pain 1

339 16 5
                                    

Lantunan music klasik menggema dalam ruangan bercat putih itu mengalahkan bisingnya alat pendeteksi detak jantung. Udara pagi sedikit banyak masuk melalui celah jendela yang terbuka setengah. Summer tersenyum dengan perlahan tangan mungilnya mengusap permukaan tubuh Gerard dengan handuk hangat yang basah. Dengan telaten Summer membersihkan tubuh yang sedikit kaku itu karena otot-ototnya jarang digunakan untuk bergerak bahkan mungkin tidak pernah digunakan lagi entah sejak kapan Summer tak tau hal itu.

Marcus memberhentikan perawat Gerard dan menyuruh Summer menggantikannya.

"Kau yang memutuskan untuk melindungi pria tua itu, maka kau yang berkewajiban merawatnya,"tukas Marcus.

Summer tak pernah merawat orang sakit sebelumnya, tapi setidaknya Summer akan berusaha sebaik mungkin. Untung saja Summer sempat bertanya sedikit pada perawat yang biasa mengurus Gerard tadi sebelum Marcus berteriak keras pada perawat tersebut untuk segera meninggalkan kamar Gerard.

Setelah selesai membasuh seluruh badan Gerard dengan kain dan Air hangat. Summer memandang Gerard lekat. Teringat akan mimpi semalam, kata-kata Ana dalam mimpinya terngiang kembali di pikiran Summer.

"Dia anak yang baik Summer, dia akan menjagamu dan ayahmu membutuhkanmu"

Summer tidak tau apa yang dimaksudkan oleh Anna tapi setidaknya dia menangkap kata terakhir yang Anna ucapkan . Bahwa ayahnya membutuhkan dirinya-Summer-. Mungkinkah yang dimaksud oleh Anna adalah Gerard?

Jika ya , maka Summer akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaganya, jikalau tidak Summer tetap akan menjaga Gerard setidaknya dalam mimpinya Summer menganggap Anna memberikan kesempatan padanya untuk mengharapkan kehadiran seorang ayah.

"Jika kau benar memang ayahku, bisakah kau terbangun dari tidur panjangmu dan memelukku menghilangkan semua keraguan yang hinggap saat ini," lirih summer.

Setelahnya summer bangkit, membawa baskom dan handuk kecil yang tadi ia gunakan untuk Gerard. Ketika Summer beranjak keluar dari kamar Gerard , langkahnya berhenti membeku Christhopper Robert Van'guwel menatapnya saat ini di ujung lorong . Dengan cepat Summer mengalihkan pandangannya dan berlalu pergi mencoba mengayuhkan kaki jenjangnya yang kaku secepat mungkin . Syukurlah pikirnya saat dirasa Chris tidak membuntutinya sama sekali, jujur saja Summer sedikit banyak takut menghadapi pria itu intensitas aura kejamnya melebihi seorang Marcus.

Sesampainya ia didapur keluarga Obliver. Perut Summer berbunyi, oh ia lupa sejak kemarin dan pagi tadi dirinya belum sedikitpun mengisi perutnya yang sudah kosong. Sedikit bingung dan canggung bagaimana meminta makanan, Summer berjalan mendekat kearah salah seorang pelayan .

"emh maaf permisi, bisakah aku meminta sedikit makanan?," tanyanya kemudian.

"Tentu saja nona, tuan muda Obliver bilang kami harus menyiapkan makanan apa saja yang anda inginkan," jawab pelayan itu ramah. Summer mengerutkan keningnya bingung, benarkah itu? Padahal dia pikir Marcus sengaja tak memberikannya makan agar mati perlahan karena lapar.

"Apa yang anda inginkan nona?," sapa pelayan itu lagi , saat Summer tak kunjung menjawab kata-katanya tadi.

"Aku hanya ingin memakan roti dan sedikit toping selai."

"Baiklah saya akan menyiapkannya."

"Tidak usah biar saya saja, dimana bahan-bahannya?," Summer bertanya, dan mulai beranjak untuk membuat makanannya.

Pelayan tadi menunjukkan beberapa bahan-bahan yang dibutuhkan Summer. Summer mulai membuat rotinya, dia menambahkan selai blueberry dan juga olesan cokelat kesukaannya.

story about marcusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang