Entah, apa yang ada di pikiranku. Aku hanya merasa.. harus melawannya. Aku mengambil tongkat bisbol yang bersandar di dinding. Kupukulkan ke tubuhnya. Ia tak bergeming, bahkan mungkin tak merasa sakit. Malah menyeringai.
Cas Louvre mengayunkan kapaknya ke arahku. Dengan cepat aku menghindar. Kapak itu menghantam rak berisi peralatan motor. Aku berlari ke sisi lain garasi. Ada alat pompa ban. Kulemparkan padanya. Gak ngefek! Ia mengayunkan lagi kapaknya padaku. Aku berhasil menghindar. Aku lolos keluar dari garasi. Aku menuju kamar Mas Joe. Aku berharap menemukan senjata atau apapun di sana. Aku buka semua laci dan lemari.Mas Joe pernah mengajariku menembak. Walau tak terlalu ahli.. aku harus mencoba. Aku tak mau mati sia-sia. Aku sembunyi di bawah tempat tidur, dengan pistol yang mengarah ke pintu. Rencanaku.. begitu pintu terbuka, aku akan langsung menembaknya. Tapi.. hingga beberapa menit, pintu tak juga terbuka. Ke mana psikopat itu? Aku rogoh saku celanaku. Ambil handphone. Aku menelepon Mas Joe. Tapi tak ada jawaban. Sejurus kemudian, handphoneku mati kehabisan baterai.
Kamu di mana, Mas? Aku mohon, cepat datang. Aku takut..
Lalu.. aku mencium bau gas elpiji. Apa yang terjadi? Apakah Cas Louvre mau membakarku?Aku segera keluar dari kolong tempat tidur. Kubuka pintu kamar. Bau gas kian menyengat. Buru-buru aku ke pintu depan. Sekali lagi, kucoba membukanya. Masih tak bisa.
Andai jendelanya tak dipasangi teralis.. Aku pasti sudah lompat keluar. Ya Allah.. tolong aku..Sekali lagi, Cas Louvre datang. Ia berdiri tak jauh dariku. Rupanya dia tau, aku hendak menggunakan senjata api, makanya ia membuat gas elpijinya bocor. Oh.. bagaimana ini?
Ada ide!
Aku tetap berdiri di tempatku. Sampai Cas Louvre mendekat.. Kuhantam ia dengan dumble lima kilo yang baru kuambil dari bawah meja. Kuhantamkan ke kepalanya. Ia tampak kesakitan. Lalu, aku lari ke dapur. Astaga..! Tante Yohana.. calon mertuaku itu.. tewas.. Lehernya hampir putus. Aku menarik kelambu. Kututupkan pada jenazah itu. Lalu, kuambil pisau dapur yang paling besar. Sebuah pintu lain mengarah ke pekarangan belakang. Ada sapu. Kuikat pisau di ujung gagang sapi, dengan serbet. Kupastikan keduanya terikat kuat.
Kali ini kamu pasti mati! Itu janjiku pada diriku sendiri. Lalu, aku sembunyi di belakang tanaman bunga melati yang rimbun dan agak tinggi. Dari celah dedaunan, aku dapat melihat psikopat itu keluar dari dapur. Cas Louvre memperhatikan ke sekeliling pekarangan belakang, mencariku. Kututup mulutku dengan tangan kiri, agar suara desahan nafasku tak terdengar olehnya. Ketika dia membelakangiku.. Inilah saatnya.Aku berlari ke arahnya, dan kuarahkan mata pisau ke bagian paling vital pada tubuhnya. Sambil menutup mata, kutusuk ia tepat di tengkuknya. Pisau cukup tajam, hingga tembus ke bagian depan lehernya. Aku membuka mataku perlahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Scary Nights
Misterio / SuspensoMalam yang mencekam.. Aku harus selamat dari tragedi ini!!