Lintang Andro Saputra

12.6K 371 12
                                    

"Lintang Andro Saputra, sini kamu" Teriakan seorang guru menggema di koridor kelas 12 yang berisi beberapa siswa maupun siswi SMA N 248 Jakarta. Bagi mereka, teriakan Bu Eni memanggil Lintang itu sudah biasa. Tiga tahun sekolah disana, teriakan maut itu sudah menjadi sarapan pagi untuk mereka yang punya kebiasaan berangkat siang. Sedangkan lintang, badboy urakan yang nama-nya selalu disebut hanya berdecak malas dan berjalan mendatangi guru itu dengan langkah malas "Kenapa lagi sih Bu? Dari dulu nama saya terus yang disebut sama Ibu. Gantian yang lain kenapa. Bosen saya tiga tahun dipanggil sama Ibu mulu"

Bu Eni lantas mendengus setelah mendengar perkataan Lintang "Makannya jangan buat ulah terus, dikira saya enggak bosan apa ngelihat muka kamu" Terlihat guru Sejarah itu mengambil nafas "Kamu ini ya, sudah kelas 12, bukan-nya tobat malah semakin berulah. Kamu ini pelajar. Sudah kelas 12 lagi, walaupun kamu pintar tapi tetap guna-kan waktu senggangmu untuk belajar, bukan merokok seperti ini. Apalagi di area sekolah, sudah berapa kali Ibu bilang sama kamu dan teman-teman mu itu. Jangan merokok, jangan merokok tetap saja dilanggar" Lanjut Bu Eni dengan nada yang lebih lembut dari yang tadi

Lintang memutar bola matanya malas "Yaelah Bu, masalah itu lagi. Saya dan teman - teman saya kan tidak merokok di tempat yang ada banyak orang-nya, Kita merokok di atap sekolah. Lagian nih ya Bu, kita ngga ngebuat murid lain buat ikutan merokok" Ia sudah malas menanggapi ocehan guru-nya jika sudah menyangkut dengan merokok.

Memang salah jika Ia menghisap benda itu? Toh dia juga tidak merugikan orang lain. Teman - temannya juga perokok, jadi mereka bukan perokok pasif kan? Apalagi Ia dan teman - temannya selalu merokok di tempat yang sepi dan tidak banyak-- atau bahkan tidak ada murid lain selain mereka. Ia juga tidak mengajak murid lain untuk mengikuti-nya? Dimana salah-nya?

Bu Eni menghela nafas. Lelah. Satu kata yang menggambarkan keadaan-nya jika menghadapi murid-nya yang satu ini. Ia sudah lelah memberikan teguran mulai dari ringan hingga yang berat, bahkan dari semua teguran-nya satupun tidak didengarkan oleh Lintang. "Menjawab lagi Lintang. Lintang, Ibu sedang tidak ingin berdebat dengan kamu. Sekarang ikut Ibu" Semua berakhir sama, Ia yang memberi nasihat dan Lintang yang selalu menjawab nasihatnya dan berujung Lintang yang tidak memperdulikan nasihat-nya

"Gue juga ogah kali bicara lama lama sama lo. Gapenting, mending ngapelin Nia" Lintang bergumam mendengar ucapan guru-nya itu. Bu Eni yang sudah berbalik badan dan akan melangkahkan kakinya kini sudah menghadap ke arah Lintang lagi "Kamu mengatakan sesuatu Lintang?" Lintang terdiam sejenak lalu menggeleng. Bu Eni segera melangkah menuju taman sekolah dan di ikuti Lintang dibelakangnya

"Lintang, kamu bersihkan semua ini. Kamu sapu daun-daun kering yang sudah berjatuhan setelah itu masukan kedalam karung itu. Selesaikan hingga bel tanda istirahat berbunyi, setelah itu saya akan kembali untuk mengecek pekerjaan kamu" Ucap Bu Eni menjelaskan dan menunjuk karung bekas yang berada dipojokan. Lintang tidak menjawab, Ia mengambil sapu dan serok, kemudia mulai menyapu daun-daun kering yang sudah berguguran meninggalkan asal-nya

"Sudah ya tang Ibu tinggal, Ibu ada jadwal mengajar" Bu Eni meninggalkan Lintang yang sibuk dengan daun-daunnya menuju kedalam sekolah untuk kembali mengajar. Lintang hanya melirik sebentar lalu mengangkat bahu-nya acuh. Ia tak peduli apa yang guru itu lakukan, mau guru itu jungkir balik, salto atau apapun itu, terserah dia saja. Lintang kembali fokus pada pekerjaan-nya. Lebih tepat-nya kembali fokus mengamati objek yang berada tepat di depan tiang bendera. Seorang gadis yang sedang berdiri dengan tangan berada dikepala dan menghadap ke bendera yang berada di atas tiang bersama beberapa orang lainnya

Lintang tersenyum tipis melihat gadis itu mendumel sendiri. Ia melupakan tugas yang diberikan Bu Eni, toh dia tidak pernah peduli dengan hukuman-nya, dia hanya peduli dengan makhluk tuhan yang sedang berdiri disana. Lintang memicingkan mata-nya, senyumnya memudar. Ia melihat muka gadis itu yang mulai memucat dengan tubuh yang sudah sedikit oleng. Ia melemparkan sapunya begitu saja dan berlari menuju ketempat gadis itu berada. Bagaikan kilat, Ia telah sampai tepat disaat gadis itu terjatuh dalam pelukannya dengan mata terpejam. Gadis itu sudah tak sadarkan diri. Lintang berdiri, membopong gadis itu pergi menuju UKS sekolah dan meninggalkan tatapan dari beberapa orang yang melihat kejadian itu

***

I'm back

Aku kembali membawa cerita badboy dengan versi baru, judulnya aku ganti menjadi I love my ex. Soalnya kalo Badboy kaya gamasuk ke alur-nya nanti. Ini kan menceritakan tentang mantan pacar

Jadi gimana menurut kalian? Lebih enak di baca yang ini atau yang dulu? atau gaenak dibaca dua - duanya? wkwk

Yogyakarta 13 April 2018

I love my ex [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang