2. Bintang

18 2 3
                                    

Bintang berlari kecil kearah kakaknya, Bulan. Ia membawa spidol hitam dan selembar kertas kosong, dilihatnya Bulan sedang membaca buku cerita. Dengan perlahan ia mendekat, sepertinya kakaknya itu belum mengetahui kehadirannya.

"Kak Ulan!"pekik Bintang. Ternyata usahanya tidak sia-sia, Bulan kaget hingga badannya jatuh ke lantai. Bintang yang melihat kejadian itu, tertawa terpingkal-pingkal.

"Aduh, pasti ini kerjaan Bintang! Kenapa sih kamu selalu aja gangguin aku?"semprot Bulan, bukannya takut atau merasa bersalah, Bintang justru menyengir memperlihatkan sederetan gigi susunya yang rapi.

Bulan kembali melanjutkan kegiatan membaca buku ceritanya yang tersisa tiga lembar lagi untuk menghabiskannya. Bintang berdecak sebal melihat kakaknya yang terlalu asik membaca buku asing itu, ia bahkan tak tertarik untuk sekedar membaca buku, menurut Bintang membaca buku itu sama saja dengan sibuk mengurus dunianya sendiri.

"Kak Ulan, nanti kalau adik lahir, kita kasih nama dia siapa ya?"Bulan menatap adiknya datar. Dasar anak kecil, kenapa selalu saja menganggu. Batinnya.

"Ayolah kak, katakan siapa namanya nanti? Aku penasaran tau,"rengek Bintang menarik-narik ujung baju merah muda milik Bulan.

"Namanya Rasi, kan cocok tuh. Bulan, Bintang dan Rasi. Gimana menurut kamu, bagus gak?"Bintang berfikir sejenak mencerna ucapan Bulan, nama yang bagus.

"Wah! Bagus banget namanya, aku suka deh. Nanti kita kasih tau ibu ya, pasti ibu akan suka!"ucap Bintang kegirangan. Bulan tersenyum geli mendengar adiknya yang segirang itu hanya karna dia memberi usul nama adik mereka nanti.

***

Ibu, Bulan, dan Bintang kini berada dirumah sakit. Sebentar lagi adiknya akan segera lahir, tentu saja Bulan dan Bintang sangat bahagia mendengarnya. Penantian mereka selama ini akhirnya berbuah manis. Tadi saat mereka sedang asik bermain, tiba-tiba saja bik Surti asisten rumah tangga mereka memanggil taksi untuk segera ke rumah sakit. Ibu menyuruh kedua anaknya ikut ke rumah sakit.

"Bibi, berapa lama lagi kita harus menunggu adik lahir?"tanya Bintang, bik Surti tak menjawab ia hanya melempar senyuman.

"Kakak, berapa lama lagi kita harua menunggu adik lahir?"kini Bintang beralih bertanya pada kakaknya yang sedari tadi diam tak berkutik.

"Sebentar lagi Bintang sayang, kamu sabar aja ya."Bintang mengangguk paham, ia lama-lama bosan menunggu hingga dua jam.

Tak lama kemudian dokter yang menangani ibu mereka keluar dari ruangannya, bik Surti langsung bangkit dari duduknya.

"Bagaimana keadaan nyonya dok, apakah bayinya sudah lahir?"

Bulan dan Bintang ikut menatap dokter itu seolah-olah memberi penjelasan.

"Keadaan ibu Esti baik-baik saja, dan anaknya juga sudah lahir dengan sehat."jelas sang dokter, mereka semua bernafas lega kecuali Bintang yang masih tampak sedang berfikir sesuatu.

"Adik aku perempuan atau laki-laki dok?"dokter itu terkekeh mendengarnya.

"Adik kamu perempuan, dan dia cantik sekali seperti kakaknya."Bulan mendengarnya langsung sumirgah, adik perempuan impiannya.

"Yasudah, kami harus memindahkan pasien ke ruang rawat. Disana kalian baru bisa melihatnya, baiklah kalau begitu saya permisi dulu."setelah itu dokter pamit ke ruang kerjanya, bik Surti menggandeng Bulan dan Bintang menuju ruang rawat.

Disepanjang koridor rumah sakit, Bulan tak berhenti mengulas sebuah senyuman dibibirnya. Ia masih tidak menyangka kalau apa yang ia harapkan benar-benar terkabul. Selama ini ia selalu menginginkan sesuatu, dan hal itu selalu bisa ia dapatkan.

"Ibuu!!"pekik Bintang saat mereka sudah memasuki ruang rawat ibunya.

Ibu yang sedang mengelus-ngelus pipi bayinya langsung menoleh ke asal suara.

"Wah, lihat sini kak! Adik kita lucu banget, pipinya temben kayak aku."satu ruangan tertawa mendengarnya, termasuk suster yang kebetulan sedang didalam.

"Kita kasih namanya Rasi ya bu, biar cocok. Bulan, Bintang, dan Rasi."ucap Bulan yang langsung mendapat anggukan dari ibu, rasanya ia sangat bahagia memiliki anak yang pintar dan berbakti pada orang tua.

"Selamat datang dikeluarga kami Rasi yang cantik dan imut."

Bulan mengalihkan pandangannya pada kalender yang terpajang disudut ruangan, ia berjalan mendekat kemudian membulatkan tangal 11 di bulan April.

***

Hello, ketemu lagi kita ...
Agak aneh emang ceritanya😂

Jangan lupa Vote + Comment ✌


Bad FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang