Lauren's feeling

12 2 2
                                    


Aku duduk disamping Doni sambil main Handphone. Aku bener bener kesel ngeliat Kak Rezan sama Reyna. "Ren kamu udah selesai Pr mtk?" Tanya Doni padaku, "Ah belum" ujarku padanya. "Yaudah yuk kekelas kerjain" ajak Doni padaku. Aku melihat ke arah Reyna sama Kak Rezan, "Aku sama Doni kekelas dulu" ujarku Datar ke arah mereka berdua. "Yaudah aku ikut juga deh" ujar Reyna sama Kak Rezan. Aku bergegas pergi menuju kelas dengan Doni.

"Ren jalannya biasa aja!" Ujar Doni sambil menganggilku, aku terus saja berjalan ke kelas. "Kamu ini kenapa?" Tanya Doni, "aku tau kok perasaan kamu gimana sekarang Ren" ujarnya sambil mengelus rambutku. "Aku salah paham sama kamu, aku tau kamu gak salah" ujarnya. "Makasih Don udah mau percaya sama aku" lirihku.

Teettt teettt, bell sekolah
Aku membereskan buku buku dimejaku dan bergegas pulang, "Pulang bareng yuk!" Ujar Doni. Aku mengangguk dan pergi ke luar kelas.
"Lauren!" Teriak Reyna dari kejauhan. Aku malas meladeninya kali ini, dia berjalan ke arahku "Gue mau ngomong sebentar boleh?" Tanyanya lembut, "Mau ngomong apaan?" Tanyaku datar. "Sebentar aja kita ke taman sebentar" ujarnya sambil menarik tanganku.

Sekarang aku sama Reyna pergi ke arah taman dan duduk ke dibangku taman. "Sebernya lo mau ngomong apa?" Tanyaku datar. "Em tapi janji ya, jangan bilang siapa siapa", "ya"jawabku. "Sebenernyaaa emm guee suka sama Kak Rezan dari dulu."
Deg,,
"Ap-ppa?" Tanyaku gugup, "gue suka sama Kak Rezan, Lauren" ujarnya mantap. Aku menatapnya tak percaya, baru seminggu pacaran tapi udah banyak aja halangannya. "Hahaha, lo suka sama Kak Rezan? Kenapa gak bilang Rey?" Tanyaku tegar, "Tadi barusan kan gue udah bilang ke lo" jawabnya santai. "gue harap lo ngerti ya Ren, gue kan sahabat lo" ujarnya tersenyum manis.

Sementara aku hanya mereasa bener bener kayak orang bego banget. Gak tau harus ngapain, "bantuinn gue yaa" ujarnya dengan menunjukkan Puppy eyesnya, "gue- gue gak bisa bantuin lo Rey!", "kenapa???" Tanyanya tak percaya dengan jawabanku. "Mungkin lo bisa ngedapetin Kak Rezan sesuai cara lo sendiri" ujarku dengan hati yang terluka. "Yaudah cuman itu doang sih yang mau gue kasih tau ke gue, janji yaa jangan kasih tau siapa siapa", aku mengangguk ragu.

Sekarang aku masih berada dibangku taman dan masuh memikirkan perkataan Reyna. "Aku harus kayak manaa" aku bingung, disatu sisi aku bener bener sayang banget sama Kak Rezan tapi di sisi lain aku juga gak mau ngecewain Reyna. "Akkhh" jeritku sambil mengusap rambutku kasar.
Aku berjalan menuju halte dengan keadaan yang tidak baik, "kenapa bisa kaya gini!" Ujarku lirih.
Saat di dalem Bus pun aku hanya menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. Sampai sampai aku lupa turun dari bus dan sampai pemberhentian terakhir. "Maaf mba, ini sudah pemberhentian terakhir" ujar supir bus padaku. Aku mengangguk dan pergi turun. "Waah aku bener bener udah jauh banget" ujarku tersenyum lirih. Aku berjalan menuju kompleks rumah, saat diperjalan ternyata ada Kak Rezan sama temen temennya nongkrong disitu. "Aku pura pura gak liat ajalah " ujarku sendiri.

Tapi aku salah, ternyata dia udah nyamperin aku duluan, " Lauren, kenapa disini?" Tanya Kak Rezan. "Aku- aku cuma jalan jalan aja" ujarku pelan, "yaudah yuk aku anterin pulang" ucapnya sambil memegang tanganku. Langsung kutepis tangan Kak Rezan dan kutinggal pergi begitu saja. Dia terus saja memanggil namaku tapi kuhiraukan dan terus saja berjalan. Tiba tiba saja dia sudah berada didepanku sambil melepaskan helmnya. "Kamu kenapa sih Ren? Sikap kamu itu aneh banget, aku ini pacar kamu Ren!" Ujarnya menaikan suaranya. Aku memandangnya tak percaya, " Kenapa aku bisa kaya begini? Kamu mau tau? Tanya aja sama diri kamu sendiri!" Ujarku setengah berteriak.

"Mending kamu koreksi diri kamu sendiri!" Ujarku dan meninggalkannya yang masih diam, "Laurenn!!" Teriak Kak Rezan dari jauh.

"Dia gak tau salah dia itu apa! Hahhhh!" Ujarku kesal, mataku mulai berkaca kaca. Sebenarnya aku gak bisa marah ataupun ngebentak, pasti aku bakal nangis. "Hikss hiks hikss" isakku pelan. "Kak Rezan jahat" ujarku pelan dan masih menangis.

Sesampainya dirumah mataku masih terasa panas karena tadi, "assamualaikum" ucapku sambil memasuki rumah. "Walaikum salam" ujar mamah yang sedang menelpon, aku langsung pergi kekamar dan mengunci pintu kamar. "Hiks hiks" isakku pelan dibantal kesayanganku.

Aku pergi kekamar mandi dan mencuci mukaku kasar. Aku melihat ke kaca " matakuu" ujarku sendiri. Mataku bengkak karena nangis. "Sabar Lauren!" Ujarku sambil mengelus dadaku yang terasa sesak.

Drett drett,
Rezan Calling

Kak Rezan :" Kamu udah sampe rumah Ren?"
Lauren :" *talk ada jawaban*
Kak Rezan :" Kamu jangan diem kayak gini dong, aku minta maf yaa kalo aku punya salah sama kamu, aku bener bener gak bisa marahan sama kamu Ren"
Lauren :" Hemm"
Aku mematikan hp dan mengambil leptop kesayanganku, " aku mau skype aja sama Doni" ujarku pelan.

Doni gak ngangkat skype dari aku, aku meletakkan kembali leptopku dan tanpa sadar aku ketiduran.
Kriingg kringg, bunyi alarm yang begitu keras membangunkanku paksa dan aku beranjak ke arah kamar mandi untuk mandi, yah hari ini aku libur jadi aku memutuskan untuk dirumah saja.

Expect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang