chapter 1 part 4

4.1K 54 0
                                    

Ditengah-tengah gue menjelaskan, tiba-tiba ada seorang cewe berambut pendek berbando biru kecil masuk kedalam ruangan. Dengan nafas yang tersengal-senggal dia berkata kepada cewe yang duduk didepan gue "Del...hah..hah..gawat nih del."

"Gawat apaan sih sel, coba kamu minum air ini dulu." ucapnya sambil menyerahkan segelas air putih yang langsung diteguk habis olehnya.

"Gawat del, si Haikal sakit malaria. Dia sekarang dirawat dirumah sakit."

"Terus ? apanya yang gawat?"

"Jelas gawat lah del. Haikal masuk rumah sakit terus siapa yang nanti mau ngedokumentasiin MOS ini? Kamu tau sendiri kan kalau cuma dia yang punya kamera dan yang bisa makainya ."

"Wah...gawat kalau gitu sel. Bisa-bisa rencana yang kita susun bakalan berantakan dong."

"Terus gimana dong Adel, pusing banget nih kepalaku, nggak bisa untuk mikir lagi."

"Adel, itu apaan?" tanya cewe itu saat melihat kamera gue berada diatas meja dengan kondisi tempat filmnya sudah terlepas dari badan kamera.

"Ooh...ini kamera analog."

"Punya siapa? Unik banget ya bentuknya, baru kali ini aku ngeliat ada kamera yang bentuknya kotak aneh gitu. Itu masih bisa dipakai kan del?"

"Tuh punya anak itu." sambil menunjuk kearah gue. "Tapi nggak tau masih bisa dipakai atau nggak. Eh, ini kamera kamu masih bisa berfungsi nggak? Tanya cewe berkacamata merah itu kepada gue.

"Masih kok raka, tinggal dipasang sama film baru aja."jawab gue

Tiba-tiba cewe yang tadi masuk keruangan menghampirinya lalu mereka berdua terlibat dalam sebuah diskusi yang tampaknya cukup serius, setelah itu cewe berbando biru itu mendatangi gue "Ya udah gini, kamera kamu ini nggak akan aku sita. Tapi kamu harus bantu kami untuk mengambil foto siswa-siswa MOS dan juga semua panitia MOS untuk dokumentasi nanti. Gimana?" gue lalu berpikir sejenak karena jujur selama ini gue belum pernah mengambil objek foto manusia.

"Kok malah diem? Mau kameranya kembali nggak sih?" bentak cewe berkacamata merah.

"I...iya raka saya mau bantu." Jawabku spontan setelah mendengar bentakannya.

"Gitu dong, ngejawab gitu aja pakai mikir lama banget." Ucap cewe berkacama merah itu. "Kalau gitu aku ambil sisa film yang ada di sekret dulu ya." ucap wanita berbando biru itu seraya berlari meninggalkan aku dan wanita berkacamata merah berdua didalam ruangan. "Nanti setelah kamu selesai mengambil foto jangan lupa kesini lagi buat nyerahin filmnya."

"Iya raka." Jawab gue singkat.

Tidak lama kemudia cewe berbando biru itu kembali dengan membawa beberapa roll film, dan seperti yang gue duga sebelumnya kalau ukuran dari film yang dibawa cewe itu berbeda dengan ukuran film di kamera gue.

"Aduh gimana nih del, filmnya ukurannya nggak cocok." Ucap cewe itu panik.

"Jangan panik gitu dong sel, aku juga kan jadi ikut-ikutan panik. Gini aja gimana kalau aku pergi beli film sama dia, waktunya masih ada kan sel?"

"Masih ada kok del."

"ok, kalau gitu aku berangkat dulu." ucap cewe berkacamata merah itu sambil bergegas keluar membawa tasnya

"Cepetan ya del." teriak cewe berbando biru dari jauh.

Dengan cepat cewe itu berjalan menuju parkiran dan mematikan alarm kendaraannya, jujur gue kaget waktu melihat kendaraan miliknya, sebuah VW Beetle berwarna hitam pekat, sebuah kendaraan yang selama ini gue idam-idamkan dan hanya bisa gue lihat dari majalah otomotif kini sekarang gue bisa melihatnya langsung dan menaikinya...yeey. Boleh juga nih selera cewe ini.

"Bengong lagi, buruan masuk kedalam." Ucap cewe berkacamata merah itu.

Mobil itu dipacunya dengan kencang dan meliuk-liuk melewati mobil lainnya dengan sangat lincah, sampai-sampai gue ngerasa ngeri dan hanya bisa mencengkram erat safety belt yang melingkar di tubuh. "Ra..raka, pelan-pelan dong bawa mobilnya, nanti kalau ketilang sama polisi kan malah repot lagian nggak akan lari kemana-mana kok tokonya." Ucap gue coba membujuknya untuk menurunkan kecepatan kendaraannya. ...

Masih adaa lanjutannya ya...

Cerita Sma (Mr Mars . Miss Venus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang