The Other Side Of Celia

86 1 0
                                    

#RayPOVModeOn
Kulihat Celia sangat bahagia bermain dengan kelinci dan kucing yang sangat lucu dengan rumput hijau menghiasi lantainya. Rasa damai, tenang, dan bahagia dalam hati ini. Jujur saja, dia terlihat sangat menawan kapanpun itu, tapi kurasa sekarang dia seperti menunjukkan sisi lain dari dirinya yang biasanya ketus, jaim, dan anggun layaknya Kate Midelton. Sikap dirinya yang tak banyak orang sadar, dirinya yang manja, ceria, dan keibuan. Tanpa sadar aku membayangkan bagaimana jika Celia bermain dengan anak-anakku seperti saat ini pasti akan terasa sangat bahagia. Argh! Apa yang sedang kulakukan sekarang! Aku memang mencintainya tapi-

"Ray.." ucapnya membuat lamunanku buyar

"Ada apa, Celia?" Jawabku lembut

"Sampai kapan kamu akan duduk dan memperhatikanku seakan ingin memakanku?" Ucapnya membuatku kaget bahwa dia sadar aku sedang memperhatikannya

"Sepertinya moodmu udah bagus." Tanyaku

"Ya gitu deh, semua ini berkat kelinci dan kucing yang lucu dan imut ini." Balasnya sambil menggendong dan sesekali menciumi kucing dan kelinci itu

"Cuma mereka doang yang disebut? Hmm?" Tanyaku memastikan ia tak melupakan siapa yang mengajaknya kesini, sambil berjalan menujunya

"Em.. Kayanya sih gitu.." jawabnya memasang muka mikir gitu

"Jadi, kamu pikir siapa yang ngajak kamu kesini? Ha? Apa kamu terbang kesini, Celia?" Tanyaku yang geram dengan jawabannya tadi. Padahalkan aku yang ngajak dia kesini tapi malah aku dilupakan. Ih, gapeka banget cewe satu ini.

"Eeh, iya deh.. Berkat kamu juga.." ucapnya sambil senyum-senyum

"Terserah." Jawabku dengan nada datar lalu duduk disebelahnya

"Ngambek? Liat deh kucingnya lucu dan ganteng banget." Balasnya sambil mengangkat kucing itu kearahku

"Biasa aja deh, masih kalah ganteng sama aku pastinya." Ucapku dengan rasa percaya diri dan membuatnya tertawa serta mencubit pinggangku sedikit keras

"Yee, lucuan kucingnya lah. Kamu mah kan kayak pantat onta." Ejeknya sambil ketawa. Aku sebenarnya agak risih dia ngatain aku pantat onta emang pantat onta kayak gimana sih sampai Celia selalu ngatain aku kayak gitu? Dan aneh aja kalo omongan itu keluar dari bibir manisnya.

Aku terdiam berpikir seperti apa itu pantat onta. Namun, setelah menyadari ada malaikatku yang sedang bermain dihadapanku aku mengesampingkan pikiranku dan memperhatikan malaikat didepanku. Aku tak percaya dia bisa selembut dan secantik ini, memang tak seperti porselen atau kulit orang korea. Namun, mata sipitnya, killer smile serta pipi gembulnya membuatnya terlihat bersinar seperti ada cahaya ilahi diwajahnya. Matanya sangat indah dengan warna coklat hazel, walaupun dia ada keturunan arab, tapi kurasa dia lebih mengikuti ibunya yang keturunan chinesse daripada ayahnya yang arab.

Terdengar suara petir yang menggelegar menandakan kedatangan hujan yang tak diundang, ya wajar saja kalo hujan karena kita berada dikota penghujan. Namun, tanpa aba-aba lagi hujan langsung mengguyur kami yang belum siap dengan kehadirannya. Dengan sigap kulepaskan jaket yang kukenakan, langsung menutupi kepala malaikatku tak menginginkannya terkena tetesan air. Tapi, apa dayaku karna taman ini sedikit jauh dari villa, kami berteduh disalah satu saung didekat taman. Kurasakan bahwa Celia menggigil dan takut karna dingin serta kerasnya suara petir, karna udaranya sangat dingin, ditambah hujan yang besar, dan sambaran petirnya yang kuat. Tak ingin berlama-lama disini, kuraih hpku mencari nama seseorang yang menjadi kepercayaanku divilla ini, setelah ketemu langsung kusuruhnya menjemput kami.

Kamipun sampai divilla dengan keadaan basah kuyup, malaikatku yang masih menggigil langsung dibawa oleh para pembantu ke kamar mandi yang telah disiapkan. 30 menit kemudian Celia keluar dengan wajah pucat, segera aku menghampirinya dan menuntunnya menuju api unggun yang berada ditengah-tengah ruang keluarga divilla ini. Tak ada penolakan apapun darinya, bahkan tak ada satu katapun keluar dari bibirnya. Aku memeluknya tanpa ijinnya, dan kurasa dia tak menolak pelukkanku. Mungkin dengan begini membuatnya hangat dan nyaman, batinku. Namun, setelah kulihat wajahnya sangat pucat, langsung kuulurkan tanganku memegang keningnya. Ternyata keningnya sangat panas, tanpa basa-basi aku menggendongnya kekamar, lalu kusuruh salah satu pembantu mengambil baskom berisi air hangat serta kain untuk mengompres.

I'm Stuck In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang