INSOMNIA

242 18 9
                                    

Aku yakin ini efek dari insomnia, dan lihat sekarang, si bodoh Wonshik itu nyaris menghancurkan konser kami. Kalau saat itu Hakyeon tidak bergerak cepat, masalah ini akan menjadi lebih serius.

Oh, kepalaku nyeri.

"Sudah baikan?" Sosok Hongbin menyembul dari tirai yang menutupi ranjang tempatku tidur.

Saat ini aku juga berada di tempat yang sama dengan Ravi, ruang perawatan. Ugh, jetlag ditambah cuaca daerah ini yang memperparah kondisi tubuhku. Selain Ravi, aku dan Ken juga jatuh sakit. Yah, untungnya aku dan Ken masih bisa bertahan sampai konser kami berakhir.

"Bagaimana dengan Ravi?"

"Yah, dia membaik." Jawab Hongbin. "Kalian membuatku khawatir, tau."

"Aku tak apa."

Pria berlesung pipi itu tersenyum lega, membuat cekungan di pipinya semakin terlihat. Dia pamer ketampanan ya?

INSOMNIA © Taushiyyah
.
.
.
.
For,

Strlight

Aku memang tidak mudah terbangun karena gangguan kecil. Well, bahkan terkadang N mencipratkan air untuk membangunkanku. Aku termasuk tukang tidur setelah Ravi dan Hyuk. Tapi aku bukan tipe orang yang takkan terbangun jika seseorang tiba-tiba melompat ke atas ranjang ku dan memeluk tubuhku erat dari belakang. Dan orang itu tidak berhenti merapalkan doa-doa pengusir hantu yang membuat telingaku panas.

Masalahnya napas hangatnya tepat berhembus di telingaku.

Aku menggeram. Rasanya ingin meraih lampu tidur di nakas dan membenturkannya ke kepala pria ini. Dari suaranya aku tau dia Ravi. Sebaiknya aku berhenti lupa mengunci kamar, atau hal seperti ini akan terus terjadi sampai Hakyeon kehilangan kulit eksotisnya.

"Bisa keluar dari kamarku?"

Tangan kekar yang memeluk tubuhku semakin bergetar. "Ta-tapi hyung..."

"Keluar atau kutendang kau?"

"Hyung ku mohon. Izinkan aku disini malam ini saja."

Oh, Tuhan! Tidak bisakah sekali saja dia tidak merepotkan?

Aku menggeleng. Tanganku mencoba menyingkirkan tangan Ravi yang melingkar di pinggangku. Namun sial. Dia sangat kuat. Seolah patung batu sedang mengunci pergerakanku.

"Ravi..." aku bicara dengan sabar. "keluar!"

"Hyung kumohon..."

"Keluar!!" Sekarang aku mulai berteriak. Kamarku ini kedap suara jadi aku tidak perlu khawatir suaraku membangunkan Hakyeon. Dia tidak akan dengar.

"Ada hantu!" Suara Ravi mencicit.

Lelucon apa lagi ini??

Aku menyikut perutnya, hingga pelukan Ravi sedikit mengendur. Dan itu membuatku dengan mudah membebaskan diri darinya. Dengan cepat aku menarik kerah bajunya, dan menyeret Ravi keluar.

Namun sial. Sampai di depan pintu kamar, bocah itu mencengkram tanganku kuat sekali.

"Hyung temani aku!! Ada hantu disana. Aku tidak berbohong."

Dari semua member kenapa harus aku?

Aku menghembuskan napas, mencoba sabar. Baiklah, saat ini aku tidak dalam keadaan baik-baik saja untuk memukul anak ini. Tenagaku belum kembali. Sebaiknya aku ikuti permainan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Latte ① LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang