First!

368 39 7
                                    

Happy reading!

●●●

"Sya, kek nya lo demen banget dapetin nih surat. Bingung gue kenapa pengagum lo itu makin banyak. Mana alay lagi." Asya menatap Shalsa malas.

"Ribet lo. Yang dapetin gue kenapa lo yang sewot," Shalsa mendengus, membuat Asya terkekeh. "Lagipula, Hargain orang lain juga. Siapa tau gue bisa copas dikit buat ngasi ke Reyhan." Asya tersenyum lebar saat ia mengingat nama itu. Tetapi, kemudian luntur saat satu lemparan kertas mengenai hidung mancungnya.

" Reyhan lagi Reyhan lagi. Lo gak. bosen apa ngikutin pangeran es lo itu? Kemana-mana ngikutin terus," Shalsa mendumel. Ia hanya merasa kasihan akan sahabat dan sepupu nya ini. Bagaimana pun juga ia juga cewek yang tau rasanya seperti apa.

"Ralat kecuali toilet."

"Yaiyalah geblek." Asya dan Shalsa tertawa bersama. Lalu terhenti ketika Asya melihat seseorang sedang berjalan ke arah kursi taman. Ia tersenyum sumringah lalu pamit kepada Shalsa.

Tanpa mendengar panggilan Shalsa. Asya telah berlari ke arah kursi taman lalu duduk di sebelah cowok yang amat dikenalinya,Reyhan.

Tanpa merasa malu, ia menyapa Reyhan. Meskipun cowok itu malah fokus ke ponselnya.

" Haiii Reyhan!! " ia tertawa senang saat Reyhan meliriknya, lalu mendecih dan kembali mengalihkan pandangannya ke ponsel.

" Lo lagi main apaan sih? Fokus bener," Reyhan diam saja. Tapi, tidak bagi seorang Asya.

" Rey, lo gak tuli kan?" Respon Reyhan tetap sama, Diam.

"Rey, nanti kita pulang sama-sama ya," Asya terus mengoceh sampai Reyhan amat merasa risih.

Reyhan bangkit lalu pergi dari hadapan Asya yang mematung. Beberapa detik kemudian senyum lemah Asya terbentuk. Ia menatap punggung Reyhan yang semakin menjauh darinya.

"Lo kan udah gue bilang berhenti ngarepin dia. Lo tuh ya keras kepala banget, nyari penyakit mulu. Kasian gue liat hati lo." Asya menutup telinganya. Ia malas mendengar omelan Shalsa. Setelah dipastikan Shalsa berhenti ia menurunkan tangannya lalu tersenyum.

" Gak ada kata berhenti sebelum gue bisa buktiin," Shalsa memutar matanya sebal.

" Awas aja kalo lo nanti nangis. Jangan harap gue bakal bantu lo." Asya mengangguk. Lalu mereka berdua kembali ke kelas. Terasa sangat cepat untuk waktu istirahat saat ini.

●●●

"Cup, balikin buku gue,"

"GIAANN, KURANG AJAR YA LO AIR GUE DI ABISIN!"

"PINJEMM MTKK!"

"Ini apaan lagi?"

" Ted , besok jadi kan?"

" PENGHAPUS MANA PENGHAPUS?"

"Penghapus mana penghapus mana di manaaa di manaa di jonggol,"

"Anjrott, Suara lo kek kecoa di makan tikus,"

" MAMA AKU DIHINA,"

Beginilah suasana kelas XII - IPA 2. Selalu ribut sampai - sampai 1 kelasnya pernah dihukum bareng karena kompak gak ngerjain PR biologi. Hft.

Lain halnya dengan teman-temannya,Asya hanya fokus membaca novel di depannya. Ia menunggu Shalsa yang lupa menyalin Pr Mtk miliknya semalam. Pemales, Itu Shalsa.

Ia bingung. Kemana guru- guru yang akan mengajarnya? Apa semua guru sudah cukup capek ngehadapin kelas Asya? Semoga pemikiran terakhir itu tidak benar.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang