Surat Merah

245 21 2
                                    


Sejak kejadian itu, aku sudah tak lagi bertemu dengan dia. Iya, kamu pasti tahu siapa orang yang ku maksud. Akhir-akhir ini pun aku sengaja berdiam diri di kelas saat istirahat, ya itu juga termasuk cara agar tidak bertemu dengannya.

Sebenarnya sering sih aku lihat dia berjalan melewati kelasku, tapi aku biarkan saja tanpa berniat memanggilnya seperti dulu. Toh dia juga tidak peduli denganku, bahkan dia akan merasa senang tanpa kehadiranku yang dulu sering mengusik kehidupannya.

Ah, sudah lupakan.

Kali ini aku mencari kesibukkanku dengan membaca novel karya Tere Liye, semua orang pasti tahu penulis terkenal yang telah melahirkan karyanya dalam bentuk novel itu. Meskipun belum semua novelnya ku baca, tapi aku bisa jamin semua novelnya itu bagus, tidak ada yang tidak bagus. Yeah, aku sering membaca sinopsisnya dari cover bagian belakang ataupun dari internet.

"Shelina, ada yang cariin lo tuh!" teriak temanku yang bernama Rio, belum sempat aku bertanya ia sudah menghilang entah ke mana. huf, siapa sih yang cari gue? lagi serius baca novel, ada aja yang ganggu. 

Aku pun berjalan menuju pintu kelas dan aku bertemu dengan...

"Nih, ada titipan buat lo." Katanya, "Titipan apa, To?" Yap, dia itu Dito, orang yang mencariku. Aku pun segera mengambil titipan yang berbentuk surat itu dari tangannya, saat ingin membukanya tiba-tiba Dito menahan tanganku.

Aku mengernyit. "Jangan dibuka sekarang, nanti aja di rumah. Oke?" Ucapnya sambil menyengir lebar. ah, kenapa jadi penasaran gini setelah Dito berkata jangan membukanya sekarang?

Aku mengangguk mengerti, " Oke, btw ini dari siapa, sih? Kok misterius gini sampe gak boleh buka sekarang?" Tanyaku, lagi.

"Nah, semua pertanyaan lo bakal kejawab di surat ini. Gue balik ke kelas ya, bye Shelina!" Pamitnya dan langsung pergi menuju kelasnya.

Aku mendengus pelan. Sialan, aku dibuat mati penasaran hanya karena surat berwarna merah ini. Batinku.

Sesampainya di rumah, masih dengan memakai seragam putih abu-abu. Aku langsung berbaring di kasurku dengan membawa surat berwarna merah itu. 5 jam aku tidak fokus pada pelajaran hanya karena surat itu, dan sekarang waktunya aku membuka suratnya.

Argh, gugup.

Dengan perlahan aku membukanya dan terlihatlah isi dari surat itu.

DEG. 

Dari : Aku yang sangat membencimu.
Untuk : Kamu yang aku benci.

Ruangan ber-AC yang luas, dengan rak yang berjejer rapi berisikan berbagai jenis buku yang sangat banyak. Tampak Shelina sedang membaca salah satu buku Tere Liye, lagi. Seorang diri di perpustakaan tak membuat perempuan itu takut atau merasa kesepian sekalipun.

Rania teman sebangkunya tidak mengetahui keberadaan Shelina. Karena, setelah bel istirahat berbunyi Shelina langsung pergi keluar kelas dengan alasan izin ke toilet. Yeah, entah kenapa ia tidak ingin ada yang tahu keberadaannya.

 Selang beberapa menit, ponselnya bergetar dari sakunya, menandakan ada sebuah pesan masuk dari seseorang. Ia pun segera membukanya, dan membaca pesan tersebut.

from : 0813xxxxxxxx
Lo udah baca suratnya? -Dito.

Itu Dito, lagi-lagi dia mengingatkan Shelina pada surat berwarna merah itu.

To : 0813xxxxxxxx
Udah. Dari siapa, sih?

Tak lama kemudian Dito kembali mengirim pesan.

SELENOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang