Agustus 2008.
Lapangan SMP Negeri 28, Jakarta.Hari Sabtu pagi, suasana sekolah nampak sepi. Yang terlihat di depan mataku hanya sebuah net yang dipasang di dua tiang, bendera merah putih yang berkibar, dan anak-anak yang sedang melakukan pemanasan sebelum berlatih bulu tangkis. Aku meletakkan tas beserta botol minum yang sejak pagi Aku genggam. Tiba-tiba Pelatih Bulu Tangkis dan bisa dibilang seniorku, Kak Sonny memanggilku.
"Nera!"
"Yoo kak! ada apa?"
"Ayo kita main satu ronde." Oh ternyata dia mengajakku bertanding.
"Boleh... Gue pemanasan dulu, baru sampe soalnya."
Aku mulai merenggangkan tangan dan melompat-lompat sebentar agar seluruh badan tidak kaku. Kak Sonny menyiapkan belasan "kok" karena dia tahu pasti permainan ini berakhir dengan alot, tidak ada yang menang dan kalah. Setelah pemanasan, Aku menggenggam raket kesayanganku dan memutarnya sampai ada suara angin yang keluar.
"Come on, let's do it pal!" Aku sangat bersemangat pagi ini.
Kak Sonny mulai dengan melempar kok ke atas lalu memukul dengan santai. Aku menangkisnya dengan santai juga. 15 menit berlalu, badanku mulai mengeluarkan keringat. Tapi Aku pantang menyerah sebelum menangkisnya dengan gaya smash andalanku. Di seberang sana sepertinya Kak Sonny sudah kelelahan. Dia terlalu banyak mengatur nafas.
"Break! Break! Huh hah huhh!"
"Cepet banget kak! 14 menit lho kita main!" Aku berteriak dengan nada kecewa.
"Sabar dong, kebiasaan deh kalo tanding begini tenaga kudanya dikeluarin."
"Itu namanya pemain yang professional." Jawabku singkat.
"Huuuu.. yowes gue beli minum dulu." Kak Sonny berlalu begitu saja.
Aku mencari bangku kosong untuk sekedar meluruskan kaki. Tiba-tiba handphone ku berdering tanda pesan singkat yang masuk (Gadget belum tercipta). Aku segera membacanya.
"Ini Nera kan?"
Aneh, tahu darimana kalau nomor ini milikku. Tanpa berpikir panjang, Aku membalasnya.
"Ya, siapa nih?"
2 menit kemudian, dia membalas.
"Ini gw Dinan."
Dinan Pratama, siswa kelas 8 yang dulu sempat sekelas denganku di kelas 7. Aku dan Dia memang cukup dekat sebagai teman. Namun kita berpisah di kelas 8. Manusia sejahil dia kenapa tiba-tiba menghubungiku?
"Oh elo. Kok tumben sms? Tau nomer gue darimana?"
"Ada deh..... lu gk perlu tau. Lg apa?"
"Mau tau bgt??? Ha!"
Aku terkekeh kecil ketika membacanya sampai-sampai Aku tidak sadar Kak Sonny memanggilku sampai tenggorokannya kering.
"Gw telpon ya.."
Duh, kenapa harus menelpon segala!?
"Mau ngapain? Mau tanya pr? Kan kita beda kls."
"Bukan pr, gw pengen ngomong penting."
"Yaudah, tapi jangan lama2."
3 menit berlalu sudah, handphone ku pun berdering pertanda telpon masuk.
"Halooo."
"Hai Nera, hehehe."
"Kok ketawa? Ada yang lucu?"
"Gapapa kok, seneng aja ini pertama kalinya gue denger suara cewek via telpon."
Aku agak senang dan malu mendengarnya. Kenapa Dinan tiba-tiba jadi lembut begini? Biasanya dia sering menjahiliku sampai Aku kelewat jengkel.
"Halo Ra? Kok diam?"
"Ohh..iya gapapa kok..."
"Lo ga seneng ya kalo gue telpon?"
"Bukan gitu. Biasa aja nan..."
"Lagi apa?"
"Lagi latihan bultang."
Hening. Aku bingung mau berbicara apa karena inilah pertama kalinya seorang cowok menelponku. Aku nervous.
"Mana omongan pentingnya?" Seketika di otakku terlintas kalimat "penting". Sangat ampuh untuk memecah keheningan.
" Ohiya gue sampai lupa. Jadi gini Ra, ehmm.... ehmmm.."
"Yaa?"
"Ehmmm... jadi gini.... ehmmm.. Gue tuh sebenernya...."
Kudengar dari telpon dia menarik nafas dan membuangnya, Aku sangat heran dan gelisah.
"Lo kenapa sih Nan? Tenggorokan kering? Atau ada berita buruk?"
"Tenang dulu! Gue gugup nih."
"Ada apa sih? Kalo masih ga ngomong juga, gue matiin ya." Aku kesal karena penasaran.
"Ehhh jangan Ra, jangan! oke gue akan ngomong."
"Cepet!"
"Jadi gini Ra, sebenernya.... gue suka sama lo."
Aku mencoba mencerna apa yang Dinan katakan.
"Apa?" Aku mencoba meyakinkan diriku kalau sebenarnya Aku tidak tuli.
"Gue suka sama lo. Gue suka sama lo, Nera Anjani."
Suasana hening lagi. Perutku seperti dililit. Setelah mendengarnya jantungku berdegup kencang. Seorang Dinan? Aku merasa semua ini bukan kenyataan.
"Gue ga salah denger nih? Lo suka sama gue?"
"Iyaa...." Dinan menjawab dengan lirih.
Tanpa pikir panjang, Aku mengakhiri pembicaraan dan mematikan handphone ku.
Perasaan apa ini? Kenapa jantungku berdegup terus? Kenapa Aku tersenyum padahal Aku sendiri tidak menginginkannya? Ada apa denganku? Oh tidak! Aku terus tersenyum dan tertawa tanpa ada sebabnya.Oh jadi ini yang namanya Jatuh Cinta. Pertama kalinya dalam hidupku Aku Jatuh Cinta tanpa ada sebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Interview
RomansaSeorang wanita sederhana bernama Nera yang menceritakan kisah cintanya kepada para sahabatnya melalui sebuah wawancara kecil. Kejadian mengharukan, menyenangkan, membahagiakan, mengejutkan, dan menyedihkan bercampur menjadi satu hingga menjadi sebua...