[]1:: Sang Kaisar[]

13.1K 790 18
                                    

The Conqueror Curse Emperor

[Tanggal Publish: 16 Mei 2016, Senin. 12: 21 AM]
[Tanggal revisi: 22 September 2018. Sabtu. 16.57 PM]

[][][]

[]1[]
Sang Kaisar

Tanah luas bertanah kering itu bergemuruh, menciptakan suara yang memekikan telinga sekaligus membuat bulu kuduk meremang. Kemudian ribuan pasukan berkuda datang memimpin pasukan yang yang membawa panah di punggungnya. Pemandangan tersebut tidak luput dari pandangan pasukan berseragam besi dengan bendera berwarna merah yang sudah berbaris menyambut musuh.

Perang ini jelas bukan untuk perluasan wilayah yang lazimnya dilakukan setiap pemimpin Negara pada tahun 700-an, karena sebenararnya perang ini akan menumpahkan darah sesama saudara.

Zaman Heian bukan hanya menjadi masa pemerintahan Jepang yang dikenal dengan kemajuannya dibidang Sastra dan puisi, tetapi juga dikenal dengan munculnya klan-klan Samurai* kuat yang saling memperebutkan kekuasaan. Klan-klan yang dipimpin seorang bangsawan. Terhitung dua kali seperti Pemberontakan Hogen* dan Pemberontakan Heiji*. Dan ini adalah perang atas pemberontakan yang serupa.

Setelah membuat tanah gersang itu penuh kabut tanah yang membuat mata perih, kedua pihak-yang membawa ribuan pasukan-tersebut saling berhadapan dalam jarak ratusan meter. Pemimpin dari mereka menunggangi kuda gagah-yang entah kenapa memiliki selera sama yaitu sama-sama memilih kuda hitam legam-berada pada barisan paling depan.

Adalah Kaisar Kenshin, yang menjadi pemimpin pasukan berbendera hitam. Kaisar muda tersebut jelas adalah pihak yang benar-selaku orang yang menjabat Kepala Kekuasaan-yang akan menumpas para pemberontak yang sudah mangkir dari peraturan-peraturan kepemerintahan yang sudah mendarah daging pada zaman Heian. Mereka sudah diberi kesempatan untuk kembali pada Negara tapi dengan bebal menolak, jadilah sekarang Kaisar itu akan memberi pelajaran yang setimpal.

Karena bagi seorang pengkhianat, hukumannya hanya kematian.

Usianya sudah sangat matang untuk menguasai semua teknik berperang meski ayahnya, Kaisar sebelumnya, meninggal ketika usianya remaja. Dan ibunya saat umurnya masih lima tahunan. Tidak ada waktu sayang-sayangan karena jujur, daripada mencoba menyayangi semua anggota keluarganya yang tersisa, Kenshin lebih memilih menjauhi mereka-karena posisinya sebagai pewaris tunggal jelas saja membuat banyak orang tergiur untuk melenyapkannya.

Jadi meskipun Kenshin mendengarkan para penasihatnya, menghormati para menterinya ia tetap tidak bisa mempercayai mereka semua.

Dan bersama kenangan akan masa kecilnya itu, Kenshin melumpuhkan para pemberontak sampai ke akarnya. Tanpa tersisa. Tanpa luka sedikitpun. Tanpa pengampunan.

Saat matahari tenggelamlah, Kenshin menunggangi kudanya memimpin pasukan yang tersisa menuju perkemahan mereka. Ada beberapa pasukan masih di medan untuk mengubur prajurit yang terbunuh dalam satu lubang besar agar tidak menyebabkan penyakit yang bisa menyebar ke rumah penduduk yang letaknya tidak terlalu jauh.

Sampai di perkemahan, beberapa dayang menyambutnya di tenda yang lebih besar dari yang lainnya, jadi Kenshin lepas semua zirah yang terdapat darah mengering disana yang langsung dayang-dayangnya sigap mengambilnya dengan kepala rendah. Setelah membersihkan diri, dayang-dayangnya kembali datang membawa bermacam-macam masakan. Menyilahkan masuk, Kenshin menatap semua makanan di hadapannya dengan wajah datar. Kemudian seorang lelaki berwajah teduh-yang masih muda-hormat padanya dan duduk cukup jauh dari posisi Kenshin.

Tugas lelaki tersebut jelas bukan untuk menonton Kaisarnya makan setelah menghabiskan semua energinya menumpas pemberontak, karena sekarang untuk kesekian kalinya-semenjak orang yang bertugas sebelumnya mati keracunan-ia akan mempertaruhkan nyawanya untuk keselamatan Kaisarnya.

Setelah di perintahkan melakukan tugasnya, lelaki itu mengambil sendok kecil khusus dan mencicipi semua masakan yang terlihat menggiurkan itu-meski agak mengerikan dimana setiap minggu masakan lezat serupa itu telah ditaburi bermacam-macam racun mematikan.

Setelah semua makanan-termasuk air teh panas dalam teko cantik-lelaki tersebut cicipi, jantungnya berdegup menunggu waktu-menegangkan-beberapa menit untuk menilai; apakah beracun atau tidak. Karena biasanya racun tersebut-jika memang ada-tidak akan memberi efek seketika melainkan menunggu beberapa menit-jika mematikan-dan bisa sampai berjam-jam, tapi kebanyakan racun yang ditaburkan untuk membunuh Kaisar biasanya racun mematikan.

Beberapa menit kemudian, lelaki itu undur diri karena makanannya terbukti tidak beracun. Tinggal Kenshin seorang diri yang dari tadi kedapatan melamun. Saat tersadar buru-buru dia mengambil sendok emas miliknya dan mulai melahap semua makanan itu tanpa sisa.

Namun tangannya mendadak membeku saat hendak mengambil cangkir berukirnya, saat itulah-disaat tidak ada yang memperhatikan-wajah Kenshin yang biasanya tegas tanpa ekspresi mulai mengernyit kesakitan. Tangannya ia tarik untuk ia kepal dan ia jatuhkan kepalannya dengan keras ke arah tekonya sampai semuanya hancur. Tapi tangannya tidak berdarah.

Saat itu, usia Kenshin baru 6 tahun tapi dia sudah sering kelelahan karena harus menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Seperti halnya anak seusianya, dia merajuk, tidak mau menemui gurunya. Karena rajukannya itulah, kini ibunya, Permaisuri negeri ini, membujuknya untuk rajin belajar.

Di ruangannya yang besar, Kenshin menunduk dalam diam mendengarkan berbagai petuah-yang selalu sama setiap ia merajuk-dari mulut ibunya yang kini memakai Jyunihitoe-sebuah Kimono berlapis 12. Ia juga tetap diam ketika dayang-dayang membawa cangkir, dan menyimpannya di atas meja. Setelah itu seorang pengetes racun datang dan ketika diizinkan untuk memulai tugasnya, lelaki muda itu menyicip tehnya satu sendok dan menunggu. Setelah waktu tunggu habis dan ia tidak kenapa-kenapa, barulah ia pamit dan membiarkan Permaisuri menuang tehnya pada cangkir untuk ia berikan pada putranya.

Kenangan itu jelas adalah kenangan terakhirnya mendengar suara ibunya. Demi apapun, Kenshin rela membunuh dirinya demi mengulang kejadian itu.

Jika dia tahu, kalau beberapa jam setelah itu ibunya akan mengalami kematian di hadapannya sendiri tentu dia tidak akan terus menunduk karena takut dimarahi ibunya, tapi akan menatap wajah ibunya yang cantik dan melukisnya di dasar hatinya yang terdalam agar tidak pernah lupa.

Kenshin menyesal.

Saat Ibunya memuntahkan darah segar dari mulutnya dan kejang-kejang, Kenshin kecil tidak bisa berpikir apa-apa selain berteriak. Ia juga tidak akan menduga jika kematian ibunya karena teh yang mereka minum karena demi apapun sebelum teh itu masuk tenggorokan ibunya, teh yang sama sudah masuk lambungnya.

Jadi, dihari yang seharusnya Putra Mahkota penerus kekaisaran meninggal, justru ibunya beserta pengetes racun yang meninggal.

Seharusnya Kenshin bersyukur karena ia satu-satunya orang yang selamat dari racun yang menghentikan peredaran darah itu, tetapi dari kejadian itu sampai sekarang, Kenshin tidak pernah bersyukur dan tidak mau. Karena kejadian itulah ia merasa seperti monster.

Bukankah jika ia tidak merajuk, ibunya tidak akan mengunjunginya dan turut meminum teh yang sudah direncanakan untuk membunuhnya?
Semenjak itu, ia tidak suka merajuk-mengeluh dan segala hal yang membuat ibunya mati, yang membuatnya sekarang menjadi Kaisar yang ditakuti. Karena meskipun secara formal, kepala Pemerintah berada pada keluarga dari ibunya dan ia hanya sebagai pemegang kepala Kekuasaan, jelas ia tidak bisa digulingkan.

Dengan satu fakta besar yang tidak pernah terbongkar; bahwa dia tidak bisa dilukai oleh racun mematikan sekalipun.

[][][]

Hai?

Pembacanya dikitan doang yaa. Tapi nggak papalah. Stay terus yaa pembaca yang cuman sebiji dua biji:D

The Conqueror Curse Emperor (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang