1. Bulan

33 2 2
                                    

Bulan berjalan dengan kaki kecilnya menuju kamar ibunya, saat ia sudah sampai diambang pintu ia mendengar suara tangisan seorang bayi yang terdengar sangat nyaring. Dengan pelan, Bulan memasuki kamar ibunya itu, betapa terkejutnya saat ia melihat ibunya menggendong seorang bayi.

Ibu yang tadinya menatap sang bayi kini beralih menatap Bulan, dengan senyum mengembang dibibirnya ibu mendekatkan bayi itu kearah Bulan.

"Bulan, perkenalkan dia adalah adik laki-lakimu, namanya Bintang."ucap ibu menatap haru kedua anaknya. Awalnya Bulan kaget, tapi sesaat kemudian ia tersenyum senang menatap adiknya itu.

Dielusnya pipi gembil sang adik, Bulan sangat senang mendapat seorang adik laki-laki yang tampan, tapi ia juga berharap suatu saat nanti akan ada adik perempuan juga.

"Ibu, kalau suatu saat nanti aku minta adik perempuan bagaimana?"tanya Bulan dengan wajah polosnya menatap sang ibu penuh harap.

"Boleh saja, tapi ibu mau kamu harus bisa menjaga kedua adikmu nanti."Bulan mengangguk cepat, ternyata ia tak pernah susah meminta sesuatu dari ibunya. Buktinya, ia meminta adik perempuan saja cepat dikabulkan.

Mereka bertiga menghabiskan waktu malam bersama dengan canda dan tawa, sesekali mereka menatap gemas Bintang yang selalu menggeliat kecil. Sedari tadi, Bulan bersusah payah menahan gemas agar ia tak menggigit pipi gembil Bintang. Ibunya terkekeh geli menatap anaknya bergantian.

Bulan mengalihkan pandangannya pada buku dongeng yang berada diatas nakas. Diambilnya buku itu, lalu menyodorkannya pada ibunya. Seakan tau apa yang diinginkan putrinya, Ibu pun mengambilnya dan memulai mendongeng.

Sepanjang dongeng dibacakan, Bulan selalu mengingat setiap katanya dan berkhayal bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi seorang pahlawan.

Ia akan menjaga kedua adiknya, lalu membantu warga dalam menyelesaikan pekerjaannya. Selalu mendapatkan kasih sayang dari ibunya, membuat Bulan tak pernah berfikir untuk memiliki seorang ayah.

Baginya, ibu, Bintang dan adik perempuannya nanti adalah salah satu penyemangatnya untuk menjadi seorang pahlawan.

"Oh iya ibu, nanti kalau misalnya aku pergi untuk beberapa waktu kedepan apakah ibu mengizinkanku?"tanya Bulan disela-sela ibu membacakan dongengnya.

"Emangnya kamu mau pergi kemana dan untuk apa Bulan?"tanya ibu, Bulan menatap serius sang ibu. "Aku pergi untuk mencari ilmu dan kembali untuk memberi kebahagiaan pada kalian semua."balas Bulan dengan mata berbinar penuh arti.

Ibunya menatap Bulan sendu, ia tak ingin terjadi apa-apa dengan mereka karena kepergian anaknya itu nanti. Tapi melihat keinginan yang sangat terpancar dimata putrinya itu, akhirnya ia menyetujuinya.

"Yasudah. Ibu yakin kamu pasti bisa! Jangan mudah menyerah sama keadaan ya, ingat satu hal, kemanapun kamu pergi tuhan dan kami semua selalu bersamamu."jelas sang ibu memberi pencerahan.

Bulan mengangguk paham, kini ia mengerti darimana sifat ini berasal, sifat penuh perjuangan dan pantang menyerah ia dapatkan dari ibunya.

***

Hmm mungkin cerita ini bakalan banyak menghayal gak jelas dan tidak nyata. Aku hanya ingin mencoba untuk membuat cerita yang lain dari yang lain. Dan cerita ini untuk dua part kedepan masih pendek ya, cerita ini juga bakalan slow apdet. Tapi nggak slow amat kok, hehehe

Jangan lupa Vote + Comment ✌


Bad FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang