Pagi ini Dinda sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju sekolahnya.
Rambut yang dikucir kuda, sedikit polesan lipstick, sweater crop tee, dan jam tangan juga aksesorisnya. Sudah melengkapi semuanya.
"Perfect" Dinda memuji bayangannya dikaca. Setelah merasa penampilannya sudah sempurna, ia bergegas pergi ke ruang makan untuk sarapan.
Roti dengan selai kacang dan segelas susu, Dinda rasa cukup untuk mengganjal perutnya hingga nanti waktu istirahat disekolahnya. Ia pun bergegas menghampiri Drian, yang sudah menunggunya di mobil.
Tak butuh waktu lama bagi Dinda untuk tiba di sekolahnya karena jalanan yang di laluinya bersama Drian memanglah sepi di pagi hari.
Sampailah Dinda di sekolahnya ia berpamitan kepada Drian dan berjalan menuju kelasnya.
"Dinda, akhirnya lo datang sini duduk sama gue." Keyla menepuk-nepuk bangku di sebelahnya, saat Dinda baru saja tiba di kelasnya.
Keyla adalah sahabat Dinda, mereka memang sudah hampir 2 tahun bersahabat jadi memang dimana pun mereka selalu bersama.
Dinda pun berjalan menuju Keyla dan duduk di sampingnya. "Key gue mau cerita, kemarin ketemu orang aneh di rumah pohon. Masa tiba-tiba mulut gue di bekap sama tangannya dan nyuruh gue buat diem, padahal kenal aja kaga," Dinda pun menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Lo diapain? Lo gapapa kan?" Keyla mengguncang-guncangkan bahu Dinda.
"Gue gapapa, santai aja kali." Ucap Dinda dan langsung menoyor kepala Keyla.
"By the way siapa yang ngelakuin itu ke lo? Satu sekolah sama kita? Gatau malu banget," tanya Keyla.
Dinda tampak berfikir mengingat siapa nama lelaki itu.
"Hmm siapa ya namanya, chibi, babi,bibi,ali siapa ah gue lupa pokonya ada 'bi nya di belakangnya. Pokonya berandalan gitu lah dari logo sekolahnya sih kayanya satu sekolah sama kita gitu."Keyla hanya mengangguk mengerti, tak lama kemudian Dinda membuka mulutnya lagi "Ahh gue inget sekarang, Albi namanya,"
Keyla menganga tak percaya bahwa yang telah membekap sahabatnya sendiri adalah Albi anak si pemilik yayasan tempat mereka bersekolah saat ini. Albi adalah lelaki berandalan tampan dengan sejuta pesona yang dikagumi banyak wanita.
"Lo gatau Albi?" Dinda hanya mengangkat bahunya.
" Dia itu anak pemilik yasasan ini, yang baru masuk sekolah ini semester lalu. Ya ampun dia itu cowo paling ganteng menurut gue, kalo gue jadi lo rela gue di bekap sama dia seharian." Ucap Keyla memandang keluar kelas, pasti imajinasinya lagi ngelantur kemana-mana.
"Ah peduli setan mau dia pemilik yayasan kek dia ganteng ke gue ga peduli, karena bagi gue dia tetep orang aneh yang engga tau malu," Setelah guru masuk ke dalam kelas, mereka pun memberhentikan percakapan.
Tak terasa sekarang sudah pukul 1 siang, sudah waktunya bagi siswa dan siswi untuk pulang. Dinda dan Keyla pun membereskan buku mereka dan berjalan keluar menuju gerbang sekolahnya.
"Lo mau nebeng ga Din?" tanya Keyla menawarkannya pulang bersama.
"Engga, gue mau ke danau dulu kaya biasa hehe. Gue duluan ya bye," Dinda pun melambaikan tangannya dan berjalan menuju Danau, ia lebih suka berjalan kaki dibandingkan dengan menaiki kendaraan.
Dinda memasangkan earphone di telinganya dan bersenandung kecil di perjalannya menuju danau.
Kini Dinda sudah tiba di rumah pohon yang menjadi tempat favoritnya, ia pun langsung bersemangat menaiki tangga rumah pohon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Memories
Teen FictionKarena cinta dan benci itu beda tipis, Itu yang kurasakan tiap kali menengok kebelakang. Melihat senyuman seorang laki-laki yang aku benci. Melihat mata coklat yang bersinar . Melihat tingkah konyolnya. Semua itu membuatku risih dan berusaha menjau...