3. Rasi

13 1 3
                                    

Rasi duduk dibangku taman sekolah sembari menunggu seseorang yang sudah berjanji akan menjemputnya. Karena bosan menunggu jemputan, Rasi memutuskan untuk mendengarkan lagu lewat earphone pink miliknya. Lagu yang ia punya semua kebanyakan dari ColdPlay, menurut Rasi lagu-lagunya itu sangat indah didengar dan kata-katanya sangat menyentuh hati. Hembusan angin menerpa wajahnya hingga ia seakan merasa sudah tidak menginjak tanah lagi.

Sangkin terhanyut dalam lagu, Rasi tidak sadar kalau sedari tadi ada seseorang yang berdecak sebal berdiri tegap dihadapannya. Merasa tak dianggap keberadaannya, orang itu pun mencopot earphone yang tersumpel ditelinga Rasi.

"Heh, berani banget lo---"ucapan Rasi terhenti saat melihat seseorang yang ia kenal berada dihadapannya.

"Apa?"ujar orang itu datar. Rasi mengerjab-ngerjabkan matanya beberapa kali, lalu menatap orang itu sambil mengerucutkan bibirnya sebal.

"Abang kok lama banget sih jemput Rasi? Aku bosan tau nunggunya."orang itu yang tak lain adalah Bintang hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

Bintang menggandeng tangan Rasi menuju parkiran mobil, ia hanya ditugaskan menjemput sang adik oleh mamanya, bukan untuk beradu mulut yang ke sekian kalinya. Karena mustahil jika Bintang dan Rasi bertemu tidak berkelahi, atau mengoceh tak jelas.

***

Bulan membereskan beberapa macam pakaian yang akan ia bawa besok saat pulang ke rumahnya. Ia sudah berjanji pada mama dan adik-adiknya untuk pulang ke rumah esok hari, sudah hampir 5 tahun ia tidak berjumpa dengan keluarganya dengan alasan sibuk kuliah. Bulan menjadi mahasiswa di University of Oxford sejak 4 tahun lalu, ia mengambil jurusan Art atau Seni. Kini Bulan sudah menjelma sebagai artis baru dengan karya seninya yang menakjubkan, fans fanatik maupun hatters selalu memenuhi komen di media sosialnya.

Diliriknya jam yang ternyata sudah menunjukan pukul 9 malam, hanya tinggal beberapa menit lagi ia harus sudah tidur. Mama berpesan padanya kalau tidur disana jangan lewat dari jam 9 malam, pesan itu tidak pernah ia langgar. Bukan karena apa-apa, disana itu pergaulannya sangat bebas. Apalagi ia adalah orang Indonesia yang negaranya tidak pernah memiliki budaya barat seperti negara yang sekarang ia tempati.

Drrtt Drrtt

Ponsel disakunya bergetar, ia pun dengan segera mengangkatnya.

Bintang is calling

"Halo adek gue yang paling ganteng, kenapa nih kok malem-malem telpon kakak?"

"Hmm gak kenapa-napa sih, cuma mau tanya aja besok jadi gak pulang ke rumahnya?"

"Oooo tumben banget lo nanya kayak gitu ke gue? Kesambet apaan lo tadi?"

"Ck. Yaelah ni anak songong bener deh, gak nanya kabar disalahin, nanya juga disalahin. Salahin aja gue terus."

"Hehehe maaf dek, gue cuma kaget aja gitu. Iya besok gue jadi pulangnya, tapi jangan kasih tau Rasi ya, soalnya gue punya kejutan buat dia."

"Iya iya. Emang lo mau kasih dia kejutan apaan? Kepo nih."

"Aahh lo mah kepo aja, gak boleh ada yang tau selain gue. Lo kan congornya agak bocor-bocor gimana gitu, iya kan?"

"Sialan lo jadi kakak! Udah ah lo makin bikin gue bete, bye!"

Tuutt Tuutt

Bulan mengernyitkan dahinya heran. Ada apa dengan adek gue? batinnya.

Tak ingin ambil pusing, Bulan kembali melanjutkan kegiatan beres-beresnya. 15 menit kemudian ia selesai berbenah, Bulan membaringkan badannya diatas ranjang empuknya itu. Pikirannya menerawang entah kemana, beberapa saat kemudian ia terlelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang