Chapter 5: Apologizing (Zayn)

1.1K 84 0
                                    

First, I want to apologize for the late update. Huh, school stuff really drives me crazy -_-

Well, enjoy! xx

 “Iya tidak apa-apa, Zayn. Aku bisa memahamimu kalau kau lelah dan butuh istirahat. Kau tidak perlu meminta maaf.” Balas Perrie. Sayangnya ia hanya bisa mendengarkan suara gadis itu saat ini karena Perrie dan Little Mix sudah kembali berangkat menuju negara lain untuk mengisi sebuah acara.

Zayn pergi ke apartemen milik Perrie seorang diri tanpa membawa mobilnya. Entah kenapa rasanya he had nowhere to go.

“Kapan kau kembali?” Tanya Zayn yang sedang duduk di depan pintu apartemen kekasihnya. “I don’t know when. But I’ll be there soon.” Balas kekasihnya. Ia sedang tersenyum di seberang sana—merasakan hal yang sama dengan Zayn. She missed him. “Kau tidak lupa kan dengan Premiere-ku?” Tanya Zayn. “Of course not, Zayn. Aku dan LM girls pasti datang.”Jawabnya.

“Baiklah.. Have fun. Take care of yourself. I miss you already.” Balas Zayn sambil tersenyum. “I miss you more, Zayn.”Perrie sedang membayangkan dirinya berada di pelukan Zayn. Posisi paling nyaman yang pernah ia rasakan. “I love you.” Tidak terasa—dan entah mengapa Zayn menitikan air matanya disana. “I love you too.” Perrie mengakhiri sambungan telponnya. Membuat Zayn melamunkan segalanya. Bagaimana kalau Perrie tahu tentang apa yang ia pikirkan selama beberapa hari ini? Bagaimana kalau Perrie dan aku putus? Sebenarnya apa yang membuatku sebegitu memikirkannya? Batin Zayn berkutat dan bergelut dengan pikirannya.

•••

“Hey, are you okay?” Tanya Zayn.

Pagi ini mereka berada di Britten Theatre lagi. Rehearsal, tentu saja. Apa lagi? Dan tebak saja, Anna masih sedikit shock dengan kejadian semalam. Tetapi acara dan mata kuliah hari ini yang membuatnya harus masuk untuk mengganti beberapa mata kuliah yang tertinggal.

“What do you mean? I’m doing fine.” Balas Anna ketus setelah ia mengetahui pasti dari suara berat dan aksen lelaki yang mengajaknya berbicara. Tanpa menoleh dan melihat siapa yang mengajaknya berbicara pun ia dapat menerka-nerka siapa yang mengajaknya berbicara. “Oh come on, sassy girl. Aku tau apa yang terjadi padamu.” Balas Zayn. Panggilan itu lagi. Batin Anna tersentak ketika mendengar Zayn memanggilnya dengan sebutan sassy girl. “So you didn’t have to pretend that you care, then.” Ucap Anna.

“Anna!” Sebuah suara membuat Anna mengharuskan mengalihkan pandangannya dari pria blasteran Pakistan-Inggris itu.  “Hey.” Anna membalas pelukan Harry—yang terlihat dibuat-buat. Entah kenapa ia seperti memaksakan diri untuk tersenyum di depan Zayn. “How’s your condition? I’m worried about you. Kenapa kau masuk?” Tanya Harry. “I have a lot of things to do here. And.. I’m fine. Thanks for worried about me.” Balas Anna sembari tersenyum. Senyuman itu pernah menjadi milikku.  Batin Zayn.

“Oh hi, Zayn. I didn’t see you there.” Ujar Harry. Zayn hanya tersenyum singkat menanggapinya

“Kau mau menemaniku makan siang nanti?” Tawar Anna—yang lagi-lagi ia buat-buat. “Of course.” Balas Harry dengan senyuman manisnya—yang nyaris membunuh syaraf pernafasan Anna. “Okay then. I’ll see you later.” Balas Anna sembari tersenyum. “See you later.” Kata Harry.

“You’re in love with her?” Tanya Zayn tanpa menatap Harry sedikitpun. Ia hanya menatap Anna yang sedang sibuk mengurusi ini itu tentang acara yang ia buat. “I have to learn about loving her.” Balas Harry sambil tersenyum. “Why?” Tanya Harry bingung sementara Zayn hanya mengedikkan bahunya. Tetap tanpa menatap Harry. “I’m just saying.” Jawab Zayn.

Behind the EyesWhere stories live. Discover now