Shainy not like a shine

8 0 0
                                    

23.07

Suasana cafe sudah sepi, bersih dan tertata rapi.
Yang tertinggal hanya aku dan bang Shandy.
Umur ku tahun ini menginjak angka 24 tahun.
Sudah jalan 4 tahun aku bekerja disini.
satu-satunya tempat yang sudah menampung keberadaan ku tanpa berteriak dengan caci maki. Yang mau terima aku tanpa melihat darah siapa yang mengaliri pembuluh di seluruh saluran tubuh ini.

" kamu masuk aja dulu Shain. Biar aku yang tutup kedai nya."

Shandy tersenyum melihat ku masih berdiri di sebelah kursi yang berpasangan dengan pantry. Tempat kedua yang baru kusadari beberapa tahun lalu aku cintai. Aku bersiap-siap untuk masuk kedalam kamar ku dilantai atas. Ruangan dengan luas 5x9 m. Yang pada awal nya di tempati oleh bang Shandy . tapi sejak aku bekerja disini. Bang Shandy merelakan ruangan itu untuk ku tempati.

Hanya dia satu-satu nya orang yang tau masa lalu ku.

Masa lalu busuk yang membuat ku jijik setiap berpandangan dengan cermin.

Mengapa wajah ini terlalu mirip dengan dia.

Apakah perlu ku siram dengan air keras. Biar melepuh dan tak mengundang zina mata setiap orang memandang ke arah ku.

Aku rela memiliki wajah buruk rupa. Asalkan orang mau berinteraksi dengan ku tanpa harus berniat menjilat atau mencaci.

" Jangan lupa kunci pintu dan jendela kamar kamu."

Aku ragu untuk meninggalkan bang Shandy malam ini.
Mendengar perbincangan antara Wanda dan Calind tadi siang. Seperti nya bang Shandy sedang berduka. Bahasa keren nya Broken heart .

Mulut ku takut untuk mengucapkan kata yang dapat menggambarkan bahwa aku ikut bersedih atas ke'patahhatian'nya.

Tapi siapa aku yang bahkan tak pernah bertukar cerita dengan nya. Bertegur sapa pun hanya seperlunya.

Beginilah aku. Takut untuk bisa mendekat bahkan dengan orang yang sudah banyak menolongku. Menerima aku yang bahkan tak jelas asal usulnya.

Tuhan. Semoga apa yang aku ucapkan bisa sedikit menghibur.

" Bang Shandy. Mungkin aku terkesan lancang. Tapi. Percayalah. Ada wanita yang sedikit lebih baik dari kak Shelia yang akan menerima bang Shandy, apa adanya. "

Oke fix. Ini bener- bener hal yang aneh dan bukan gaya Shainy. Banget.

Bang. Kok diem aja sih. Kuharap kamu gak menganggap aku lagi kesurupan hantu Romantis menjijik kan.

Ini benar-benar canggung. Kenapa tangan ku jadi menggaruk dagu. Kenapa perut ku jadi mulas seperti ini.
Tolol.

" umh. Emhh... Aku tidur dulu bang. Selamat malam."

Aku segera masuk dan menutup pintu pembatas antara dapur dan tangga ke atap.

Aku sempat melihat tatapan mata bang Shandy yang jelas-jelas merasa aneh dengan ucapan ku barusan.

Ini kontak mata kita yang ke dua.
Setelah kontak mata kita yang pertama saat dia menyambut ku keluar dari Lapas anak Wanita di Tangerang.

Lupakan kontak mata kita. Sebenarnya aku ingin berbicara dengan cermin di kamar mandi kecil di samping ruang tidur ku.

" Kak Shelia sangatlah menyenangkan. Aku bahkan sempat tersenyum saat dia menceritakan kekonyolan Bang Shandy. "

" Aku bahkan sempat membayangkan saat mereka nanti menikah. Bersama si lucu Alv yang mengelendot manja di kaki jenjang milik bang Shandy."

" Bahkan wajah mereka pun hampir banyak kesamaan."

" Tapi kenapa kak Shelia malah memilih laki-laki yang lebih mirip bos Gangster dari pada pemilik Perusahaan AG corp."

" Yaah. Tentu saja wanita mana yang akan menolak di persunting oleh pengusaha kaya. Dan sudah berumur banyak. Okee dia bukan kakek-kakek. Hanya saja kak Shelia terlalu imut dan bersinar untuk seorang pria berwajah artefak. Saking dingin dan pelit senyum."

" Shain. Seharusnya sebelum kau mengatai orang. Apakah wajah mu cukup ramah untuk di pandang oleh orang- orang."

" Sudah lah. Cukup interaksi kita malam ini. Setidaknya aku tidak lupa kosakata yang seharusnya digunakan untuk berbicara dengan orang lain."

Aku mengguyur kepala ku. Menyelesaikan acara membersihkan tubuh. Membuang penat dan keringat yang melekat sehat di tubuh ku.

Pekerjaan ini sungguh membuatku lupa. Bahwa aku bukan mahluk yang pantas diberikan kesempatan untuk menikmati hidup.

Aku mengingat kembali kata-kata yang tadi ku ucapkan kepada bang Shandy.

Apakah yang aku ucapkan tadi tidak terkesan menggurui.

Apakah aku akan dipecat esok pagi karena kelancangan ku tadi.

Bodoh bodooh bodoooh...

Berakhirlah hidup mu Shain.

Kau bukanlah kak Shelia. Yang bersinar dan menghangatkan.

Kau bukanlah Shine.

Kau hanyalah Shain.





*********

Maap lama apdet. Karena ketakutan.

Di mulmed adalah gambaran dari seorang Shandy si mesum yang tak bertampang mesum.



Red & BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang