Part 4

71 4 2
                                    


- Alfiani Fitriana -

Sepulang sekolah, aku dan saudara kembar laki-lakiku Ian, membahas tentang kemiripan teman kami Arif, dan sepupu kami Mas Humam. Saat itu, aku emang masih belum percaya karena aku percaya kalau wajah mirip belum tentu sedarah. Dan sebaliknya, Ian sangat yakin kalau Arif adalah sepupu kami yang hilang.

Sampai di rumah, kami pun masih kebingungan dengan persamaan antara Arif dan Mas Humam, karena mengenai info yang Ian dapat, tanggal lahir Arif pun sama dengan tanggal lahir Mas Humam. Sampai akhirnya saudari kembar perempuanku Yana, dan Mas Humam pun datang.

Mereka berdua heran dengan kami berdua, kali ini bukan tentang Arif, tapi kami berdua tidak pulang bersama kaka kami Mas Awan, lupakan saja ia yang sedang jatuh cinta dengan cinta pertamanya itu. Dan Ian pun menanyakan tentang tanggal lahir ke Mas Humam, "Mas, tanggal lahir mas tanggal berapa deh?, gue lupa tanggal lahirmu nih mas".

Humam pun heran, karena yang Humam tahu, Ian pun adalah anak yang tidak pernah lupa dengan hari-hari penting keluarganya, saat ada yang berulang tahun pun, yang mengucapkan selamat ulang tahun pertama kali pun juga Ian. Akhirnya Humam menjawab, "15 September yan, emang ada apasih?".

Sepertinya, aku mengetahui bahwa Mas Humam sudah mulai curiga dengan Ian, lalu aku menjawab, "Hehehe, enggak mas, kita berdua cuma mastiin tanggal lahir mas, soalnya ada teman kami yang tanggal lahirnya sama, jadi kita berdua lebih ekstra menabung lagi buat kado Mas Humam dan teman kita".

Ian menghela nafas tanda lega, karena Mas Humam percaya dengan omonganku, dan Mas Humam meminta kita bertiga untuk tepati janji dengan membelikannya kado yang bagus. Lalu Yana sedikit cemburu karena hanya ia saja yang menabung sedikit, lalu aku mengajak ia ke kamar sementara kami berdua.

Dimulai dengan Yana yang bertanya apa yang sebenarnya terjadi? Karena dalam telepatinya, kami berdua berbohong. Lalu aku hanya menjawab karena memang ada temanku yang memiliki tanggal lahir yang sama dengan Mas Humam, tapi ku tambahkan lagi, selain memiliki tanggal lahir dan tahun yang sama, mereka pun memiliki wajah yang sama. Yana pun juga kaget, dan ia berkata kalau ia punya kesempatan untuk bertukar posisi denganku, ia akan percaya hal itu.

Lalu ada yang mengetuk kamar kami, ternyata kaka kami bertiga, Mas Awan yang sudah mulai berbohong, meminta izin kepada mamaku untuk belajar kelompok, tapi akhirnya berakhir di mall bersama teman-temannya, tentunya juga mau pendekatan dengan calon pacarnya.

Mas Awan menanyakan apakah kami berdua sudah makan? Karena dia membawa cemilan untuk kami. Oke, Tarik kembali omonganku yang berkata kakakku tidak mengingat adik-adiknya ketika sedang bersama teman-temannya. Aku pun iseng bertanya karena Mas Awan adalah seorang anggota OSIS yang pastinya terlibat dalam penerimaan siswa baru, dan tidak mungkin kalau Mas Awan tidak mentoring kelompok yang sedang diospek.

Yana pun juga makin penasaran, apakah Kakak kami bertiga pernah menjadi mentor untuk kelompoknya Arif atau tidak?, dan jawaban Mas Awan seperti ini kira-kira, "Oh, Arif ya? Arif Zaidi kan ya? Kayaknya temen mas pernah jadi mentornya, pasti kamu tau dong Fi, si Lutfi yang naksir sama kamu itu loh hehehe". Sudah pasti aku terkena ledekan oleh Yana, karena aku ditaksir oleh teman kakakku, padahal kelakuan temannya sudah membuatku illfeel, masih mending Arif yang masih halus dan sopan jika bertutur kata.

Akan tetapi, Mas Awan berkata, "Tapi Fi, Yan, mas sering papasan sama Arif di ruang guru, mas perhatiin lagi wajahnya sih, wajahnya mirip dengan Humam, ah tapi masa sih itu Hamim".

Tapi Yana menambahkan jika tanggal lahir Arif dan Mas Humam itu sama persis. Dan itu membuat Mas Awan terkejut, dan bertanya apakah kita selidiki dulu atau langsung bilang ke Tante Melati?. Kata Yana, mending kita selidiki dulu tentang Arif terlebih dahulu, mengingat Arif mempunyai orang tua lengkap, dan takutnya akan menyakiti perasaannya. Jika kita langsung berbicara dengan Tante Melati, dan tentunya juga Tante Melati semakin berharap, dan takut menyakitinya jika dugaan kita salah semua.

Bukan Mas Awan kalau tidak pernah mendengar gosip-gosip yang beredar di sekolah, kata Mas Awan pun, Arif pernah digosipkan bahwa orang tua yang sekarang bersamanya itu bukan orang tua kandung, itu pun diperkuat dengan anak dari mantan tetangganya keluarga Arif yang berkata kalau Arif sering dibilang sebagai anak pungut, karena tidak jelas asal-usulnya. Mengingat dulu dari informasi temannya Mas Awan, orang tuanya Arif, terutama bundanya yang belum pernah hamil sekitar tahun 1996-1997.

Lalu Mas Awan berkata bahwa itu cuma gosip yang seharusnya tidak dipercaya, dan seperti biasa Mas Awan bergurau mungkin temannya cemburu dengan ketampanan Arif, karena seperti yang Mas Awan, aku dan Ian tahu, Arif itu sering mendapat kiriman coklat dari anak-anak perempuan yang tertarik dengan ketampanan serta kepribadiannya.

Dan Mas Awan menatapku sambil berkata kalau teman-teman perempuannya cemburu denganku karena Arif sering berkunjung ke kelasku, cuma sekedar menyapaku dan memberikan roti dan susu kepadaku. Ditambah dengan pertanyaan Yana yang berkata apakah Arif adalah My Mysteryous sejak kelas 5 SD itu? Aku pun menyerah dengan pertanyaan Yana, dan langsung meninggalkan kamar dengan wajah memerah karena tersipu malu. Lihat, aku sepertinya meminum ludahku sendiri saat itu, aku sangat malu dengan diriku yang dulu ketika baru menyukai seseorang.

Lalu saat kami selesai makan, Yana pun mengajak aku dan Ian untuk bermain bersamanya, mengingat Yana mempunyai sahabat sejak kelas 5 SD, dan sudah saatnya untuk mengakrabkan sahabatnya dengan kami berdua. Akan tetapi permasalahannya, Yana dan aku walaupun memiliki wajah yang sama, tapi karakter kamu berbeda, aku yang masih bergaya feminim yang kasual, sedangkan Yana memiliki gaya yang terkesan tomboi dan sopan.

Maka dari itu aku bertanya, Yana di sekolahnya mempunyai teman seperti apa? Dan Yana menjawab bahwa temannya memang kebanyakan laki-laki, tapi ia juga mempunyai teman perempuan yang karakter gayanya sama denganku, akhirnya aku pun mau dengan ajakan bermainnya.

Lalu Yana memilihkan baju untukku, dan aku tidak menolak supaya mengetes sahabatnya Yana, apakah kami berdua bisa dibedakan atau tidak? Dan pas di kafe yang memiliki lapangan yang cukup luas, sahabatnya Yana yang bernama Kevin bisa membedakan kami berdua dengan berkata, "Ini pasti Fifi kembarannya Yana, soalnya tahi lalatnya bukan di hidung". Kami berdua lupa meminjam foundation dan pensil eyeliner punya mama kami untuk mengelabuhi Kevin, tidak jadi surprise-nya, dan hanya dibalas tawa oleh sahabatnya Yana, Kevin yang menurutku, dia benar-benar sangat mengenali Yana saat itu, tanpa tahu apa yang terjadi nanti...

My Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang