Suara isakan tangis terus terdengar dari mulut gadis cantik itu, hingga tetes demi tetes airmata pun rasa nya sulit untuk ia tahan agar tidak mengalir lagi.
Hanya Gundukan tanah merah yang masih basah itu lah yang kini ia pandang, sesekali tangan mulus nya menyentuh batu nisan yang bertuliskan RIKI ISKANDAR BIN ABRAHAM ISKANDAR
Pujaan hatinya,kekasih hatinya kini telah terlelap didalam sana untuk selamanya, bahkan si pujaan hati rela memberikan kedua bola matanya untuk dia. Beruntung? Lebih dari beruntung bukan.
Flashback off
Hening.
Saat ini kedua insan itu saling terdiam suasana tampak hening brian tak mengerti harus memecahkan keheningan ini bagaimana, ia bingung dan gusar. Namun satu yang hanya ia lakukan kini yaitu memeluk gadis rapuh itu dengan segenap kegugupan yang ada.
Brian mengelus rambut hitam legam itu "Sorry ca maafin gua, gua gamksud ngebuka kisah lama lo lagi maaf"
"Nope" ada jeda sejenak lalu ia melanjutkan perkataannya kembali "udah saat nya kan orang orang terdekat gue tau apa yang gue takutin kalo ke club"
Brian hanya mengangguk tanda bahwa ia mengerti "iyah. Udah ya lu jangan sedih lagi gua ada disini okey" ucap nya berusaha meyakinkan
"Thanks. Pleas anter gue pulang" ranisa berdiri dari duduk nya dan disusul oleh brian yang kini berdiri di samping nya "okey ayo gua anter ya, tapi lo harus janji jangan mewek lagi jelek tau ga lo kalo lagi kaya gini" gadis disamping nya hanya terkekeh dengan apa yang pria itu katakan.