Aku meringkuk di pojokan ruang besmen, yang tidak terlalu luas. Di tangan kananku, aku memegang stick golf, milik mendiang ayah. Sedangkan di tangan kiriku, aku ready dengan HP.
Beberapa saat kemudian, ada SMS masuk. Hah? Lyra?
"Kak, aq mau ambil buku2 sklh, dong. Ada pr yg hrs aq kerjakan, nih.."
Aduh, Lyra.. Aku terpaksa keluar dari besmen. Terdengar suara klakson motor. Pasti Lyra pinjam motornya Mas Joe. Saat kubuka pintu depan menuju teras..
Perasaan aneh menyerangku. Pintu gerbang yang sudah kugembok itu terbuka sangat lebar?! Dan, di ambang pintu terdapat sebuah motor Yamaha Mio berwarna putih.. nomor polisinya P 1987 LR. Itu milikku! Yang kutinggalkan di jalan semalam. La, lalu.. SMS ini..? Belum sempat aku memikirkannya kembali.. Tiba-tiba, sesuatu jatuh berkedebug menghantam keras lantai teras, tepat di depan mataku.
"Lyraaaaaaa..!!!" Teriakanku meledak! Melihat adikku satu-satunya itu.. tubuhnya telah berlumur darah. Dan tak lagi utuh.. Tangan dan kakinya.. tak ada!! Dan, aku mendengar suara benda jatuh dari dalam rumah. Apakah itu.. dia? Buru-buru, aku berlari ke halaman. Hampir melewati pintu gerbang, saat kulihat Cas Louvre tiba-tiba sudah berdiri di dekat motorku, memegang sebilah kapak. Aku kembali berlari menuju ke dalam rumah. Darah Lyra yang mengalir membasahi teras membuatku terpeleset. Aku dapat melihat si pembunuh itu mendekat di belakangku. Perlahan tapi pasti.Aku harus berdiri! Kukerahkan seluruh tenagaku. Aku berlari lagi masuk ke kamar ayah, di mana pintu basemen berada. Kukunci pintu kamar ayah dari dalam, namun, Cas Louvre menghancurkan daun pintunya hanya dengan beberapa kali ayunan kapak. Ia dapat masuk.
Aku sempat melihatnya mempercepat langkah mengejarku yang sudah masuk ke balik pintu basemen. Kami saling adu tenaga. Ia mendorong pintu agar terbuka, sedangkan aku mendorongnya agar tertutup.
"Pergi kamu! Jangan ganggu aku!"
Berhasil kututup pintunya, dan kukunci. Aku menjauh dari pintu. Tapi ku dengar ia mendobrak-dobraknya. Pintu basemen terbuat dari kayu jati yang cukup tebal. Dikapak pun, tak kan cepat terbuka.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus lolos dari sini! Handphone! Aku coba menghubungi Mas Joe dengan video call. Tersambung. "Mas.. Tolong aku.. Pembunuh itu ada di sini.. Dia udah ngebunuh Lyra.. Tolong, Mas.." Aku menangis.
"Lorena.. kamu tenang dulu.. Bicara pelan-pelan.." Sepertinya Mas Joe belum paham.
"Aku mau dibunuh, Mas!! Tolong aku! Lihat ini..!" Kuarahkan kamera depan handphone ke pintu.
"Astaga, Lorena! Kamu bertahanlah..! Aku akan ke sana, bawa beberapa anggota."
"Iya, Mas.. Cepetan.."
Aku kembali meringkuk di pojokan. Menangis. Dan, tampaklah, pintu itu, sedikit demi sedikit hampir hancur. Pembunuh itu tak mau menyerah. Aku harus gimana? Aku mengamati seluruh ruangan basemen. Berharap menemukan senjata atau apapun untuk membela diri. Dan, mataku menatap sesuatu..

KAMU SEDANG MEMBACA
The Scary Nights
Mystère / ThrillerMalam yang mencekam.. Aku harus selamat dari tragedi ini!!