EPISODE KEDUA: SIAL DAN BERUNTUNG

149 12 0
                                    

Sial dan beruntung, mereka dua hal yang saling bertolak belakang. Menurut buku yang pernah aku baca, mereka itu bagaikan air dan minyak, jadi tidak bisa bersatu. Sebuah bencana bagi kita yang terkena kesialan, dan sebuah berkah bagi kita mendapatkan keberuntungan.

"Kak Reza sedang apa?"

"Sebagai pria, olahraga dibutuhkan!"

"Iya aku tahu, tapi kenapa harus menggunakan TV?" Kak Reza sekarang sedang melakukan angkat beban dengan TV yang cukup besar.

"Ini adalah cara cepat untuk mengembangkan otot!" ucapnya dengan nada yang khas. "Mau coba?" lanjutnya menyodorkan TV itu kepadaku.

"Tidak, terima..." TV itu jatuh mengenai kaki Kak Reza. "Kakak tidak apa-apa?"

"Te-Te-Tetap se-se-se-ma-ma-ma-ngat!" Dia memberiku jempolnya walau sedang kesakitan.

"Siap."

(Di perjalanan menuju sekolah)

'DRUSS' cipratan genang air mengenai celanaku. "Ahhh... padahal baru dicuci," keluhku dalam hati.

"Kiki!" Aku melihat sumber suara itu, ternyata itu Waskito yang sedang berlari ke arahku. Dia berlari dengan cepat, saking cepatnya dia tidak bisa berhenti walau sudah dekat denganku. Tubuhnya menabrak tubuhku, dan itu membuatku terjatuh. "Kau tidak apa-apa, sobat?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa.

"Kau pikir aku baik-baik saja?" kesalku walau dengan nada datar, dan masih dalam keadaan tergeletak.

"Maaf-maaf." Lalu dia membantukku berdiri. "Habis dari tadi aku panggil, kamu tidak melihatku sih."

"Benarkah?"

(Di perpustakaan sekolah, waktu istirahat)

"Bu July, Ibu di mana?" Aku mencari Ibu Julie untuk memberitahu bahwa aku sudah datang. Terdengar suara aneh, aku berlari ke arah suara itu. "Ibu tidak apa-apa?" Kulihat Bu Julie sedang duduk dengan beberapa buku di kepala dan badannya.

"Aduhhh! Sakit, kenapa aku harus mengalami kesialan ini sih!" teriak dia.

"Sudahlah Bu July, ini hanya kecelakaan saja." Aku membantu dia berdiri.

"Julie! Bukan July!"

"Ya, maaf Bu Julie."

"Baiklah, sisanya kuserahkan kepadamu," ucapnya ketus. Lalu meninggalkanku dengan wajah cemberut.

Kebanyakan orang selalu mengatakan sedang sial kalau mendapati kesakitan, tapi bila ada yang senang orang pasti mengatakan itu adalah keberuntungan. Aku tidak mengganggap mereka salah, hanya saja kasihan juga si "sial" itu.

"Selesai sudah, huuukkk!" Aku meregangkan tubuhku karena lelah menyusun kembali buku-buku yang menimpa Bu Julie.

"Kau ternyata ada di sini, Sobat?" ucap Waskito tiba-tiba sudah ada di depanku. "Lihat, Sobat!" Dia memperlihatkan sebuah uang kertas yang bernilai seratus ribu. "Hari ini adalah hari keberuntunganku."

"Oh," balasku dingin. Lalu meninggalkannya.

"Kok responya hanya segitu, sih?"

"Terus aku harus bagaimana?"

"Entahlah?"

(Jam pulang, di perpustakaan)

"Masih tetap sepi, ya?" keluhku. "Apa mungkin aku harus membuat keributan di sini, ya? Supaya banyak yang datang. Tapi, aku dan Waskito selama ini selalu membuat keributan, dan itu tetap tidak menghasilkan apapun."

"Ini!" ucap Bu Julie yang entah kapan sudah ada di depanku. Dia menyodorkan sebuah kotak makanan. "Kau pasti lapar, Nak Kiki?"

"Oh, terima kasih."

BUNGA KEHIDUPAN DALAM ARTI BUNGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang