Ada rasa sedih ketika melihatmu bahagia,
bukan karena aku tak menginginkan kamu bahagia,
melainkan karena bukan aku yang membahagiakanmu.Itu menyakitkan.
Seperti pukulan yang sebenarnya ingin membuatku tersadar.
Mungkin ini waktu untuk aku terpuruk.
Supaya aku dapat melihat
Tuhan memakaikan kenangan ini untuk buatku dipenuhi kesiapan.
Sehingga doa dapat melahirkan semangat dan kemudian buatku
bangkit.Namun ketahuilah
sebelum aku sudah tak lagi mencintaimu
darahku ini telah mengalir membawa
bayang-bayangmu, mengelilingi tubuhku, dan
jantungku berdenting demi kau menari-nari di
pikiranku.Ada satu hal yang sampai hari ini masih
membuat aku bangga menjadi aku,
yaitu karena aku mampu terima kamu apa adanya.Aku meminta ampun kepada Tuhan,
sebab aku pernah berharap kalau suatu saat,
ketika angin menghempasku menghilang dari daya ingatmu,
aku tak ingin lagi menginjak bumi.
Sebab hidupku akan terasa bagaikan dinding yang dingin.
tanpa dirimuKetika aku harus menjadi paku.
Kamulah yang menjadi lukisannya dan cinta sebagai palunya.
Cinta yang memukul aku...
Memukulku terus menerus
sampai aku benar-benar menancap kuat.Dan pada akhirnya, semoga tidak kamu lagi yang aku
lihat sebagai satu-satunya cahaya di dalam
pejamku sebelum pulas.