Part 11

20 0 0
                                    

-Arif Zaidi Akbari-

Beberapa hari kemudian, di sekolah, Arif bertemu Fifi, ia masih bingung dengan siapa Fifi yang dihadapannya hari ini?. Tapi Arif sedikit lega karena Fifi yang ia temui adalah Fifi yang ia kenal. Fifi yang menyapanya dan memulai percakapan dengannya. Tapi, Arif merasa sedikit sakit hati karena di percakapannya dengan Fifi, Fifi berkata bahwa ia ingin berteman dengannya saja, tidak mengharapkannya lebih, seperti berpacaran dengannya.

Akhirnya Arif mengiyakan ajakan Fifi untuk berteman dengannya, dan Arif memberinya sebungkus roti dan susu coklat. Arif tersenyum melihat Fifi yang tersenyum kepadanya. Tapi, bagaikan Arif sudah terbang melayang tinggi karena senang melihat Fifi memakan makanan pemberian darinya. Hati Arif kemudian jatuh, sejatuh-jatuhnya karena Fifi berkata, "Arif, terimakasih karena selalu memberiku roti dan susu coklat, tapi untuk besok dan seterusnya, kamu jangan memberiku ini lagi ya, bukannya aku tidak senang atas pemberianmu, tapi aku juga mau makan makanan dari kantin, soal nanti aku sakit atau tidak, aku masih tau batasannya kok, jadi jangan terlalu mengkhawatirkanku..."

Arif termenung, dan melihat punggung Fifi yang meninggalkannya. Memang, Arif merasa kalau Fifi yang dihadapannya benar-benar Fifi yang ia kenal. Tapi kenapa Fifi sudah berubah menurutnya?...

....

Ketika bel pulang sekolah sudah berbunyi, Arif langsung menghampiri kelasnya Fifi. Arif melihat Fifi menunggu di depan pos satpam, dan bertanya Fifi sedang menunggunya?.

Fifi pun berkata, kalau ia tidak sedang menunggunya, tapi ia sedang menunggu temannya yang berbeda sekolah dengannya. Fifi bertanya kepada Arif, apakah ia mau pulang bersama dengannya?. Arif ingin menggangguk, tapi tindakannya dihentikan oleh seorang remaja laki-laki yang meneriaki nama Fifi. Arif melihat wajah remaja laki-laki itu sangat tampan berwajah oriental, dan memiliki badan ideal dan tinggi badan sekitar 175 cm, benar-benar tipe laki-laki yang hampir dimiliki setiap anak perempuan.

Lalu remaja laki-laki itu diperkenalkan Fifi kepadanya, sehingga Arif tahu Alfin, nama temannya Fifi. Lalu Alfin berkata padanya bahwa Fifi selalu menceritakannya kepadanya, sehingga ia penasaran dengan rupanya Arif. Entah perasaan cemburu atau memang Arif sudah pesimis terhadap rupa Alfin yang menurutnya sangat tampan. Padahal ia juga sama tampannya dengan Alfin. Arif merasa ia sendirian lagi seperti dulu karena Fifi memilih pulang bersama Alfin ketimbang dengannya. Memang salahnya juga, karena ia menolak untuk tidak pulang bersama Fifi sementara, karena takut dirinya merasa diabaikan oleh Fifi.

....

-Alfin Rizki Nurahman-

Rasa tidak enak Fifi kepada Arif ternyata sudah diketahui oleh Alfin, dan Alfin hanya bertanya kepada Fifi, apakah ia baik-baik saja? Dan hanya dibalas oleh anggukan Fifi kepadanya. Lalu Alfin mengajaknya untuk pergi ke taman sebentar, untuk sekadar mengajak Fifi untuk mendinginkan pikiran mereka masing-masing dengan segenggam es krim yang sudah ada ditangan mereka.

Alfin mengerti dengan cerita Fifi, bahwa ini adalah kali pertamanya Fifi menolak ajakan Arif. Dan Alfin pun bertanya kepada Fifi, apakan dengan tolakannya itu membuat Fifi merasa sedikit lega? Dan Fifi membalasnya dengan anggukan tanda setuju. Dan Alfin pun berkata, "Jika kamu sudah merasa lega, ngapain kamu masih merasa tidak enak padanya? Fi, hidup tuh kayak air, selalu mengalir kearah tujuannya, jika tujuan bertemanmu dengan Arif sudah tidak sama, lebih baik kalian tidak terlalu merasa dekat lagi, karena mungkin satu atau kalian berdua akan lebih sakit, jika diteruskan untuk dekat lebih jauh.".

Lalu Fifi tersenyum dan berterimakasih kepada Alfin, karena ini kali pertamanya Fifi merasa lega jika bercerita dengan orang lain selain dengan saudara-saudaranya di rumah. Alfin pun kebingungan, memangnya ia tidak pernah bercerita dengan Arif selama ini? Fifi pun menjawab, karena sebenarnya ia merasa canggung ketika ingin bercerita kepada Arif, dan akhirnya Fifi tidak jadi bercerita terhadap Arif.

Sambil menyesap es krimnya, Alfin pun tersenyum, karena Fifi masih mempercayainya sampai saat ini, dan berharap Fifi bisa mengingatnya kelak.

....

-Alfiyani Fitriana-

Sebelumnya Fifi menunggu Alfin karena kemarin mereka berdua sudah berjanji untuk pulang bersama hari ini, mungkin karena jarak sekolah Alfin dengan dirinya sedikit jauh, akhirnya Fifi menunggu Alfin di depan Pos Satpam. Ian dan Adi tadi sudah ijin ke Fifi, kalau mereka pulang telat, karena sedang mengerjakan tugas kelompok di Perpustakaan. Sedangkan Aji, Aji sudah pulang duluan, entah mau ke sekolahnya Yana atau langsung pulang ke rumah, karena Fifi sudah melihat kedekatan Aji dan Yana, dan Fifi berharap nasib Aji dan Yana bisa semulus nasib Ian dan Wilona, belajar berkomitmen satu sama lain, entah nanti mereka lanjut atau berhenti di tengah jalan.

Fifi melihat Arif yang menghampirinya, dan bertanya apakah Fifi menunggu Arif? Fifi menjawab, kalau ia sedang menunggu Alfin temannya untuk pulang bersama, karena kemarin mereka berdua sudah berjanji. Dan Fifi bertanya, apakah Arif nanti akan pulang bersama dengannya dan Alfin? Jawaban Arif hanya ingin menemaninya sampai Alfin datang.

Ketika Alfin sudah datang, Fifi mengenalkan Alfin kepada Arif, dan mereka berdua akhirnya berkenalan. Alfin bertanya kepada Arif, apakah Arif akan pulang bersama dengannya dan Fifi? Jawaban Arif tidak, karena ia akan balik ke ruang OSIS untuk datang menghadiri rapat untuk kegiatan OSIS nanti. Dalam pikiran Fifi, Arif berbohong kepadanya, karena tidak sedang ada kegiatan di ruang OSIS, karena Adi adalah anggota OSIS juga.

Akhirnya Fifi dan Alfin pulang bersama, dan Alfin mengajaknya untuk pergi ke taman dengannya, karena Alfin tahu, ada sesuatu yang dipikirkan oleh Fifi. Fifi bingung, ada ikatan apa sebenarnya antara ia dan Alfin, hingga Alfin pun bisa membaca pikirannya. Apakah sebelumnya, mereka berdua sudah sangat dekat atau hanya sekadar teman kecil saja?...

Tapi, Fifi tidak mau menyakiti dirinya sendiri untuk memaksanya mengingat memorinya yang sudah hilang, dan akhirnya ia memilih untuk bercerita kepada Alfin dengan segenggam es krim yang Alfin berikan kepadanya, alasan Alfin memberikan es krim kepada Fifi, kalau es krim akan membantu mendinginkan kepalanya. Memang dasar Alfin, selalu berhasil membuatnya tertawa.

Akhirnya Fifi bercerita untuk pertama kali dengan orang yang menurutnya baru ia kenal, selain dengan saudara-saudaranya. Fifi bercerita tentang penolakan pertamanya dengan Arif, dan merasa tidak enak hati kepada Arif, karena akan menyakiti hatinya. Fifi juga merasa, kalau Arif sudah sakit hati dengan perkataannya menyuruh Arif untuk berhenti memberinya roti dan susu, karena ia ingin mencoba makan makanan kantin, Fifi tidak terlalu mengkhawatirkan kesehatannya karena ia sudah mengerti batasannya ia harus memakan apa, dan ia harus menghindari makanan apa.

Fifi masih tidak enak hati dengan Arif, karena mereka sudah berteman lama, dan mempunyai perasaan masing-masing. Tapi, rasanya Fifi ingin menolak Arif dari dulu, karena Fifi masih meragukan ketulusan dari Arif. Alfin menatapnya, dan tersenyum tanda mengerti akar permasalahan Fifi, dan menanyakan apakah Fifi sudah lega karena sudah menolak Arif sesuai keinginannya? Fifi pun mengangguk setuju, karena memang ini keinginannya. Alfin pun berkata kepada Fifi, "Jika kamu sudah merasa lega, ngapain kamu masih merasa tidak enak padanya? Fi, hidup tuh kayak air, selalu mengalir kearah tujuannya, jika tujuan bertemanmu dengan Arif sudah tidak sama, lebih baik kalian tidak terlalu merasa dekat lagi, karena mungkin satu atau kalian berdua akan lebih sakit, jika diteruskan untuk dekat lebih jauh.".

Fifi pun akhirnya mengerti maksud perkataan dari Alfin, dan berterimakasih kepada Alfin, karena Alfin mendengar ceritanya, dan akhirnya mereka mengobrol seperti biasa, seperti awal-awal mereka pertama kali ke taman ini. Fifi meminta Alfin untuk menggenggam tangannya, karena Fifi mau meminta energinya Alfin untuk menjadi dirinya sendiri. Dan Alfin menggenggam tangannya Fifi, dan mereka tersenyum tanpa Fifi dan Alfin sadari, ada seseorang yang duduk di arah berlawanan dari punggung mereka yang sakit akan perkataan mereka berdua.

....

My Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang