telu

191 51 60
                                    

gue udah berada di depan apartment luke. iya, luke emang tinggal di apartment.

gue menimang-nimang niat gue, antara mau mencet bel atau enggak. ah, tapi kalo mencet bel terus yang keluar bokapnya gue mau bilang gimana?

shit man, gue meremas kantong plastik yang gue genggam. berharap kekuatan dari genggaman gue bisa tersalur ke seluruh bagian tubuh gue, terutama untuk menetralkan degup jantung gue yang udah gak karuan.

belum sempat gue memencet bel, pintu apartment luke terbuka. muncullah sesosok luke 'yang-lagi shirtless' hemmings.

sontak gue memejamkan mata dan berteriak, "AAAA!"

luke yang sama kagetnya malah ikut-ikutan teriak. alhasil kami berdua sama-sama teriak. sampai gue bisa mengendalikan diri, "itu lo enggak pake baju, anjing."

luke yang tersadar langsung melihat ke badan bagian atasnya yang tidak tertutupi sehelai kain pun. luke nyengir, "hehe, maapin tan. gue gatau kalo lo kesini jam segini."

"palelu gatau, lo kali yang nyuruh gue kesini jam 4," gerutu gue sambil menyerahkan pizza ke arah luke.

"eh cie, lo bawain pizza buat gue juga ternyata. uluh, tanya perhatian banget," kata luke, matanya berbinar hanya karena sebuah pizza.

yah, lo gatau aja luke gimana mata gue berbinar kalo lo gak sengaja muji gue.

"masuk dulu tan, anggep aja rumah orang," lanjut luke, pandangannya masih terarah ke pizza. ini orang udah gamakan pizza berapa tahun sih?

gue masuk ke apartment luke, bau parfum yang biasanya luke pakai langsung tercium saat gue melangkah ke ruang tamu. luke--beserta pizzanya langsung duduk di sofa, dan gue mengikutinya.

"eh, lo pake baju dulu dong. gaenak bau ketek lo," ucap gue mencari alasan, padahal badan luke sama sekali gak bau.

yah, gue lebih suka luke dengan baju daripada shirtless begini. menggoyahkan iman, cyin.

luke mengangguk, lalu meletakkan pizzanya di meja kecil depan sofa. cowok berlip-ring itu mengambil baju putih yang disampirkan di tangga.

"dih, itu baju baru apa baju lama?" tanya gue saat melihat luke memakai baju itu.

"enak aja, baju baru nih," sahut luke sambil kembali berjalan ke arah gue. saat luke berjalan, gue merasa ada sesuatu yang ganjil.

luke pincang.

sekali lagi, luke pincang.

gue ulangi, luke pincang gara-gara kakinya gue lindes kemaren.
gue menatap luke dengan pandangan gak enak, "erm ... kaki lo masih sakit luke?"

luke melirikku, "ha? enggak."

"diperban gitu bilang gak sakit," protes gue.

"biasa aja kalo buat cowok ini mah," jawab luke sambil mengambil sepotong pizza.

shit, luke lo gausah sok gentle gitu bisa kali.

luke menoleh ke arah gue yang daritadi diem aja, "tan, sini dong duduknya deket gue."

ha? apa barusan? luke nyuruh gue duduk di sebelah dia.

NO, BIG NO.

satu ruangan sama luke aja sebenernya gue ogah. iya, ogah. gue takut seruangan sama luke karena luke bakalan bisa denger detak jantung gue yang kaya lagi party di dalem rongga dada gue.

"tan, sini dong," rayu luke lagi. kali ini dengan pandangan tak terbantahkan, gue pun menurutinya.

aduh, kampret banget luke emang. gue udah deg-degan aja nih.

"eh, gue mau nonton veera dulu ah. lo tau gak? yang jadi ranvi ganteng banget," kata gue berusaha untuk tidak gugup dan untuk meredam degup jantung gue yang mulai semakin tidak karuan.

gue meraih remote tv yang kebetulan ada di dekat kotak pizza.

"eh tan, gue mau minta maaf soal kemarin. gue ngejek lo keterlaluan," ucap luke tiba-tiba saat gue sedang mencari channel tv swasta yang gemar menayangkan drama india itu.

"iya, sans kali luke. gue juga minta maaf ya, udah ngata-ngatain lo."

"iya, gue pantes kok dikata-katain. gue emang brengsek, tan."

"lo gak brengsek, luke," ucap gue sembari tersenyum.

luke ikut tersenyum, "ya, tapi setidaknya gue punya alasan kenapa gue sering ngejek lo, dan lain-lain.

"alasannya ya gue mau kenal lo lebih jauh, tan. jujur aja, gue anak basket yang masih baru dan gue liat anak basket lain bisa deket banget sama lo. gue juga mau deket sama lo, tan."

"ya, tapi gak pake cara sebrengsek itu, luke," jawabku sedikit bercanda.

"iya iya, cewek baperan," jawab luke sambil mengusap rambut gue.

shiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit.

"by the way, tan. bukannya veera mulainya jam setengah 12 ya? kalo jam 4 apasih acaranya? uttaran apa anandhi?" tanya luke sambil mengambil pizza.

gue mengangguk, "iya juga."

sesaat gue menyadari kalau ada yang aneh. "luke lo kok tau veera, uttaran, sama anandhi?"

seketika itu juga, muncul semburat di kedua pipi luke.

tuh, panjang kan. panjang.

700+ words :p

pamit • hemmings [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang