Seekor Naga? Lari!

366 26 0
                                    


Sudah 2 hari aku dikurung ditempat ini bersama ibuku. Kami disiksa tanpa di beri pengampunan oleh Matilda. "Putri? Apa kau baik-baik saja?" Tanya seseorang dari luar sel. Aku yang tengah tertidur bersama ibuku terbangun karena suaranya. Alangkah terkejutnya aku saat melihat seseorang yang memanggilku adalah George si pengkhianat. "George? Untuk apa kau datang kemari? Pergilah! Aku tidak ingin melihatmu!" bentaku pada George. "putri, aku mohon dengarlah terlebih dahulu penjelasanku"pintanya. "aku tidak ingin mendengarkan apa-apa lagi darimu! Cepat pergi, atau aku akan memanggil para troll" ancamku.

Ibuku yang semula tertidur, menjadi terbangun karena mendengar kerusuhan kami. "Alice, ada apa nak?" Tanya ibuku yang berjalan mendekatiku. "George?" sahut ibuku terkejut. "salam Ratu Calista" kata George sambil membungkukan badanya. "bagunlah, ada apa kau kemari?" Tanya ibuku lembut. "mohon izinkan hamba untuk membawa putri Alice keluar dari sel ini" mohonya. "apa? Membawaku?" kataku terkejut. "tunggu.. bukankah itu akan menjadi hal yang sulit?" Tanya ratu kepada George. "hamba telah bekerja sama dengan para troll. Mohon percayakan saja semuanya kepada hamba" katanya. "tidak! Ibu aku tidak mau pergi bersamanya! Dia pengkhianat. Aku tidak percaya padanya lagi. Lagi pula aku tidak ingin pergi meninggalkan ibu sendiri disini" sambungku sambil menatap tajam pada George.

"apa kau sungguh-sungguh George?"Tanya ibuku. "aku tidak mungkin mengkianatimu ratu" jawabnya. "Alice, cepatlah pergi denganya" titah ibuku. "apa? tidak ibu, aku tidak akan meninggalkanmu disini. Bagaimana jika mereka tahu aku tidak ada disini?" tanyaku sambil meneteskan air mata. "Alice, aku mohon, aku tidak ingin melihatmu disiksa sepert ini" pinta ibuku. Setelah aku berbincang dengan ibuku, akihrnya aku menyetujui untuk pergi bersama George dan meninggalkanya sendiri disini. "Alice, ingatlah. Kalung itu akan membawamu ketempat dimana baju itu berada"katanya sebelum kami berpisah. "gunakanlah gaun itu. Jangan sampai kau merobeknya. Kekuatan itu akan muncul jika kau menyatukanya dengan kalungmu" kata ibuku. Aku memeluknya dengan erat, lalu pergi meninggalkanya.

Kami melewati sebuah lorong yang digunakan untuk pembuangan air sebagai jalan keluar yang terbaik. Menuju desa peri yang amat sangat jauh dengan berjalan kaki, membuat kami menjadi lelah. Akhirnya kami memutuskan unutk beristirahat sejenak di bawah pohon cemara yang tertutup oleh salju. "makanlah ini" kata George sambil menyodorkan beberapa makanan kepadaku. Karena aku sangat lapar, akhirnya aku mengambil makanan itu. "apa kau masih marah padaku?" tanyanya. Tetapi aku hanya terdiam, seolah-olah tidak ingin menjawabnya. "maafkan aku, aku telah berbuat salah. Aku pada akhirnya hanya bisa membuatmu sakit" sahutnya sedih. "hm, tak mengapa. Aku juga minta maaf telah memarahimu tadi" jawabku dengan nada yang seakan memaafkan kesalahan George.

Setelah kami merasa cukup untuk beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kami. Tibalah kami disebuah gua besar yang dihuni oleh naga api. "Purti dengarkan perkataanku, jika naga itu terbangun, kau harus segera lari meninggalkan tempat ini" katanya. "apa? Kau ingin aku pergi meninggalkanmu? lalu bagaimana denganmu?" tanyaku yang mengkhawatirkan keselmatan George. "aku akan melawanya" katanya dengan penuh keberanian. Bagaikan seorang pencuri, kami berjalan secara diam-diam tanpa menimbulkan suara. Melewati seekor naga yang tengah teridur, membuat perutku menjadi sakit. "George, perutku sakit" desusku padanya. "apa?" jawabnya pelan. "perutku sakit! Sepertinya karena makanan yang kau berikan padaku. Aku ingin buang air besar!" kataku. "bagaimana kau bisa ingin buang air disaat-saat seperti ini? huh, bersabarlah sebentar lagi kita akan keluar" katanya heran. "aahh, aaww"desusku kesakitan. PRRRREEEETTTTTTTT....... George menengok ke arahku. "ups, maaf aku sudah tidak dapat lagi menahanya" kataku meninta maaf karena telah buang air sembarangan.

Naga yang sedari tadi tertidur, menjadi terbangun karena mendengar kentutku. Ia berdiri tepat dihadapan kami. Menggeram dan menunjukan hembusan nafas apinya. "putri, pada hitungan ke tiga, larilah ke batu besar yag ada disana" katanya. "baiklah" jawabku. "TIGAA!!" kata George sambil mengambil pedang dan melawan naga itu. "apa?" kataku terkejut. "Lari putri!!!" katanya yang sedang melawan hewan itu. Tanpa berpikir panjang aku segera berlari. "tiga apanya? Apa dia tidak bisa menghitung?" kataku yang kesal dan terus berlari menuju ke sebuah batu besar.

Pertarungan berlangsung lama hingga pada akhirnya George kelelahan untuk menghadapinya. Ia terjatuh tak berdaya di tanah. Melihat hal itu, aku tidak rela jika George dimakan oleh naga itu. "George!! Tidak!!" kataku yang keluar dari tempat persembunyian. Mereka, baik si George atau naga itu menengok ke arahku. Untuk sesaat aku menjadi tersadar, setelah merasa tidak rela apa yang akan aku lakukan selanjutnya? "AAARRRRGGGHHHH!!!!" Geram sang naga kesal. "o..ooh tidak!!" kataku sambil berlari keluar gua. Saat tengah berlari, tiba-tiba aku terjatuh, Karena aku sudah tidak sanggup lagiuntuk melangkah. Naga itu mendekatiku. Tubuhnya sangat besar dan wajahnya sangat menankutkan.Tapi anehnya, dia tidak menyerangku melainkan ia tunduk padaku. "aa.. apa ini?" kataku yang setengah heran dan setengah ketakutan.

To Be Continued...

The Magic DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang