Ketenangan dan kesunyian adalah hal yang paling disukai oleh Dinda, seorang gadis yang tidak terlalu menyukai keramaian. Baginya memiliki Quality Time untuk diri sendiri itu sangat diperlukan. Dimana kita bisa melakukan sesuatu yang membuat kita senang dengan apa yang kita lakukan.
Kini ia sedang membaca novel dengan tenang di rumah pohon tepi danau, memang ini tempat favorit yang setiap hari ia kunjungi. Karena di tempat ini jarang sekali terdapat orang yang hanya sekedar duduk-duduk di rumah pohon ini, mungkin karena posisinya diatas pohon membuat orang-orang menjadi malas untuk menaiki nya.
Dinda telah memasangkan earphone ke telinganya dan membaca novel yang baru saja dia beli sambil menikmati semilir angin yang menyejukkan. Tiba-tiba saja saat ia sedang asyik membaca novelnya terdengar suara seseorang yang sedang menaiki tangga. Awalnya dinda tidak menghiraukan suara tersebut, tetapi dia akhirnya terlonjak kaget saat tangan kekar lelaki membekap mulutnya. Saat dinda akan berteriak lelaki itu membisikkan sesuatu kepadanya.
"Lo jangan teriak, kalo lo teriak kita berdua bisa habis sama mereka," bisik lelaki itu seraya menunjuk kebawah pohon.
Dinda pun melihat ke bawah pohon, disana ia mendapati segerombolan anak berandalan yang membawa kayu dan batu. Akhirnya ia mengangguk lemah dan menuruti perintah lelaki yang tak dikenalnya itu.
Setelah kondisi telah aman, lelaki itu melepaskan tangan kekarnya dari mulut Dinda. Dinda yang telah menahan emosinya pun tak tahan untuk memaki-maki lelaki yang ada di hadapannya.
"Ngapain lo disini? Tiba-tiba dateng terus bekap mulut gue."
"Albi," ujar lelaki itu singkat, dan merapihkan baju seragamnya yang sudah acak-acakan.
"Gue ga nanya nama lo, gue tanya ngapain lo disini? Pendengaran lo kurang ya?" tanya Dinda sarkatis.
"Gue nyaris babak belur di serang mereka, karena gue bingung harus sembunyi dimana jadi gue naik ke atas rumah pohon ini. Takutnya lo teriak jadi gue bekap mulut lo." Lelaki itu pun berlalu meninggalkan Dinda menuruni tangga rumah pohon.
Dinda pun tidak memperdulikannya dan melanjutkan aktivitasnya kembali.
"Dasar engga jelas,"Batin Dinda.
* * *
Langit pun sudah berganti warna menjadi kekuningan, tanda hari sudah petang. Dinda segera memasukkan novelnya kedalam tas dan turun dari rumah pohon itu. Lalu ia pun berjalan menuju rumahnya sambil bersenandung kecil.
Tak butuh waktu yang lama dari danau menuju rumahnya. Saat Dinda membuka gagang pintu rumahnya, ia mendapati kakaknya sedang menunggu di ruang tamu berkutat pada laptop sambil mengerjakan skripsi.
"Kamu dari danau lagi?" tanya Drian yang hanya dibalas gumaman oleh Dinda.
"Besok ga boleh lebih dari jam 3, kalo lebih uang jajan dari ayah gue potong," tatap Drian setajam mata elang kepada Dinda.
"Iya abangku sayang," Dinda pun berlalu meninggalkan kakaknya yang sedang asyik mengerjakan tugasnya.
Ia pun berjalan menuju kamarnya yang berada dilantai 2. Segeralah ia membersihkan tubuhnya dan memakai kaos oblong dengan celana hawai miliknya.
Setelah berganti baju ia pun berkutat pada laptop miliknya dan mengerjakan pekerjaan rumah yang di berikan gurunya.
Drian datang dengan membawa nampan yang berisi makanan. "Nih Din makan dulu nanti lo sakit, kebiasaan lo mah suka lupa makan sampe badan lo kaya lidi gini." Drian menadahkan makanan untuk Dinda.
"Suapin dong bang tanggung nih," rengek Dinda sambil menunjukan puppy eyesnya. Drian memutar bola matanya dan memberikan suapan demi suapan kepada Dinda.
Tak terasa nasi di piring Dinda sudah habis, Drian pun segera membersihkannya dan pergi menuju dapur. Tak lama ia kembali menuju kamar Dinda dan menemani adiknya mengerjakan tugas. Setelah cukup lama mereka dalam kesunyian, Dinda pun membuka pembicaraan.
"Bang ga tidur? Udah malem nih." tanya Dinda tanpa melirik Drian.
"Gue nungguin sampe tugas lo kelar, Lo emangnya berani nugas sendirian? Lo ga takut?" goda Drian sembari memainkan handphone milik Dinda.
Dinda memutar bola matanya "Gue udah ga takut wey, sana ah bang nanti lo ketiduran lagi dikamar gue." Dinda memukul bahu abangnya pelan, tanda menyuruh keluar dari kamarnya.
Karena terakhir kali Drian tidur di kamar Dinda, tidur Dinda menjadi tidak nyenyak karena abangnya ini pernah ngelindur sampe ngedorong Dinda jatuh ke kasur, tiba-tiba nangis enggak jelas, ngorok sampe ngalahin suara ayam, dan masih banyak lagi kelakuan absurd abangnya ini.
"Iya bawel gue keluar,Good Night jelek." Drian menjulurkan lidahnya dan pergi keluar dari kamar Dinda.
.
.
Akhirnya cerita kedua beres juga,
Ditunggu vote dan commentnya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Memories
Teen FictionKarena cinta dan benci itu beda tipis, Itu yang kurasakan tiap kali menengok kebelakang. Melihat senyuman seorang laki-laki yang aku benci. Melihat mata coklat yang bersinar . Melihat tingkah konyolnya. Semua itu membuatku risih dan berusaha menjau...