MPA3- Mengalahkan logika

7.2K 649 9
                                    

             Sepeninggal Prilly dari ruangannya, Pangeran Aliford tercenung. Apa benar tadi dirinya habis mencium seorang gadis?. Ia meremas rambutnya pelan. Selama 20 tahun hidupnya, ia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Merasakan sesuatu yang bergejolak di dadanya. Bukan suatu perasaan yang membuncah penuh kehangatan. Namun sesuatu yang ingin dipuaskan.

Pangeran mengalihkan pandangannya ke dinding tembok kayu ulik. Disitu terpasang bingai foto berlapis perak yang megah. Itu bingkai Foto Permaisuri Bian. Aliford beranjak lalu menghampiri bingkai foto itu.

"Ibunda.. Ali sudah mendapatkannya. Tunggu waktunya. Ali akan bisa memeluk bunda lagi" ucapnya sambil tersenyum penuh keyakinan.

----

Isak tangis kepedihan itu bergema di seluruh penjuru taman istana yang sepi. Dibalik semak pohon Ratanu, terlihatlah seorang gadis sedang menangkupkan wajahnya. Bahunya yang bergetar dan isakan yang lolos dari bibirnya, memperjelas bahwa gadis itu tengah menangis. Tidak ada yang menemani, mengingat hari sudah larut malam.

Setelah merasa agak tenang, Ia mendongkak untuk melihat ribuan bintang di langit malam. Senyumnya melengkung, ketika mendapat bintang yang sinarnya paling redup dan menyendiri. Bintang itu seperti dirinya. Sebatang kara, dan hampir tak terlihat di mata orang.

"Kenapa belum tidur Prilly?"

Suara berat khas laki laki itu membuat Prilly terhenyak. Ia menoleh ke samping, terlihatlah seorang pria berpakaian panglima kerajaan sedang menampakkan raut khawarir. Helaan nafas lega terdengar dari bibir Prilly.

"Kenapa? Kau senang bertemu denganku?" Tanya pria itu menampilkan senyuman menggodanya.

"Jangan bergurau seperti itu Franc. " sentak Prilly.

"Hahaha. Oh iya, kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa belum tidur?" Ucap Franc sambil duduk di samping Prilly.

"Aku tidak mengantuk"

"Hm..jawaban yang cukup logis. Hei tunggu....apa kau habis menangis?" Tanya franc hati hati saat melihat sisa air mata di pipi Prilly

"Ah apa? Tidak..aku tidak menangis" ucap Prilly sambil mengapus sisa air matanya cepat.

Franc menatap Prilly kasihan. Ia tahu, gadis mungil ini mengantongi banyak beban di hidupnya. "Jangan menyangkal. Apa yang membuatmu menangis?"

Dengan cepat Prilly menggeleng. Tidak mungkin ia mengatakan Pangeran habis mencumbunya dan mendadak menjadikannya permaisuri, bukan?
"Tidak apa apa Franc. Aku baik baik saja"

Franc mendesah. Prilly memang gadis yang tertutup. Namun tak lama kemudiam matanya menangkap sesuatu yang aneh. "Prilly. Lehermu kenapa merah merah seperti ini?" Tanya Franc sambil menyentuh leher Prilly.

Prilly membelalakan matanya. Buru buru Prilly menepis tangan Franc "Itu..itu karna nyamuk. Iya.. itu hanya gigitan nyamuk. Sudahlah aku mau tidur. Selamat malam" Ucap Prilly lalu cepat cepat bernjak dari duduknya.

"Prilly tunggu. Gigitan nyamuk bukan seperti itu " Ucap Franc sambil mencengkram lengan Prilly erat.

"Sudahlah aku ingin tidur. Ini sudah tengah malam" Ucap Prilly lalu melepas tangan Franc dengan susah payah.

---

Prilly berjalan cepat menuju kamarnya. Ia malu. Sangat malu. Apa yang akan difikirkan Franc saat melihat lehernya ?. Ah, Prilly serasa ingin mengutuk Pangeran saat ini juga. Tangannya terulur untuk menggerai rambutnya agar bercak merah di lehernya tidak terlihat.

~

Bruk..Prilly menabrak sesuatu.

Ia terhuyung lalu merasakan pinggangnya ditahan oleh sepasang tangan kekar. Pendengarannya menangkap gemerisik jubah mewah yang bergesekan dengan baju juru masaknya. Dengan nafas memburu, Ia memejamkan matanya kuat kuat. Menyangkal semua kemungkinan, bahwa yang di tabraknya ini bukan Pangeran Aliford, orang yang ia hindari sedari tadi. Pasti bukan.

My Prince AlifordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang