Chapter 1 part 5

3.3K 46 0
                                    

Jujur aja gue saat itu masih belum mau untuk mati muda, gue masih ingin ngerasain bagaimana nikmatnya nikah, merasakan rasanya memeluk bayi gue sendiri dan masih ingin traveling.

“Bener juga kata kamu, malah repot nanti kalau sampai ditilang sama polisi.” Ucap wanita berkacamata itu seraya membetulkan tata letak kacamata merahnya yang mungkin sedikit membuatnya tidak nyaman. “O…iya nama kamu tadi siapa ya? Kalau namaku Adelia” sambil menyodorkan tangan kirinya kepada gue, tapi pandangannya masih tetap fokus kearah depan.

“Andre…raka.” ucap gue

“Ayah kamu seorang fotografer?” tanyanya

“Bukan, kenapa raka bisa berpikiran gitu?”

“Cuma nebak aja, soalnya kamera yang kamu punya itu bisa dibilang sih cuma dipakai fotografer atau orang yang bener-bener serius akan hobby dalam dunia fotografi.”

“Ooh…kamera ini memang bukan punya aku atau keluargaku. Ini kamera punya temen aku waktu kecil dulu.”

“Kok bisa dia ngasih kamu kamera semacam itu? kamera itu kan harganya mahal banget.”

“Dulu waktu kecil aku suka main sama dia di tanah kosong deket rumah, waktu itu dia tiba-tiba aja bawa kamera itu terus dipakailah buat mainan.Waktu itu tanpa sengaja dia jatuh dan waktu dicoba untuk memutar filmnya ternyata macet. Tiba-tiba aja dia nangis terus ngomong kalau kamera itu punya kakeknya yang diambilnya diam-diam, dia takut dimarahin sama kakeknya karena menurutnya kakeknya kalau marah wajahnya nyeremin. Jadinya dia nitip kamera itu kepada saya raka untuk disimpan dulu, emang bandel banget anaknya, tiap hari sering berantem sama saya maklum lah anak cowo. Tapi besoknya saya nggak pernah ketemu lagi sama dia.”

“ooh gitu, kalau gitu beruntung banget kamu bisa dapat kamera gratis.”

“Beruntung dari mana, malah ini jadi beban buat saya raka. Gimana kalau misalnya saya nggak bakal ketemu lagi sama dia, terus kameranya nggak bisa saya kembaliin lagi dong. Malah jadi beban hutang kan.”

“Beban hutang dari mana? Aneh banget pikiran kamu itu, kalau orangnya udah nggak ada dimana berarti itu kan jadi hak milik kamu kan?”

“Yah terserah lo deh, lo emang nggak akan bisa ngerti.” Ucap gue dalam hati.

Akhirnya kamipun sampai ke toko kamera, dengan cepat gue memesan roll film yang sesuai dan yang membayar tentu saja adelia.

“Mbak minta 20 buah ya.” ucap adelia kepada salah seorang pelayan di toko itu.

“Nggak kebanyakan apa raka?” tanya gue kaget.

“Nggak kok, sekalian untuk cadangan daripada bolak-balikkan. Uangnya juga cukup kok.”

Yah, gue sih nurut aja toh bukan uang gue yang dipakai. Setelah barang sudah didapat, kami pun langsung bergegas menuju sekolah.

Bersambung.. And masih ada lanjutannya boss....

Cerita Sma (Mr Mars . Miss Venus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang