Part Five

10 2 0
                                    

Beberapa hari kemudian..

Aku menangis di pemakaman Lyra. Aku pernah merasakan kehilangan ini, saat ayah dan ibu kami meninggal dunia tiga tahun lalu. Dan sekarang, aku harus menghadapi kenyataan, bahwa hanya tinggal aku di dunia ini.

Mas Joe memapahku, saat menabur bunga. Ia berusaha menguatkan hatiku. Begitupun ibunya Mas Joe, Tante Yohana. Banyak teman-teman sekolah Lyra, juga guru-gurunya hadir mengantarkan adikku ke peristirahatan terakhir.

Usai dari pemakaman.. Mas Joe mengantar aku dan Tante Yohana pulang ke rumahnya. Karena ia harus kembali ke kantor polisi untuk dinas.

Tante Yohana menemaniku masuk ke kamar tamu yang telah disiapkannya untukku. "Kalau kamu butuh sesuatu.. Apapun itu.. bilang aja sama Tante. Jangan sungkan ya, Nak..," katanya padaku.
"Terimakasih, Tante.." Air mata membasahi pipiku lagi.
"Sebaiknya, sekarang kamu istirahat. Tante akan buatkan makanan untukmu..," katanya lagi.
Aku merasa telah merepotkan ibu pacarku ini. Tapi.. aku tidak kuasa menolak niat tulusnya.

Oh.. Aku sempat ketiduran rupanya. Bangun-bangun hari sudah gelap. Aku bisa melihat langit malam lewat jendela yang tak terlalu besar.
Aku lihat handphoneku.. Ada misscall berulang kali dari Mas Joe. Duh, ada apa ini? Perasaanku tak enak. Aku menelopannya balik. "Ada apa, Mas?" tanyaku dengan suara gemetaran.
Terdengar suara panik Mas Joe. "Jenazah Cas Louvre.. hilang, Ren!"
Apa?! Lalu kudengar suara benda berjatuhan di luar kamar. Astaga..! Malam mencekam itu belum berakhir..
"Lorena..! Kamu baik-baik aja?" Suara Mas Joe mengejutkanku dari keterpakuan.
"Mas.. kayaknya.. dia ada di sini.. Aku harus lihat Ibu kamu.."
"Iya, iya.. Aku juga lagi di perjalanan pulang, nih.. kena macet.."

Aku segera keluar dari kamar. Aku periksa ke kamar Tante Yohana. Tak ada orang di sana. Lalu.. kudengar lagi suara benda jatuh. Sepertinya alat masak. Dapur! Aku segera ke sana. Aku tak serta merta masuk ke dapur. Aku memang melihat seseorang di dalam sana melalui balik pintu.
Astaga..! Kututup mulutku agar tak teriak. Cas Louvre.. bagaimana mungkin dia masih hidup? Bukankah.. ia telah diberondong tembakan oleh polisi? Seharusnya ia tewas..

Dan, apa yang dilakukannya saat ini..? Aku hanya terpekik. Kusaksikan tubuh Tante Yohana.. tergeletak di lantai. Darah di mana-mana. Aku menahan suaraku agar tak teriak.
Aku harus pergi dari sini!
Saat aku melangkah.. tak sengaja, siku tangan kananku menyenggol sebuah hiasan meja. Benda itu jatuh ke lantai, dan pecah. Menimbulkan suara berisik. Sepertinya Cas Louvre mendengarnya..

Buru-buru, aku lari ke pintu teras depan. Aduh! Terkunci! Mana kuncinya? Aku tidak tau. Ketika aku berbalik hendak cari jalan lain, Cas Louvre telah berdiri di antara ruang tamu dan ruang tengah. Wajah buruk rupanya menyeringai.
"Pergi kamu! Jangan ganggu aku!!" Aku melemparinya dengan berbagai benda yang dapat kuraih dengan tangan.
Lalu, kulihat ada sebuah pintu terbuka di sebelah kiriku. Aku masuk ke sana. Kututup pintunya. Rupanya menuju ke garasi. Ada motornya Mas Joe. Kuncinya ada di situ. Kunyalakan motornya, hingga beberapa kali. Aduh..! Gak bisa nyala. Kenapa, nih? Tak ada waktu untuk mencaritau. Kucoba buka pintu garasinya. Tak bisa. Macet. Tiba-tiba, pintu dari dalam rumah terbuka. Cas Louvre ada di sana.

The Scary NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang