Justin's P.O.V
"Dari mana saja Justin? Kenapa kamu baru pulang?" Suara lembut wanita yang sangat aku sayang itu terdengar ditelingaku saat aku memasuki pekarangan rumah di pagi hari.
"Justin dari rumah teman mom. mom sudah makan? Apa perlu aku membelikan makanan untukmu?" Tanyaku sambil menatap mata indah milik wanita berparas cantik di depanku ini. Tangan halus ibuku menyentuh pipiku lembut. Jujur aku sangat merindukan sentuhan ini.
"Justin, sampai kapan kamu akan seperti ini? Bahkan kamu hanya pulang seminggu 2 kali."
"Mom, mom tenanglah Justin sudah dewasa sekarang, Justin bisa jaga diri mom gak usah khawatir lagi." Ucapku lembut pada ibuku ini.
"Kelakuan seperti itu apa pantas dikatakan sebagai orang yang sudah dewasa?!" Ujar seseorang dengan suara beratnya, dia adalah orang yang sangat ku benci. Ialah satu-satunya alasan mengapa aku begini sekarang.
"Apa berselingkuh juga hal yang pantas dikatakan sebagai perilaku orang dewasa?" Tanyaku ketus.
"Justin! Sampai kapan kamu akan seperti ini terus?! Semakin hari kamu semakin susah diatur!"
"Aku tidak mau diatur oleh orang seperti kau!"
"Justin! Kau--" "Cukup! Cukup!" Aku mencoba menarik nafasku dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali.
"Cukup!--" "--Mom Justin mau keluar sebentar ya, mom baik-baik disini jangan lupa makan ya mom."
"Kamu mau kemana Justin?" Aku hanya membalas pertanyaan ibuku dengan tersenyum pahit kepadanya, aku kembali memasuki mobilku dan membawanya keluar dari garasi rumahku.
"Justin mau kemana kamu?!" Bentak ayahku namun aku tak menghiraukannya dan terus menancapkan gasku.
Aku memutuskan untuk pergi kesebuah kafe dan memesan secangkir kopi hangat.
"Haii, hallooo? Kemana semua pelayan disini? aku sangat lapar dan haus!" Teriak seorang wanita yang tak asing bagiku. Issy.
"Huh kau ini dari mana saja huh?! apa kau bersantai-santai saat kau sedang bekerja?! Bagaimana jika orang yang memesan makanan disini mati kelaparan?!" Ujarnya panjang lebar, wanita ini memang seperti ini setiap harinya atau ada setan yang merasukinya? Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku dan segera menghampirinya.
Issy's P.O.V
Aku sangat kesal kepada pelayan di kafe ini karena sangat lamban membawa makanan pesananku.
"Apa kau selalu berteriak dan marah-marah setiap hari?" Tanya seorang pria yang membuatku semakin naik darah. Ingat jangan pernah macam-macam kepadaku ketika aku sedang lapar.
"Heh! apa urusanmu? aku ini sedang lap--" mataku terbelalak seketika saat melihat pria yang aku bentak saat di club malam itu dan pria yang telah mempermalukanku juga.
"K-kau? Se-sedang apa kau disini?" Tanyaku gugup. Mengapa aku gugup seperti ini di depannya? Seorang Issy gugup dihadapan seorang pria brandalan yang hanya membuang waktunya untuk bercumbu dengan jalang-jalang di club malam? Kurasa dunia ini akan kiamat.
"Apa kau juga selalu menanyakan hal yang tak perlu ditanyakan lagi? Sudah jelas aku disini untuk memesan makanan dan minuman." Jawabnya dingin, kemudian aku menyiritkan dahiku dan merasa sangat deg degan jika dia disampingku. Ada apa ini?
"Ehh.. emm.. siapa tau kau disini sedang menanti seseorang." Jawabku asal.
"Apa?" Ia menoleh dan menatapku kemudian mendekatkan wajahnya padaku dengan sedikit mendunduk. Mata kami bertemu selama beberapa saat. Kami semakin dekat.
"Ekhem.. maaf ini pesanannya." Semuanya menjadi buyar karena pelayan kafe ini mengantarkan pesananku. Huh untung saja pelayan ini menyelamatkan aku dari pria tak jelas ini, aku memang diberkati dengan keberuntungan. Aku pun segera meninggalkannya dan mencari meja untuk makan, aku pun memilih meja di dekat jendela karena pemandangan LA saat ini sedang cerah jadi aku ingin mencuci mata sejenak.
"Kenapa duduk di tempatku?" Apa? Tempatnya?
"Apa tempatmu? Aku yang pertama kali menempatinya."
"Lalu secangkir kopi itu milik siapa?" Tanyanya dan sekali lagi aku terjebak olehnya. Oh Tuhan, kenapa aku selalu terjebak padanya? aku hanya diam dan tak menjawab pertanyaan, lebih tepatnya menyembunyikan rasa maluku. Kemudian ia duduk di kursi yang berada tepat di depan ku. Aku ingin pergi namun ia mencoba menahanku, secara terpaksa aku makan satu meja dengannya.
"Akhirnya perutku terisi penuh." Gumamku, aku tersadar saat ini aku sedang diperhatikan oleh pria di depanku ini.
"Apa kau tidak ada kerjaan selain menatapku?" Tanyaku dingin terhadapnya. Ia hanya tersenyum padaku. Senyumnya cukup manis pantas ia dengan mudah menarik perhatian wanita-wanita.
"Aku ingin minta maaf jika waktu itu aku membuatmu kesal." Ia meminta maaf padaku. Tunggu. Ia minta maaf?
"Hah? Ah.. emm.. iya" astaga Issy kendalikan dirimu.
"Aku Justin, kau?" Tanya ramah namun tetap terlihat seperti pria yang sangat dingin.
"Issy." balasku tak kalah dingin dengannya. Ia hanya tersenyum tipis. Oh tidak, seorang gangster sepertiku menanggapi seorang pria brandalan seperti Justin? Setelah itu kami pun tidak berbicara selama beberapa saat, hanya hening yang menyelimuti kami. Kemudian handphoneku berdering, satu notif pun masuk.
Jokes : Apa kau sudah menemukan data orang itu?
.
Aku hanya memutar kedua bola mataku saat menerima pesan itu.
.
Me : Baru kemarin kau memberikan misi ini keparat! Waktuku masih banyak.
.
Jokes : Waktu berjalan Syy
Aku hanya membaca pesan dari Jokes dan memasukan handphoneku kembali ke dalam sakuku, aku melirik Justin sedikit dan melihat apa yang ia lakukan. Ternyata ia masih menatapku. Pipiku terasa panas saat ini.
"Pesan dari kekasihmu?" Celetuk Justin.
"Apa?! Tidak!" Bantahku.
"Baiklah aku ingin pulang, apa kau tidak pulang?"
"Tidak." Jawabku datar padanya. Ia pun segera meninggalkanku sendirian bahkan tanpa berpamitan. Tapi mengapa aku ingin agar ia berpamitan padaku? Arrggh.
=========
Hai, makasi buat yang udah mau baca story ku terus.. maaf ya kalo aku sering typo.
Jangan lupa comment sama votenya ya, makasii!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy For The Lucky Girl
FanfictionIssy, gadis berusia 18 tahun yang cantik nan menawan, namun ada hal mengerikan dibalik kecantikannya itu. Ia bekerja untuk Jokes pimpinan gangster paling sadis di LA. Ia terkenal dengan julukan The Lucky Girl karena keberuntungan selalu berpihak ke...