My Favorite

271 22 0
                                    

Justin's P.O.V



"Hey Justin" Sapa Nick kepadaku.

Nick adalah bartender kebanggan di club milikku ini, minuman yang ia racik selalu memiliki rasa yang pas ketika masuk ke dalam kerongkongan kemudian meninggalkan rasa segar di lidah membuat siapapun yang meminumnya merasa ketagihan. Aku mengenal Nick sudah lama dan aku memang sangat dekat dengannya.

"Hey  berikan aku minuman terbaikmu, aku sangat bahagia sekarang."

"Whoaa itu sepertinya kabar bagus. Sudah lama aku tak melihatmu seperti ini, well seorang gadis?" Aku hanya tersenyum kikuk sebagai jawaban dari pertanyaan Nick. Dia benar, sudah lama sekali aku tak tersenyum seperti ini. Sangat lama.

"Tetaplah begini, kau terlihat lebih baik jika seperti ini Justin." Ujar Nick membuatku tertegun sejenak kemudian menganggukan kepalaku pertanda aku mengerti dan paham terhadap ucapannya.

Nick memberikan segelas wine yang ia racik kepadaku, lalu aku menyesapnya dengan perlahan. Yap aku suka sensasi ini rasa terbakar dan segar menyatu sekaligus di dalam mulutku membuatku selalu merasa ketagihan dengan sensasi ini. Aku mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru ruangan ini. Club ini bukanlah satu-satunya mata pencarianku, aku juga memiliki beberapa restoran di LA, namun sebelumnya aku sempat berpindah-pindah tempat tinggal.

Aku mengatur semua cabang bisnisku di LA dari Paris karena terakhir aku tinggal selama 2 tahun disana. Baru dua minggu aku pindah dari Paris menuju LA dan memilih menetap disini, agar aku lebih mudah mengunjungi ibuku dan kedua adikku serta aku juga ingin melanjutkan pendidikanku disini.

Aku sangat merindukan ibu dan kedua adikku, sejak kejadian 7 tahun lalu aku tak pernah tinggal dengan mereka lagi bahkan karena seringnya aku berpindah tempat tinggal mereka tak tau aku menetap dimana. Aku hanya mengunjungi mereka seminggu 2 kali.

Aku tak pernah mengatakan kepada mereka bahwa aku memiliki bisnis yang lumayan besar saat ini, karena aku memang tak ingin mereka tau teruatama ayahku, aku selalu mengatakan pada mereka aku menginap di rumah teman dan bekerja di salah satu hotel besar di LA. Yap semua itu bohong.

Aku memang ingin sukses sendiri tanpa bayangan keluarga Bieber yang memiliki beberapa bisnis besar --jauh lebih besar dari bisnisku memang namun aku tak tertarik sama sekali untuk bergabung atau menjadi pewaris.

Aku bisa sukses seperti sekarang karena usahaku sendiri yang aku bangun sejak 7 tahun lalu tanpa bantuan dari keluarga Bieber termasuk ayahku yang keparat itu. Jadi bisa dibilang aku adalah pengusaha yang sukses diusia muda yaitu 20 tahun. Bahkan diusiaku yang sekarang aku telah merasakan pahitnya kehidupan yang begitu menyakitkan.

Aku kembali menyesap minuman ditanganku, dan kini pikiranku melayang pada gadis yang pertama kali kulihat di club malamku ini. Sebenarnya ia tampak sangat manis, setiap aku menemuinya ia terlihat sangat gugup, matanya itu sangat indah jika dipandang karena ia memiliki bola mata berwarna coklat muda dengan hiasan bulu mata yang lentik natural, postur tubuhnya tidak terlalu tinggi dengan badan berisi sangat pas untuk ukuran tubuhnya, rambutnya hitam dengan sedikit gelombang menambah kesan menarik dari dirinya walaupun ia tanpa make up, tapi sikapnya sangat keras kepala dan dingin hampir sama sepertiku membuatku semakin tertarik kepadanya.

Setelah bertemu denganku di kampus seminggu lalu, ia tak pernah tampak lagi. Bahkan ia tak tau kejadian apa saja yang terjadi ketika ia tak masuk kampus selama seminggu ini. Pertama, aku memukul Hayes --senior dikampusku-- aku memukulnya karena ia menuduhku merebut popularitasnya. Kedua, aku mencium Audy di depan seluruh mahasiswa di kampus karena ia terus menggodaku, baiklah ini tak begitu penting. Dan yang terakhir aku melawan Mrs. Collins yang notabenenya adalah dosen paling ditakuti di kampus ini, entahlah menurutku ia tidak menakutkan sama sekali tapi aku tak perduli.


Bad Boy For The Lucky GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang