My Bestfriend like My Boyfriend(?)

207 6 2
                                    

Aku sedang menghadiri acara tahunan Panti Asuhan bersama seorang teman lamaku yang bernama Ray Alairkh Guardies. Dia adalah anak tunggal pengusaha sukses di Singapura dan Australia, namun dia sangat suka Indonesia. Dia adalah teman sekomplekku saat masih di Jakarta dulu, kita sangat dekat bahkan dia sempat pergi ke Swiss dan masuk SMA yang sama hanya untuk tetap bersamaku tapi baru 1 bulan bersekolah dia pindah ke Jakarta karna ibunya meninggal diperistiwa kecelakaan pesawat.

#FlashbackModeOn
Aku tau dia sangat membutuhkanku disisinya, makanya aku ijin 1 minggu dan pulang ke Jakarta bersamanya, saat itu aku selalu berada disisinya. Tak lama setelah melihat jenazah ibunya dimakamkan, ia pergi kerumahnya bersamaku. Sepanjang perjalanan dia menangis dan aku berusaha menenangkannya karna aku tak bisa melihatnya begini. Ray adalah anak yang tampan, lucu, dan sangat ceria. Ini peetama kalinya bagiku melihat dia menangis tersedu-sedu, hati ini sakit, akhirnya tanpa kusadari wajah kami berdekatan, lalu aku menciumnya untuk menenangkannya. Dia membalas ciumanku, aku merasakan ada perasaan sedih, marah, menyesal, kesepian, bercampur. Aku tak ingin menghentikan ini, aku ingin membuatnya melupakan masalahnya sejenak. Namun, ciuman kami terhenti saat dia mengatakan hal yang bodoh,
"Sebentar lagi sampai, mau sampai kapan kau menciumku?" Tanya Ray

"Sampai kau tak menangis lagi.." Jawabku

"Kalau aku tak berhenti menangis kau mau apa?" Sinis nya.

"Melakukan apapun agar kau tak menangis lagi. Aku tak suka melihatmu menangis." Jawabku tanpa pikir panjang

"Apapun? Bahkan jika aku memintamu untuk menciumiku semalaman dan tidur bersamaku? Haha" Godanya dengan tampang bodoh dan menjijikan.

"Jangan harap aku akan melakukan itu, bodoh!" Ucapku.

Dan kami pun sampai disebuah rumah megah. Ray menggenggam tanganku dan mengajakku turun dari mobil. Ketika turun dari mobil, ia langsung menuntunku ke sebuah kamar.

"Mau apa kita pergi ke kamar?" Tanyaku polos.

"Bukankah tadi kau bilang akan melakukan apapun agar aku tak menangis lagi?" Ucapnya setengah serius

"Jangan kau pikir aku akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak untukmu ya, bodoh! Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!" Omelku

"Dasar bawel, ikuti saja permainannya. Jangan banyak omong, oke." Jawabnya kesal

Dia pun mengajakku masuk ke sebuah kamar yang ternyata kamarnya. Dia langsung membuka blzer yang ia gunakan, lalu menuju kamar mandi tanpa mempersilahkanku duduk. Namun, itu hal biasa bahkan aku sering masuk ke kamarnya tanpa ijin atau meminta dia menungguku mandi didepan pintu, karna aku tidak berani mandi sendirian. Tak lama, Ray keluar hanya menggunakan handuk, itu pemandangan yang sudah biasa kulihat. Tubuhnya yang kotak-kotak dan dadanya yang membidang, terlihat seperti remaja yang sudah puber. Aku langsung menuju kamar mandi bergantian mandi dengannya.

"Ray, tunggulah aku didepan pintu, jangan kemana-mana! Kalo berani kemana-mana ku-" dia memotong ucapanku

"Ku ciumi kau semalaman. Kau ingin mengatakan itu kan? Haha. Kemarilah Celiaku yang tak ingin aku sedih. Haha." Ejeknya

"Apa kau mau kukebiri tuan Guerdies? Jangan kemana-mana!" Protesku

Dia tak mengatakan apa-apa dan yang terdengar hanyalah suaranya yang sedang tertawa. Aku senang karna ia bisa tertawa ceria seperti biasanya. Setelah sekitar 20 menit, aku keluar dari kamar mandi dan mendapati Ray tertidur karna kecapean. Aku mencari selimut dan menyelimutinya karna kebetulan ACnya cukup dingin dan diluar hujan. Aku memperhatikannya tidur, sangat tampan dan membuatku ingin selalu berada disisinya tanpa menghilangkan satu detikpun. Tanpa kusadari, aku sudah mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Ada apa denganku? Kenapa wajahku tiba-tiba mendekatinya? Seperti ada magnet diantara kami. Ray pun bangun dari tidurnya.

I'm Stuck In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang