• Thirteen: Another Jeon •

6K 1K 134
                                    

"Hyung, kau benar-benar bisa membantuku kan?"

Dua laki-laki dengan wajah yang sama tampannya ini sibuk sekali berdiskusi. Yang lebih muda satu tahun memasang senyum kelincinya untuk memelas.

"Kau yakin?"

"Yakin Jaewon hyung." Jungkook, idola yang sedang naik daun karena talenta bernyanyi, menari, dan wajah rupawannya terlibat sedikit masalah.

Jaewon menganggukkan kepalanya, mengambil jaket hitamnya karena udara Seoul yang dingin, lalu berjalan keluar dari sebuah kafe dekat Seoul Broadcasting High School.

Jungkook terus menatapi ponselnya dengan senyuman, gadis yang lebih muda satu tahun darinya, bermarga Jung itu benar-benar membuat penatnya hilang. Seberapa gadis itu menggilai dirinya, membuatnya bersemangat. Sampai ia melewati batasnya sendiri, sangat ingin bertemu gadis itu, tapi ia juga tidak percaya Jaena akan tetap diam. Karirnya adalah segalanya saat ini.

Dan Jungkook memulai permainannya, membuat another Jeon, yang selalu ada untuk Jaena, yang bisa menyampaikan pesannya secara langsung. Jaewon -salah satu kenalannya, mau bermain dalam permainannya, menjadi pemeran utama, tanpa tahu bahwa ia akan benar-benar jatuh dalam kepolosan gadis itu.

Ia bahkan sempat berpikir menemui Jaena secara langsung sebelumnya, tetapi ia tidak bisa. Kakinya berat melangkah keluar dari rumahnya, dan akhirnya ia membatalkan janjinya dengan Jaena secara sepihak.

Aku di luar.

Lelaki yang masih memantau dari dalam kafe ini mengangguk, segera memberitahu pemerannya apa yang harus ia lakukan.

Di seberangnya, Jaewon mendekati gadis yang lebih pendek beberapa senti darinya.

"Cantik sekali,"

Dan dengan begitu, Jungkook pergi. Membiarkan Jaewon bermain sendiri tanpa script.


**

Sambil sibuk mengelap keringatnya, ia menatap Jaewon yang duduk di seberangnya dengan senyum.

"Terima kasih,"

Ia baru saja melewatkan satu sesi bertemu langsung dengan Jaena, melihat gadis itu memerah, melihat bagaimana gadis itu mengatakan bahwa ia adalah favoritnya. Dua puluh menit yang lalu, saat berhadapan langsung dengan Jaena, jantung Jungkook seperti berloncatan dalam tubuhnya sendiri.

"Besok lusa kau akan pergi ke Inkigayo bersamanya kan, hyung?"

Jaewon kembali mengangguk. Setelah Jungkook menghilang dari pandangannya, ia menghela napasnya berat. Satu foto polaroid yang menunjukkannya dan Jaena yang begitu bahagia menyakitkan hatinya. Kepolosan gadis itu dan senyum manisnya yang selalu menyambut Jaewon setiap kali ia menjemputnya pulang sekolah, membuatnya sedikit demi sedikit luluh dan jatuh.

"Maafkan aku, Jungkook."

Keesokan harinya, saat ia akan pergi bertemu dengan Jaena. Sebagaimana mau Jungkook, mengantarkan gadis itu pergi melihatnya di Inkigayo, ia menahan napasnya.

Ponsel Jungkook tergeletak begitu saja di sampingnya, membuatnya menahan rasa antagonisnya menghantui. Tetapi nafsu Jaewon sudah menyelimutinya. Dengan perlahan ia membuka isi percakapan Jungkook dengan Jaena, mengajak gadis itu pergi.

Tidak ke Inkigayo sebagaimana mau Jungkook, tapi pergi berdua menikmati dirinya sebagai Jaewon dan Jaena. Mengkhianati adik kecilnya. Setelah memastikan Jaena tidak membalas pesannya melalui ponsel Jungkook, dengan cepat ia menghapus seluruh isi percakapannya tadi.

Membiarkan Jungkook tahu ia dan Jaena datang menonton Bangtan, dan harus pergi duluan tanpa Jungkook sempat melihat mereka. Biarlah ia sekali ini berbohong pada Jungkook.


**

Di hadapan Jaena sudah ada dua laki-laki berdiri di hadapannya. Dua laki-laki penting yang menghantui hidupnya beberapa minggu terakhir. Mendengarkan dengan seksama bagaimana mereka bercerita, bagaimana dengan gampangnya mereka berdua membuat sebuah drama, dimana Jaena adalah pemeran utamanya, dan gadis itu sama sekali tidak tahu menahu.

"Aku tidak mau bertemu denganmu lagi," gadis itu menatap laki-laki di depannya dengan nanar. Tidak tahu harus berbuat apa. Matanya sudah sepenuhnya merah karena terlalu lama menangis.

Laki-laki bertubuh sempurna di depannya ikut berjongkok di depan gadis ini. Tangannya mengelus rambut gadis di depannya, yang masih terus menangis. Ini sepenuhnya salahnya.

"Aku..."

"Diamlah! Dan jangan temui aku lagi."

"Tapi," Jungkook menyela, benar-benar tidak mau Jaena meninggalkannya.

"Pergi." Gadis itu terus saja berjongkok dan menangis. Selama ini, hal yang paling ia puja, hal yang paling membuatnya bahagia. Sudah pergi.

Laki-laki itu tidak menoleh ke belakang, bukan karena ia tidak peduli. Bukan karena ia memang ingin pergi. Tapi karena air matanya yang tidak mau diam dan terus berproduksi, keluar begitu saja. Turun terus menerus. Jungkook benar-benar menyesal, ia seharusnya tahu Jaena bisa ia percaya.

"Aku harus bagaimana sekarang?" Laki-laki di sebelahnya mengangkat bahu dan menatap gadis itu juga dengan tajamnya. Seandainya. Seandainya ia menolak peran yang diberikan oleh Jungkook.

Tetapi semuanya sudah terlambat.

--
sudah jelas? :")

I FREAKIN KNEW IT BANGTAN I KNEWWWWW

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I FREAKIN KNEW IT BANGTAN I KNEWWWWW

ANOTHER JEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang