Bab XII : Gangguan

147 7 2
                                    

Bam! Hello, hello and sorry. Udah lama gua nggak nulis. Jadi gua baru settling down dengan urusan kuliah (nah) dan sebagainya. Lalu pas lagi ngebuang email spam dari universitas swasta swasta atau ptn yang nggak gua ambil, gua ngeliat ada notif wattpad, dan gua langsung kayak,
"Oh iya, gua punya wattpad ya." gitu deh. dan gua pun kembali menulis. Ya pokoknya gitu deh, enjoy the new chapter!

====================================

Sekembalinya gua ke kamar, gua nyalain Nexus.

"Kenapa, Aris?"

"Nexus, gua bisa minta tolong, nggak?" tanya gua.

"Kenapa?"

"Elu bisa nyari hapenya Alya Ristiana nggak, dari Cabang Bandung?"

"Yang tadi?"

"He-eh. Tolong kasih nomer hape gua ke data kontaknya."

"Ada apa?"

"Nggak ada, gua cuman agak penasaran sama dia. Perfectly normal. "

"Oookaayyy..." kata Nexus nggak yakin.

"Oke-oke. Gua bohong. Sebenernya, gua ngerasa ada yang aneh sama cewek ini."

"Kenapa? Apa karena dia orang yang sering dijahili temannya?"

"Tunggu, apa? Bukan!!!"

"Oke. Terus."

"Gua ngerasain interference yang gede pas gua ada di deketnya. Makanya tadi gua bisa nabrak dia walaupun gua masih *agak* sadar sama lingkungan sekitar."

"Ya, terus?"

"Apa disini ada Disruptor?"

"Buat apa?"

"Nggak ada, gua cuman perlu chip-nya doang."

Lalu gua memutuskan buat jalan-jalan keluar, mungkin nyari makan sambil nunggu anak Bandung selesai make fasilitas di gedung satu. Begitu gua keluar kamar, Savira udah ada di depan pintu.

"Savira?"

"Ehh, Ris, elu mau nyari makan nggak? Kalo iya, temenin gua dong."

"Ah, kebetulan juga kok, gua emang lagi laper juga soalnya, hehehe."

Lalu kita berdua pun nyari sate Padang di deket sini. Sambil nunggu makanan jadi, sempet ada awkward silence diantara kita berdua.

"Jadi...gimana kaki lu?" kata Savira ngebuka pembicaraan.

"Hm, nggak terlalu parah lah, hahahahah!" kata gua sambil ketawa pelan. Tapi kayaknya Savira nggak lagi mood buat ketawa deh.

"Lu kenapa?"

"Nggak kok."

"Yakin?"

"Iya, yakin gua Ris." katanya terus senyum lemah.

"Biasanya kalo cewek ngomong gapapa berarti ada sesuatu. Gua pendengar yang baik kok. Nggak niat buat cerita?"

"Sekali lagi lu nanya dan kaki lu yang satu lagi bakalan gua bikin patah juga. Jeez, I'm totally fine, Ris." katanya risih, tapi masih sambil senyum.

"Oookaayyy...Yakin gak mau cerita?"

"Ris!!! Ah!!!"

Kita berdua pun ketawa ngakak, sampe beberapa orang yang juga nungguin makanan mereka ikutan ketawa.

Setelah suasana udah bener-bener bikin kita ngerasa santai, baru kita ngobrol sambil makan sate yang udah dateng. Tadi, gua sama si mbak ini sempet bikin salah paham.

The Jomblo Detective (break)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang