langit sedang bersedih.
sudah 2 jam wanita itu terperangkap didalam cafe itu. 1 cup Vanilla latte dan croissant sudah dihabisi olehnya. Lebih dari 5 kali wanita itu menatap jam tangan berwarna coklat itu, namun hujan tak kunjung reda. wanita itu akhirnya memilih untuk tidur di meja itu, terlihat sekali dari wajahnya yang lelah ingin cepat sampai rumah namun hujan menjebaknya di dalam cafe ini.
terima kasih hujan, untuk pertemuan ini. Ucap pria itu, sudah 1 jam ia mengamati wanita itu senyum kecil terlukis dari bibirnya seraya melihat tingkah laku dari wanita itu. Ingin sekali pria itu menghampiri wanita itu dan menemaninya, namun ia terlalu khawatir jika apa yang ia lakukan akan membuat wanita itu terbangun.
petir membangunkan wanita itu, terlihat sekali wajah terkejutnya itu, pria itu tersenyum lagi baginya itu sangat menggemaskan. wanita itu langsung membereskan barangnya, ia menghela nafas ketika melihat hujan masih juga belum berhenti, hujan sudah sedikit mereda menurutnya, wanita itu pun langsung keluar dari cafe itu.
.
wanita itu masih berada didepan cafe itu, ia masih ragu untuk menerjang hujan walau sudah mereda. "lagi musim sakit" Ucap seseorang disampingnya dan memberikan payung lipat. wanita itu terdiam.
Wanita itu, Raisa masih terdiam dan menatap kearah pria itu namun pria itu berpura-pura tidak melihatnya dan menujukan pandangannya pada jalan raya didepannya. wanita itu terus memandanginya namun tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.
Pria itu melihat jam tangannya,
"udah jam 5 ga--"
" ka evan?" ucap Raisa pelan, pandangannya terus tertuju ke mata pria itu. Pria itu tetap membuang mukanya dan menatap kearah jalanan.
Pria itu tertawa kecil lalu menoleh ke arah wanita itu dengan senyuman hangatnya. "apa kabar anak kecil?" ucap pria itu, evan. wanita itu, Raisa tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya dan pria itu pun langsung menyambut senyuman itu dengan pelukan hangatnya.
Raisa memeluk erat evan, menumpahkan semua kerinduannya selama ini. Tak lama, kemeja pria itu basah oleh air mata perempuan itu. Evan, sudah 4 tahun dirinya dan Raisa berpisah. Ia harus melanjutkan study nya ke Inggris.
"Raisa, are you okay?" ucapnya khawatir karna wanita itu mendadak menangis.
"hey, dont cry! i'm back why you re sad?" sambungnya dan menepuk nepuk pundak raisa mencoba menenangkannya. namun tangisan raisa semakin deras, evan yang tak mengerti kenapa ia hanya bisa mendekap erat raisa dan membiarkan wanita itu menangis di pelukannya, tak peduli dengan orang-orang yang melihat mereka.
.
1460 Hari telah dilewatinya, menahan rasa rindu yang tak tertahan. kini penantian itu telah berakhir, ia kembali untuk menemui gadis itu, gadis yang sudah beranjak dewasa menjadi seorang wanita. Tak ada yang berubah, namun ada hal yang mengganggunya senyuman yang biasa terukir itu tak terukir hari ini, kecemasan lah yang terukir di wajahnya. ini bukan hal yang diharapkannya.
Setelah pertemuan di cafe itu, mereka akhirnya memutuskan untuk pindah ke salah satu restoran tak jauh dari cafe itu. Evan mengajak Raisa untuk makan karena wajah Raisa yang pucat, dipesannya lah Nasi Goreng dan Cordon Blue.
"Bagaimana rasanya kembali ke Negaramu?" tanya Raisa sambil menyeruput teh hangat yang dipesannya. Evan tersenyum tipis dan meminum tehnya juga. "Senang dong, kan bisa ketemu kamu lagi" Jawab evan diikuti senyumnya menggoda Raisa. Raisa mengernyitkan dahinya dengan wajah sewotnya. "Seneng udah ninggalin aku bertahun-tahun?" tanya Raisa yang membuat Evan terdiam sebentar. Pesanan yang mereka sudah datang, "ayo dimakan keburu dingin" Ucap Evan, Raisa masih terdiam menitap sinis Evan dengan memegang sendok garpunya. Evan yang merasa sedang ditatap oleh Raisa mengalihkan wajahnya dan melanjutkan makannya. Raisa masih terdiam kesal, evan pun menghentikan makannya dan menatap ke arah Raisa.
"kenapa? mau dijawab apa?" Ucap evan, "tau ah" jawab Raisa dan memakan makanannya. Evan tertawa kecil melihat kelakuan dari Raisa, dia tetaplah seorang Raisa Syahara gadis yang ia kenal 10 Tahun lalu tidak ada yang berubah meski di tinggalnya bertahun-tahun.
"ada masalah apa?" tanya evan sambil mengelap bibirnya, setelah menghabiskan nasi gorengnya. Raisa tidak menjawab, ia tetap fokus pada kentang-kentangnya.
"Ohya, sekarang udah kerja? dimana?" Ucap Raisa lalu mengelap bibirnya. "jangan ngalihin pembicaraan" Jawab evan dengan tatapan seriusnya. Raisa menyeruput Jus Stroberi nya sampai habis tidak menghiraukan ucapan dari Evan.
"Ga berubah yah kamu, selalu nutupin masalah kamu" Ucap Evan kesal, namun Raisa hanya membalasnya dengan cengirannya. Evan menghela nafasnya dan meletakan handphone nya diatas meja.
"Kalo ada sesuatu Cer----" ,
"Aku hamil" tatapan tajam itu langsung menusuk ke wajah wanita itu, tubuhnya terasa ringan fikirannya menjadi kosong.
"aku semester 7 sekarang, dan hamil. haruskah aku berhenti kuliah?" Ujar wanita itu dengan senyum tipisnya.
================================================================================
halloo, bagaimana cerita A GIFT ini sampe sekarang? jangan lupa vote yaah untuk next chapter dan comment jika ada yang ingin kalian tambahkan. terimakasih :)
![](https://img.wattpad.com/cover/71828487-288-k183085.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A GIFT
Teen FictionSemua berawal dari 2 barang dan sepucuk surat itu. Banyak orang yang tidak percaya keajaiban dalam suatu hubungan, semua hanyalah khayalan fiktif para novelis yang tidak akan terjadi di dunia nyata. Tapi, kini aku ingin membuktikannya sendiri. Apaka...