnya sambil mengambil dompetnya lalu berjalan meninggalkan kerabatnya.
"Tapi setidaknya mereka tau perasaan kita. Itu udah cukup bagi gue" ucap Rara, sebelum Raisa menjauh. Rara pun bangkit dan mengikuti Raisa yang sudah mulai jauh. "Lo mau perasaan lo selama ini sia-sia?" Raisa langsung menghentikan langkahnya setelah mendengar teriakan Rara barusan, helaan nafas yang berat keluar darinya sebelum ia membalikan tubuhnya ke arah Rara.
Raisa membalikan tubuhnya dan menatap ke arah Rara, "ga semudah itu ra" ucapnya lirih. Dia kemudian melanjutkan jalannya kembali ke kelas dan meninggalkan sahabatnya itu sendiri. "Gue ga mau lo nyesel saat lulus nanti ca" desahnya sambil menatapi Raisa yang mulai menjauh sampai kelas.
•
Benar, kehidupan nyata tidak bisa disamakan dengan cerita-cerita novel fiksi yang sudah mempunyai ending saat kalian membaca halaman pertama. Di kehidupan nyata kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, walau kita sudah merencanakannya. Tidak ada yang tau apa yang akan dilakukan atau dipilih orang lain melainkan orang itu sendiri.Wanita menyatakan cinta dalam surat itu terlihat indah dan unik dalam sebuah novel. Tapi apa jadinya jika itu dilakukan di dunia nyata? Apakah akan sama indahnya seperti cerita novel?. Entahlah, saat ini pikirannya sangat berkecamuk banyak sekali keraguan dalam dirinya untuk menyetujui rencana itu.
Raisa menoleh kearah temannya, Rara yang sedang duduk sendiran di barisan depan. Ada rasa bersalah darinya, karna sudah egois menganggap remeh ide sahabatnya itu. Di helanya nafasnya dalam-dalam, Raisa mengambil headset-nya, dan disetelnya lagu-lagu folks favoritenya untuk menenangkan dirinya dan..... Berharap bisa menemukan jalan keluar dari semua ini. Ia memejamkan matanya seiringan dengan nada-nada yang menyejukan itu.
•
Bel pulang telah berbunyi, semua murid langsung berhamburan ke luar sekolah. Ia menghela nafasnya dalam sebelum menepuk pundak wanita didepannya.
"Ayo kita lakuin" ucapnya pelan, wanita didepannya itu langsung menoleh dengan senyuman lebarnya. "Nah gitu dong! Ayo kita beli sekarang!" Sahut wanita itu, Rara. Ia langsung menarik tangan temannya itu untuk keluar sekolah."Ih yakin lo hari ini?" Ucap raisa sambil menahan tubuhnya yang ditarik oleh Rara. Rara langsung menoleh kearahnya dan menatapnya sinis, "raisa, 2 hari lagi kita UN ga mungkin kan belinya hari minggu sebelum UN?" Jawabnya greget dan menarik temannya lagi, Raisa menghela nafasnya pasrah dan ikut tertarik oleh Rara.
---
"Lo yakin mau beliin dia itu?" Tanya Raisa dengan tatapan ragunya melihat rara dan barang itu secara bergantian. Rara langsung mengangguk dan tersenyum lebar meyakinkan. "Dia kan cowo pasti suka mobil, jadi gue kasih mobil-mobilan pasti dia suka" jawab Rara sambil memilih mobil-mobilan di depannya. "Reyhan kan juga cowo, terus gue harus kasih dia mobil-mobilan juga gitu?" Ucap Raisa datar, dia hanya bisa mendesah dan menggeleng-gelengkan kepalanya."Eh kata lo yang bagus yang mana?" Tanya Rara, Raisa mendesah lagi dan menunjuk salah satu mobil bemo antik diantara mobil-mobilan mewah disekitarnya. "Ini buat pajangan bagus, dia ga mungkin mainan mobil-mobilan lagi ra" ucap Raisa, Rara masih mempertimbangkan mana yang harus ia beli. "Yang ini aja" Jawab Rara dan mengambil salah satu lamborghini miniatur, dan langsung membayarnya ke kasir. Raisa tidak habis pikir untuk hanya miniatur mobil kecil seperti itu saja menghabiskan seratus ribu rupiah.
Rara sudah selesai membeli kadonya, kini giliran raisa yang membeli kadonya, ia masih belum memikirkan apa yang akan diberikan kepada laki-laki itu, sebelum ia jatuh pada salah satu store berisi accesories bernuansa Eropa itu. Tanpa berpikir lama, ia dan Rara langsung masuk kedalam toko itu.
Seperti surga, bagi Raisa melihat barang-barang bertemakan Britania Raya itu. Rasanya ia ingin membeli semua barang itu dan dijadikan pajangan dirumahnya. Raisa langsung mengelilingi toko itu dan melihat-lihat barang yang ada disana. Dan pada akhirnya, ia memilih 2 barang itu, miniatur menara eiffel dan bola air yang didalamnya terdapat post mail kecil dan juga botol surat kecil untuk meletakan surat didalamnya.
Untung sedang diskon. Batin raisa, jika tidak untuk 2 barang itu ia bisa menghabiskan dua ratus ribu .
"Pokonya sampe rumah, kita harus buat surat itu kita selesaiin sebelum UN, okay?" Ucap Rara sebelum mereka berpisah di Mall dan pulang kerumah. Raisa hanya bisa mengangguk dan mendesah tak sanggup memikirkan apa yang harus dia tulis disurat itu nanti. Raisa dan Rara pun berpisah dan kembali kerumah masing-masing sebelum malam tiba.•
Wanita itu terus menatapi kertas putih kosong itu dengan pulpen ditangannya. Sudah 15 menit Ia hanya diam menatap kosong kertas itu. Tak lama, ia mendesah kencang dan mencoba memulai menulis disurat itu. Satu... Dua... Tiga kata mulai ia tulis, kini sudah hampir 5 baris ia tulis. Namun saat baris ke-6 ia berhenti menulis dan membaca lagi apa yang ia tulis. Ia langsung merobek kertas itu dan meremasnya lalu membuangnya di tong sampah. Ia langsung menidurkan kepalanya di meja belajarnya pasrah.Selang 3 menit, diambilnya kertas baru, ia menatap kearah dua hadiah itu lalu mendesah kencang dan akhirnya memulai menulis kembali. Kini ia hanya menulis pendek beberapa kalimat lalu menggulung kecil surat itu lalu memasukannya kedalam botol kecil itu. Ia letakan botol surat dan 2 hadia itu kedalam paper bag yang sudah ia beli dan diikatkannya pita diluarnya.
Wanita itu langsung menelentangkan tubuhnya ke kasurnya, dan menutupi wajahnya dengan bantalnya. Ia menendang-nendangkan kakinya sambil memeluk bantal itu dengan ekspresi gugupnya, dan menatap pasrah paper bag yang ada diatas meja belajarnya, wish me luck ucapnya dalam hati. Ia mematikan lampu kamarnya dan langsung tertidur melenyapkan rasa gugupnya.
####
Jangan lupa vote dan commentnya yah👌
KAMU SEDANG MEMBACA
A GIFT
Teen FictionSemua berawal dari 2 barang dan sepucuk surat itu. Banyak orang yang tidak percaya keajaiban dalam suatu hubungan, semua hanyalah khayalan fiktif para novelis yang tidak akan terjadi di dunia nyata. Tapi, kini aku ingin membuktikannya sendiri. Apaka...