MPA2- Peraduan Pangeran.

7.3K 702 11
                                    

Prilly menghampiri Anney yang sedang bersenandung ria di samping kolam istana. "Anney.." Panggil Prilly.

"Prilly? Ada apa denganmu?" tanya Anney yang menangkap raut kegelisahan Prilly

"Nanti malam pangeran memintaku untuk datang ke peraduannya."

Ucapan yang lolos dari bibir Prilly seketika membuat Anney memekik histeris. "Apa?! Ke Peraduan Pangeran?! Untuk apa?"

Prilly menggeleng lemah. "Aku tidak tahu Ann, Kurasa Pangeran sangat marah padaku karena mambuatnya menunggu lama"

"Tapi mengapa kau di suruh langsung ke peraduannya?" Tanya Anney yang merasa agak janggal.

"Mungkin Pangeran akan menghukumku" Ucap Prilly yang membuat Anney menatapnya khawatir.

"Kalau begitu, kau jangan ke sana. Aku takut Pangeran menyiksamu. Dari kabar yang aku dengar, pangeran itu sangat sadis"

"Ya, aku tahu. Tapi aku...ah entahlah. Bagaimana kalau Pangeran semakin marah karena aku tidak datang ke sana?"

Anney menepuk pundak Prilly pelan. "Keputusan berada di tanganmu, Prilly. Tapi pikirkan juga keselamatanmu. Aku mohon"

Prilly tersenyum haru. "Terimakasih sudah mengkhawatirkanku Anney"

Anney terkekeh kecil "Jangan berterimakasih seperti itu. Aku itu sahabatmu. Oh iya, bagaiaman ceritanya pangeran bisa menyuruhmu datang ke peraduannya?"

Prilly pun menceritakan semuanya pada Anney.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Prilly

Anney mengendikkan bahunya. "Pangeran terlalu misterius untuk di tebak. Sepertinya ia sedikit tertarik kepadamu"

Prilly tergelak "Jangan konyol Anney, aku ini hanya seorang juru masak."

"Ahahaha aku hanya bercanda. Lagipula aku dengar, pangeran sudah mempunyai calon istri"

"Benarkah?"

Anney mengangguk. "Namanya Veneria. Seorang Putri dari kerajaan Maladis. Rumor mengatakan Dia sangat cantik dan baik hati. Hm..Pangeran yang tampan dan bijaksana, dan putri yang cantik dan baik hati. Aku rasa mereka pasangan yang cocok."

"Ya.. aku rasa rasa juga begitu" ucap Prilly menimpali.

----

Aliford yang sedang mempelajari buku silsilah kerajaan tiba tiba mendongkak mendengar pintu perduannya yang diketuk.

"Ampun Yang Mulia, seorang juru masak hendak bertemu dengan anda." Ucap salah satu pengawal dari seberang pintu.

"Biarkan dia masuk" ucap Aliford tenang. Tak lama kemudian, pintu pun di buka secara perlahan.

"Perimisi Yang mulia hamba daatang kemari atas---"

"Duduk" Ucap Aliford yang tidak ingin berbasa basi. Bahkan menoleh saja tidak. Ia masih berkutat dengan buku silsilah yang kuno itu.

Menyadari gadis di hadapannya sedang menatap dengan bingung, Aliford menepuk kursi di sebelahnya. "Duduk disini" titahnya.

Gadis berpakaian juru masak tanpa dilengkapi topi itu segera duduk dengan gugup. Matanya terus menatap cemas kearah Pangeran yang sedang membaca buku dengan fokus.

~

3 jam berlalu. Pangeran belum juga menyelesaikan kegiatannya membaca buku. Membuat seseorang gadis di sampingnya itu dilanda bosan akut dan tanpa sadar mendecakan bibirnya.

Ck

"Apa kau baru saja bermaksud mengeluh ke padaku?"

Gadis itu tergagap lalu menyangkal dengan cepat. "Tidak Yang Mulia.. maksud hamba bukan seperti itu"

Aliford melirik sekilas lalu menutup buku, mengakhiri kegiatan membacanya. "Siapa namamu?"

"Nama hamba Prilly Yang Mulia"

Aliford menatap mata Prilly secara intens sekian lama. Itu membuat Prilly agak salah tingkah.
"Baiklah Prilly, secepatnya kau akan segera menjadi permaisuri ku"

Buruh beberapa detik untuk mencerna ucapan Pangeran. Prilly langsung terkaget bukan kepalang. "Ahk Maaf Yang Mulia? Apa saya salah dengar"

"Memang kau dengar apa?"

Prilly merutuki dirinya. Pasti ia salah dengar. "Bukan apa apa Yang Mulia. Saya tadi mendengar anda menyuruh saya untuk menjadi sesuatu yang mustahil" ucap Prilly sambil mengendikkan bahunya

"Menyuruh apa?"

Pipi Prilly memerah ketika hendak mengatakannya. "Saya menjadi permaisuri Yang Mulia"

Aliford mengangguk. "Baik. Aku terima kau menjadi permaisuriku"

Prilly membelalakan matanya. Apa Pangeran benar benar menjebaknya? "Bukan..bukan begitu maksud hamba. Hamba hanya---"

"Aku terima kau menjadi Permaisuriku. Kata kata yang telah keluar, tidak boleh dicabut lagi"

"Tapi hamba...hamba ini---"

"Apa aku perlu mengatakannya lagi? Kata kata yang telah keluar, tidak bisa di cabut lagi. Aku menerima lamaranmu"

"Yang mulia.. hamba tidak bermaksud--"

"Apa kau memang keras kepala seperti ini?"

"Tapi ini sungguh mustahil. Yang mulia-- "

"Tidak ada yang mustahil. Sekali lagi kau membantah, Kau akan tahu akibatnya"

"Yang mulia anda salah memahami kalimat saya---" Kata kata Prilly terhenti. Bukan karena Pangeran menyela kalimatnya lagi seperti tadi. Tapi karena ia merasakan sesuatu yang lembut menyapu bibirnya. Prilly membulatkan bola matanya menyadari bibir Pangeran sukses membungkam bibirnya. Pangeran menciumnya. Ah apa? Astaga!!

Dengan hati hati, Aliford mulai mengulum lembut bibir Prilly yang menggoda sejak tadi. Tidak ada perlawanan dari Prilly, membuat ia semakin menjadi jadi. Apalagi ketika ia merasakan Prilly mulai membalas ciumannya. Tanpa sadar tangan Prilly meremas kencang rambut Sang Pangeran yang tidak ditutpi jubah.

"Yang mulia.."

Suara lembut Prilly membuat Aliford menghentikan kegiatannya, lalu menatap Prilly dengan pandangan sayu. "Apa aku salah mencium calon pengantinku?"

Pertanyaan yang diutarakan secara lirih itu, mengakibatkan sebuah buliran bening lolos dari pelupuk mata Prilly. "Ampun yang mulia. Hamba tidak pantas menjadi permaisuri anda. Hamba hanya seorang juru masak"

"Itu tidak masalah bagiku"

"Yang mulia.." Aliford menghapus air mata Prilly hati hati.

"Pergilah.. kau butuh istirahat"

----

Readers : "Apa apaan ini? Feel nya kurang dapet !"

Author : "Maafkan saya!!!"

My Prince AlifordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang