Dinda memejamkan matanya,rasanya ia ingin sekali pindah sekolah sekarang juga. Sangat memalukan jika harus mengingat kejadian kemarin.
Flashback on
"Pacar/Kakak?" tanya Albi.
Dinda menganga tak percaya dan lebih memilih untuk tidak menghiraukan pertanyaan Albi, ia berlari mengejar kakaknya yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya. Tanpa melirik Albi ia langsung masuk ke dalam mobil.
"Din asal lo tau, gue dapet nomer cewek yang di taman tadi!!"
"Arrgghh," Dinda mengetuk-ngetukkan kepalanya ke jendela mobil.
"Kenapa lo? Ga seneng abangnya bahagia lo mah."
"Sejak kapan lo kenal Albi?"
"Hmmm udah lama banget, dia kan gitaris band gua. Kenapa emang?"
"Lo inget ga waktu itu gue pulang bareng siapa?"
"Mana gue tau, lo juga gamau kasih tau."
"Dia itu Albi bang, cowo yang anter gue pulang itu Albi. Dan gue bilang sama dia kalo lo pacar gue. Biar dia berhenti kejar-kejar gue."
Drian tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan adiknya. Ia sampai-sampai harus mengusap air matanya karena lelah tertawa.
"Parah lo Din,"
"Gue harus gimana?"
"Pacarin aja tuh si Albi, gue juga setuju."
"Ogah, kalo tinggal satu lelaki di dunia ini dia. Gue lebih baik jadi perawan tua,"
"Haha parah lo,"
"Menurut lo Albi bakal jauhin gue engga ya?"
"Albi tuh ga gampang nyerah buat dapetin apa yang dia mau. So, siap-siap aja lo malu ketemu dia karena ngaku gue pacar lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Memories
Teen FictionKarena cinta dan benci itu beda tipis, Itu yang kurasakan tiap kali menengok kebelakang. Melihat senyuman seorang laki-laki yang aku benci. Melihat mata coklat yang bersinar . Melihat tingkah konyolnya. Semua itu membuatku risih dan berusaha menjau...