Part 8 - Menyihir Waktu

57 2 0
                                    

Hari senin, malam harinya gue kembali mengirim pesan lewat LINE untuk memastikan jadi atau tidaknya rencana untuk menonton besok.

Bryan Seno: del, besok jadi kagak?

Adel Nasution: jadikan lah

Bryan Seno: yaudins, jam berapa? Gue malem ada Les sih

Adel Nasution: langsung aja pulang sekolah yan

Adel Nasution: eh tapi gue entar naro motor dirumah lo ya yan

Bryan Seno: iyaudah taro rumah gue aja del

Adel Nasution: ok deh

Bryan Seno: emang mau nonton apaan sih???

Adel Nasution: Apa aja lah, syukur-syukur ada Magic Hour

Bryan Seno: yasudahlah diriku hanya mengikuti saja

Adel Nasution: Abisnya kepo ama filmnya yan wkwkwk

Bryan Seno: iya deh Magic Hour aja wkwkwk

Yang ada di dalam pikiran gue ketika melihat film Indonesia yaitu filmnya pasti boring, ceritanya sangat Cliché, Dan endingnya mudah ditebak. Maka Dari itu gue gapernah nonton film Indonesia kecuali dipaksa. Kalo film horror malah lebih parah lagi.
Pocong duel sama kuntil anak, yang sudah pasti akan dimenangkan oleh pihak kuntil anak karena pocongnya Cuman bisa lompat Dan ngeludah. Sangat tidak worthy untuk ditonton. Pengecualian untuk film yang memang bagus, yang memang memusatkan jalan ceritanya di unsur horror. Bukan di unsur komedi, konyol, maupun buka-bukaan.

***
Hari selasa ini gue dateng kesekolah tepat waktu. Sebenernya gue sudah merencanakan bareng temen gue buat cabut sekolah hari ini, tapi karena gue sudah ada janji dengan Adel buat nonton hari ini, maka gue tidak jadi cabut dan tetap masuk sekolah seperti biasa.

Gue tidak langsung masuk ke kelas, gue pergi ke kantin dahulu buat sarapan bubur. Di kantin gue melihat belum ada yang jualan. Bubur belum ada, somay yang jual belum datang, Dan tukang cimol pun keberadaannya tidak bisa di andalkan. Jadilah gue hanya diam mematung dikantin, sambil memegang teh poci yang masih penuh. Gue melihat jam tangan, waktu menunjukan pukul tujuh lewat tiga puluh Lima menit. Kelas biasanya sudah ada guru jam segini, jadi gue kembali ke kelas sambil mengintip sudah ada guru atau belum. Dan seperti biasa, gurunya belum masuk. Gue heran kenapa tiap pagi jarang ada guru. Tapi yasudah, guru senang, murid pun bahagia.

Diluar gue melihat Adel sedang duduk dan mengobrol bersama Novi, Gita, dan Veronica. Tapi karena pagi itu gue sedang males untuk bersosialisasi dengan orang-orang, gue pun memutuskan untuk langsung masuk ke kelas buat ngerjain tugas yang diberikan oleh guru gue dua minggu yang lalu. Gue melihat Reza seperti biasa, memasang headset di telinga, dan dengan enaknya tidur di meja gue. Sebagai teman yang baik, gue pun membangunkan Reza seperti biasanya.

"Za ada nyamuk!" teriak gue ke Reza sambil memukul kepalanya.

"SAKIT MONYET" Reza terbangun sambil memegang kepalanya.

"Ada nyamuk tadi tapi udah ilang" jawab gue polos.

"Tai lu yan gangguin gua mulu" Reza kesal.

"kerjain bego kimia, entar darto marah-marah" Gue memberi tahu dia.

"bodo amat paling juga nanti gamasuk"

"Yee terserah elu"

Gue pun duduk di meja gue sambil mengerjakan PR kimia yang banyaknya minta ampun. Disaat gue sedang mengerjakan dengan khusyuk, tiba-tiba anak-anak kelas yang pada diluar masuk ke dalem kelas, mereka bilang darto lagi jalan mau masuk ke kelas. Reza yang belum mengerjakan apapun sama sekali, panik, marah-marah ke gue karena ga bilang kalo mau ngerjain. Gue hanya bisa menahan amarah dalam hati.

Menjelang pulang sekolah, gue nyamperin Adel untuk kembali memastikan nanti jadi atau tidak.

"Jadi gak?" Tanya gue ke Adel.

"Jadi yan" Jawab Adel.

"Yaudah entar pulang sekolah langsung ya biar ga lama" Gue bilang ke Adel.

"Iye bryan" kata Adel datar.

Bel sekolah pun berbunyi, tanda murid sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Gue Dan Adel bergegas pulang setelah mendengar bel berbunyi.

Adel mengajak untuk menonton di Summarecon Mall Bekasi tapi karena malam sebelumnya gue sudah Cek di webnya XXI, gue menemukan kalau Magic Hour masih ada di mega Bekasi. Sementara di SMB sudah tidak ada sejak minggu yang lalu. Jadi kita berdua langsung menuju ke mega Bekasi. Seperti biasa, karena gue orangnya sangat susah Dan terlalu malas buat menghafalkan jalan, Adel lah yang menjadi GPS gue. Di jalan, kita banyak berbicara. Kita membicarakan tentang semua hal. Tetapi lebih banyak berbicara tentang hal-hal yang penting karena waktu itu dia sedang ada masalah.

Setelah hampir dua puluh menit berkutat dengan panasnya Bekasi dan debu yang bisa dibilang unforgiving, kita pun sampai di mega Bekasi. Kita langsung pergi meninggalkan parkiran karena takut film sudah dimulai. Sesampai di XXI, ternyata masih ada 10 menit sebelum film dimulai. Gue langsung membeli tiket Dan memberikannya ke Adel. Gue menawarkan untuk membeli popcorn tetapi Kata dia mending beli di dalam. Gue menuruti kata Adel, kemudian kita langsung masuk ke Studio 2. Di dalam, ternyata yang menonton tidak terlalu banyak. Di depan tempat duduk Adel Dan Gue, ada seorang mas-mas yang sepertinya nonton sendirian.

"Del liat dah depan lu" kata gue sambil menunjuk ke bangku depan.

"Hah kenapa emang yan?" Tanya Adel.

"Nontonnya sendirian tuh, Jones banget ya hahaha"

"Eh iya ya, filmnya cinta-cintaan lagi hahaha"

Tidak lama kemudian, film pun di mulai. Yang gue pahami Dari film ini adalah, film ini memang total tentang Cinta. Pemeran utamanya memiliki seorang teman yang selalu ada untuk dia, temannya juga sepertinya ada rasa dengan pemeran utamanya, tapi ya dia hanya merasa kalau mereka Cuman temenan. Gak lebih. Mendadak gue Kembali ingat Azzah. Film ini menyindir kehidupan gue rupanya. Yang gue pelajari Dari film ini adalah, Tidak peduli seberapa berat perjuangan kamu, jika kamu bukanlah orang yang spesial atau bukan orang yang dia sukai, maka kamu tidak akan pernah dianggap.

Film berlangsung selama sekitar satu jam empat puluh menit. Gue yang Daritadi merhatiin filmnya Cuman bisa diam karena menurut gue filmnya bisa dibilang bagus untuk ukuran perfilman Indonesia.

Setelah selesai menonton, Adel mengajak gue makan. Tetapi rata-rata tempat makan pada tutup. Kita berjalan keparkiran sambil melihat apakah ada tempat makan yang buka. Ternyata tetap tidak ada, hanya beberapa yang buka tapi agak mencurigakan.

Adel mengajak pulang kerumah karena waktu sudah menunjukan pukul Lima lewat Lima belas menit. Sesampai di motor gue merogoh kantong untuk mengambil kunci motor. Kantong gue kosong. Gue panik, Adel pun juga panik. Gue mencari di tas, gue acak-acak tas gue tapi tetep tidak ada. Akhirnya gue mencoba untuk mendatangi tukang parkir buat menanyakan kunci motor gue yang hilang. Ternyata benar ada di dia kuncinya. Lalu gue meminta untuk dikembalikan kuncinya, tetapi dia agak menolak dan meminta gue untuk memberikan "uang rokok". Gue yang saat itu lagi enggan berdebat langsung memberikan sepuluh ribu, dan tukang parkir itu akhirnya memberikan kuncinya.

Setelah kejadian yang tidak mengenakan itu, gue Dan Adel langsung pulang. Perjalanan pulang terasa sangat lama. Gue dijalan hanya diam karena emang gue lagi kesel, ditambah capek dijalan.

Sampai dirumah, Adel pamit untuk pulang karena rumahnya yang agak jauh Dari rumah gue. Setelah Adel pulang kegiatan gue kembali seperti biasanya. Melempar tas, mengganti baju, kemudian langsung tidur sampai besok pagi. Kegiatan gue dirumah memang sangat tidak produktif.



Catatan Cinta Yang Telah Terlupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang