6th : Cycling

76 0 0
                                    

Happy Reading!
.
.
.

[Waktu yang berharga]

●●●

Pancaran sinar matahari mulai menerobos ke dalam kamar seorang gadis. Membangunkan pemilik kamar itu yang terus saja betah tertidur di atas kasur miliknya. Gadis itu mulai bangkit sambil mengucek matanya perlahan.

Ia mengambil ponselnya dan melirik jam beserta hari yang tertera di lockscreen ponselnya.

" Minggu? Sepeda'an ah!"

Ia segera meletakkan ponselnya di nakas dan berlari ke arah kamar mandi.

Tak sampai 1 jam ia telah siap dengan pakaian yang terkesan santai. Tapi tak mengurangi aura kecantikan pada dirinya. Rambutnya sengaja ia kuncir karna akan gerah jika digerai.

Ia keluar dari kamar nya dan menuruni tangga satu persatu. Pandangan nya tertuju ke arah ruang makan. Langkahnya terhenti di dua anak tangga terakhir. Mama dan papa sedang sarapan meskipun keduanya saling diam. Asya tersenyum ia berharap habis ini tidak ada lagi yang namanya perkelahian di antara keduanya.

"Pagi ma,pa." sapaan Asya membuat kedua orang tuanya menoleh. Mereka tersenyum dan membalas sapaan Asya. "Asya makan dulu ya. Mama ke belakang buatin kamu susu dulu." Mama nya melangkah ke arah dapur rumah. Asya mengangguk lalu mengambil selembar roti dan mengolesi nya dengan selai cokelat kesukaannya.

"Pa? Asya pergi sepeda'an ya." Rio menghentikan makannya sejenak lalu mengangguk. "Sama siapa emang nya?" Asya diam sejenak. Ia berpikir apa Shalsa telah bangun jam segini?

"Mau ngajak Salsha si pa."

"Yaudah kalo gitu, mama titip ini ke om Dion ya." sekotak makanan disodorkan ke sisi Asya. Asya menautkan alisnya. "Ini apaan ma?"

"Kue. Tante Reina Minta mama buatin kemaren." Asya hanya ber-oh ria.

"Yaudah ma, pa aku pergi dulu. Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam."

•••

"Halo Shal, gue di depan rumah lo ni bukain kek."

"Yaelah, ganggu gue tidur lo."

"Cepetan Shal."

Tut..tut..

Sambungan putus membuat Asya menatap ponselnya jengkel. Dia kembali mengetuk pintu rumah Shalsa yang sedari tadi pemiliknya juga tak keluar.

"Om Dion sama tante Reina mana ya? Kok gak buka ni pintu. Biasa aja ntu om cepet bukanya." Asya menggerutu kesal karena pintu sedari tadi tidak di buka.

Saat ia hendak ingin mengetuk lagi.

Cklek!

Pintu dibuka, menampilkan seorang gadis dengan rambut yang dikuncir dan juga baju kaos putih bertuliskan 'Mine' celana yang mirip dengannya. Hanya saja miliknya warna hitam bergaris putih sedangkan Shalsa berwarna putih bergaris hitam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang