Part 3

110 15 1
                                    

Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki sensei

Warning ! OC, OOC, TYPO, DLL, DSB, DST

"Wah, wah. Di gencet saat hari pertama ya? Menarik sekali fufufu..." kata pemuda berkacamata itu-Imayoshi- saat melihat Yuki yang di hadang oleh tiga orang siswi.
Tadinya ia hanya ingin membuang sampah yang menumpuk di keranjang sampahnya. Siapa sangka kalau ia akan mendapatkan tontonan menarik seperti ini.

"A..aku tidak mengerti maksud kalian. To..tolong lepaskan...AKH!" teriak Yuki saat siswi tadi semakin mengeratkan cengkeraman di rambutnya.

"Jangan pura-pura bodoh! Seharian ini kami melihatmu menempel terus dengan Kise-san. Hal itu benar-benar menjengkelkan." Kata siswi yang di tengah yang berambut lurus panjang sepinggang yang sepertinya pemimpin mereka.

'Yuki-san.' Pikir Imayoshi

"Su..sungguh..aku..aku tidak mendekati Kise-san. Tapi Kise-san yang..."

"Aaargh, kami tidak butuh penjelasanmu! Kau harus mendapat ganjaran karena berani mendekati Kise-san! Ikut kami!" Kata si pemimpin dan mereka menyeret Yuki mengikuti mereka.
'Apa-apaan ini? Kenapa Yuki-san tidak menghajar anak-anak itu? Kenapa dia tidak melawan mereka!' teriak inner Imayoshi.
"Mustahil...ini benar-benar mustahil." gumam Imayoshi.
"Apa..apa dia benar-benar berubah?"

.

.

.

Merasa kalau ketiga siswi itu sudah pergi dari sana, Yuki menghentikan aktifitas menggedornya.

Ia menepuk-nepuk bagian bawah roknya yang terkena debu saat tersungkur dan merapihkan rambutnya yang sedikit acak-acakan karena di jambak tadi.

"Benar-benar, aku tidak menyangka akan di bully di hari pertama dan itu semua karena si pirang berisik itu." Kata Yuki.

Ia mengedarkan pandangan kesekeliling ruangan itu. Di tengah pencahayaan yang minim, ia dapat melihat matahari semakin terbenam dari celah ventilasi kecil di sisi gudang. Ia memutar otak bagaimana caranya untuk keluar dari tempat ini. Di lihat dari keadaan gudang ini yang sangat kotor dan tempatnya yang dapat di bilang terpencil karena terdapat di sudut mati gedung sekolah membuat Yuki berspekulasi kalau sedikit sekali persentase kemungkinan orang akan datang ke tempat ini. Walau dia berteriakpun itu hanya sia-sia belaka karena tidak akan ada yang mendengar suaranya.

"Oh iya, ponsel." Kata Yuki saat mengingat kalau ia membawa ponsel.

Sekarang yang perlu di lakukannya hanyalah menghubungi salah satu kakaknya itu dan menunggu salah satu dari mereka membukakan pintu gudang ini untuknya.

Yuki mencari nomor kontak salah satu kakaknya itu dan berhenti saat mengingat sesuatu yang sangat fatal.

"Aku tidak punya nomor satupun dari mereka." Kata Yuki merutuki kepikunannya. Dan bersamaan dengan itu ponsel miliknya memberikan peringatan untuk menyambungkan charger.

"OH GOD! Bagus sekali, sekarang aku benar-benar terjebak disini." Ujar Yuki terdengar frustasi saat layar ponselnya berubah menjadi hitam gelap.

Ia menghela nafas pasrah. Ia bisa saja menghancurkan pintu itu dengan sekali tendangan. Hanya saja dia tidak mau mengambil resiko kalau-kalau ada siswa yang tidak sengaja melihatnya menghancurkan pintu itu dan melaporkannya kepada guru. Hal itu bisa membuatnya repot dan Yuki tidak suka sesuatu yang merepotkan seperti menjelaskan kronologis kejadian yang hanya akan membuatnya semakin di bully karena mengadu kepada guru.

Yang harus ia lakukan saat ini hanyalah duduk diam dan menunggu sampai malam. Sampai ia benar-benar yakin tidak ada lagi siswa yang berkeliaran di sekolah dan ia akan mendobrak pintu itu dengan satu tendangan.

Me & My BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang