have fun yaa,
"Alice!!" teriak Margareth, bibiku yang sangat galak. "Ya!" teriakku yang segera menghapiri bibi Margareth. " Ya ampun.. lihat semua debu ini? dasar gadis pemalas! Apa saja yang kau lakukan hari ini?" bentak bibi Margareth. "Maaf bi, tadi aku sedang mencuci baju jadi tidak sempat membersihkannya.." kataku lemas.
Ya, memang ini yang kulakukan setiap hari, Cinderella? boleh dibilang seperti itu. Ternyata cerita Cinderella masih ditemukan dalam kehidupan nyata. "Heh! Malah bengong? Cepet bersihin!" katanya sambil melempar kain lap ke wajahku. Suara teriakan bibiku yang sangat keras membuat Ayahku terbangun. " ada apa ribut-ribut di pagi hari?" Tanya Ayahku.
Bibiku terkejut melihat kedatangan Ayah. " Eh.. eh.. ga.. gapapa kok, ini nih si Alice dari tadi suruh istirahat gak mau mintanya bersih-bersih terus. Sudah ku larang, tapi dia tidak mau mendengarkan. Benerkan Alice?" kata bibi sambil mencubit lenganku. "Oh jadi begitu? Ya sudah lebih baik kita sarapan dulu" kata Ayahku sambil menggandeng tanganku."Alice, Ayah ingin mengatakan sesuatu padamu.." kata Ayah. " Hmm? Ada apa Yah?" tanyaku, "Ayah akan pergi hari ini" jawabnya " Pergi lagi? Kenapa mendadak seperti ini? Ayah lupa ini hari apa?" kataku. "hari selasa" jawabnya singkat. "bukan itu maksudku Yah" sahutku dengan nada yang lesu. "coba Ayah ingat lagi" sambungku yang berusaha untuk mengingatkan Ayah. "Hmm, Oh ya, ini kan hari ulanng tahunmu, selamat ulang tahun putriku" kata Ayahku sambil memelukku.
" Kau ingin hadiah apa di hari ulang tahunmu?" Tanya Ayah. " Aku hanya ingin Ayah segera kembali dengan selamat, dan kita bisa menghabiskan waktu bersama" pintaku. " Oh hoho.. rupanya putri Ayah sudah dewasa, baiklah Ayah akan segera kembali dan menghabiskan waktu denganmu" katanya sambil mencium keningku dan pergi meninggalkanku. "Hati-hati Yah" teriakku. Aku berharap ayah akan segera kembali dari perjalananya dengan selamat.
to be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Dress
FantasyKini keajaiban mulai hilang, kebahagiaan yang kurasakan berubah menjadi penderitaan. Tak ku sangka akan begini jadinya, tawa yang selalu menemani hariku kini perlahan mulai lenyap. Kesedihan yang terus kurasakan membuatku bangkit untuk memiliki sebu...