"So girl, let's go party!" Ujarnya bersemangat. Ia menyuruhku untuk menaiki mobilnya dan meminta temannya yang lain untuk membawa mobilku ke apartementku. Calvin langsung menancapkan gasnya menuju club di dekat sini.
Author's P.O.V
Keheningan menyelimuti Issy dan Calvin selama perjalanan, Issy memilih menatap keluar jendela dan membisu sedangkan Calvin memilih memfokuskan dirinya untuk menyetir.
"Apakah misi yang diberikan oleh Jokes membuatmu menjadi gadis yang pendiam?" Cetus Calvin memecah keheningan diantara mereka.
"Yeah, bisa jadi," balas Issy singkat, keheningan kembali menyelimuti mereka--sementara. "--taukah kau, ia ingin membunuhku secara perlahan dengan misi bodoh ini! Aku bahkan tidak tau apapun menyangkut targetku ini, sedangkan ia menyuruhku untuk membunuh satu keluarga!" Decak Issy meluapkan seluruh kekesalannya yang ia pendam selama ini.
Calvin memandangnya kaget karena tiba-tiba gadis itu berteriak dan meluapkan seluruh amarahnya lalu ia terkekeh melihat Issy yang mendengus kesal setelah mengungkapkan kekesalannya kepada Calvin tetapi hanya membalasnya dengan tertawa.
"Baiklah baiklah apa yang bisa aku bantu nona? Tapi tunggu, bukankah selama ini seorang Issy selalu mengerjakan misi tanpa bantuan orang lain?" Ujar Calvin santai namun dengan nada menyindir, membuat Issy yang semula menatap jalanan memindahkan pandangannya menatap pria bermata coklat muda itu.
Issy hanya membungkam, ia hanya membalas sindiran Calvin dengan tatapan tajam. Jika orang lain yang melihat tatapan Issy kemungkinan besar orang itu akan ketakutan atau mungkin pingsan ditempat karena tatapan Issy yang begitu mengintimidasi.
"Hey hey hey, ada apa kau memandangku seperti itu? Apakah aku terlalu tampan sehingga kau terus memandangiku?" Issy memutar kedua bola matanya ketika mendengar Calvin mengatakan hal itu.
"Cih! jangan terlalu percaya diri kau. Diamlah aku sedang mencari ketenangan sejenak, dari tadi hanya kau yang mengganggu ketenanganku." Ucap Issy dingin kemudian melipat tangannya yang putih itu diatas kepalanya sebagai sandaran.
"Haha.. baiklah tapi aku memang ingin membantumu jika kau memerlukanku kau tau harus menghubungiku kemana."
Issy menutup matanya kemudian menghela nafasnya "Hmm terima kasih kalau begitu."
"Oke, sekarang kita akan kemana boss?"
"Kita akan ke---" Sebelum Issy menyelesaikan kalimatnya itu ia mendengar bunyi handphone memotong perkataanya. Ia mengambil handphone dari saku celananya. Vania. Ia menghela nafasnya kembali kemudian mengangkat telfon itu.
"Kau sungguh keterlaluan Issy! Kau tidak masuk kampus selama seminggu setelah Justin datang kau tidak tau kalau---"
"Aku tidak ingin tau, maaf." Balas Issy memotong pembicaraan.
"Argghh kau jahat padaku, selama seminggu aku terus diganggu oleh Audy si jalang itu tau. Bahkan sekarang--kau tak ingat hari ini hari apa?" Ucap Vania dengan nada kecewa, Issy mengerutkan keningnya kemudian mengangkat satu alisnya.
"Huftt apa kau benar-benar melupakannya? Hari ini--hari ulang tahunku Issy." Mata Issy terbelalak seketika, apakah ia benar-benar melupakan ulang tahun sahabat kesayangannya itu? Bagaimana bisa?
"A-apa? Tentu saja tidak. Baiklah kita bertemu di tempat biasa 1 jam lagi okay?" Ucap Issy kegalapan.
"Hmm, baiklah."
Sambungan terputus.
Calvin menatap Issy kebingungan. "Kita akan ke- ke kedai kopi." Ujar Issy malu. Yang benar saja seorang gangster seperti Issy pergi ke kedai kopi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy For The Lucky Girl
FanfictionIssy, gadis berusia 18 tahun yang cantik nan menawan, namun ada hal mengerikan dibalik kecantikannya itu. Ia bekerja untuk Jokes pimpinan gangster paling sadis di LA. Ia terkenal dengan julukan The Lucky Girl karena keberuntungan selalu berpihak ke...